"El awaaaaassss!!!!!
Belum sempat El berbalik, ia merasa ada sesuatu yang menembus baju dan kulit di sebelah kanan tulang punggungnya.
El langsung merasa sesak dan terpaku di tempat.
"Ini akibatnya jika kamu berani melawan dan menentangku."
Vira yang sudah tidak bisa menahan amarahnya melihat El berdarah, langsung mendaratkan satu bogem mentah yang cukup keras ke batang hidung Tasya.
Seketika itu juga, Tasya langsung terhuyung ke belakang dan hidungnya ikut mengeluarkan darah.
Vira masih ingin membalas tapi ia urungkan karena mendengar suara Bu sipir yang sedang menghampiri mereka.
"Apa-apaan kalian ini hah!! Lagi-lagi kamu yang bikin ulah di sini!!'' bentak Bu sipir menatap tajam ke arah Tasya dan temannya.
Sesaat setelah mendengar ada keributan. Bu sipir langsung mendatangi mereka.
El yang sudah tidak sadarkan diri tepaksa di gotong dan dibawa ke rumah sakit karena pisau yang masih menancap di tubuhnya.
Vira hanya bisa menangis dan cukup khawatir dengan kondisi El. Apalagi melihat darah yang terus mengalir akibat tikaman itu.
Vira menghampiri Tasya dan temannya, sebelum mereka benar-benar dibawa oleh Bu sipir
"Jika sampai El terjadi sesuatu pada El, jangan harap kalian bisa keluar dari tempat ini. Akan aku pastikan kalian membusuk di sini! ancamnya dengan tatapan membunuh.
.
.
.
Bronze Bar ...
Tampak Kai sudah terlihat segar dan rapi. Sedangkan Siska masih tampak terlelap.Mungkin karena efek permainan panas dan agresif Kai semalam.
😄😄😄
Sebelum meninggalkan Siska, Kai menyimpan kartu namanya. Ia Mengisyaratkan supaya Siska menghubunginya dan mengirim no rekeningnya.
Setelah itu, Kai langsung berlalu begitu saja dan meninggalkan kamar tersebut.
Merasa Kai sudah tidak ada di kamar, Siska langsung mendudukkan dirinya dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
Sebenarnya Siska sudah bangun sejak Kai berada di kamar mandi, namun ia berpura-pura tidur hanya karena ingin mengetahui seperti apa sosok Kai sebenarnya.
"Ternyata dia pria dingin, sama saja dengan yang lainnya. Huh menyebalkan!'' kesalnya.
Ia kembali berpikir, sebelumnya Kai bermain lembut pada malam saat El memberinya job. Tapi semalam, alih-alih bermain lembut, Kai bermain dengan kasar dan agresif hingga membuatnya kewalahan sehingga membuat area sensitifnya perih.
"Tunggu ... Tunggu. Apa jangan-jangan malam itu dia berpikir yang bermain panas dengannya adalah, El?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Hmm ... Lagi-lagi El. Seperti biasa, dia selalu saja menjadi primadona di bar ini." Siska menggelengkan kepalanya lalu meraih kartu nama Kai yang diletakkan di atas meja nakas.
.
.
.
Kantor Kai Abraham ...
Tara terlihat sedang sibuk memeriksa fail yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya. Ia juga sedang mengatur jadwal pertemuan Kai dengan beberapa klien.
Setelah pekerjaannya beres, ia menyandarkan punggungnya di kursi kerja.
"Kai ke mana sih! Kok jam segini belum muncul juga? Harusnya sebagai boss dia harus kasih contoh yang baik, ini malah sebaliknya, menyebalkan," omelnya.
Karena pekerjaannya sudah beres. Ia memilih bersantai sambil merokok. Karena bosan menunggu, Tara keluar dari ruang kerjanya dan akan ke rooftop, namun ia urungkan setelah melihat Kai baru saja keluar dari lift.
"Dari mana saja Pak CEO? Jam segini baru muncul. Apa tadi masih sempat ...." Tara tidak melanjutkan kalimatnya melainkan hanya terkekeh.
"Cih," decih Kai dan langsung meninggalkan Tara.
Tara langsung tertawa melihat ekspresi sahabatnya itu.Ia ikut menyusul ke ruangannya dan langsung mendaratkan bokongnya di atas sofa, sambil menghisap rokoknya.
Sedangkan Kai, ia berdiri di depan jendela besar ruangan itu, kedua tangannya terlihat ia masukkan ke dalam saku celananya.
"Tara."
"Hmm."
"Apa hubunganmu dengan gadis pemberontak itu?" tanya Kai. Ia masih menatap keluar jendela.
"Maksudmu?"
"Gadis angkuh yang sudah berani menamparku, menentangku, mempermalukanku dan yang terakhir beraninya menipuku," geramnya.
Tara langsung terkekeh mendengar ucapan Kai.
"Namanya El, bukan gadis pemberontak. Kami hanya berteman," jelas Tara dengan santai lalu menghampirinya kemudian berdiri di sampingnya.
"Memangnya kenapa? Aku rasa dia gadis yang baik, kamu saja yang terlalu sensi kepadanya."
Kai hanya tersenyum sinis. "Tapi tetap saja, aku masih belum merasa puas jika belum melihatnya menderita." Kai mengepalkan kedua tangannya
Tara menepuk bahu sang sahabat sekaligus bossnya itu. "Apa kamu belum cukup puas mengirim dan membuatnya mendekam dipenjara? Apa kamu tahu? Kamu sudah merampas kebebasannya. Apa itu masih belum juga cukup membuatmu puas?" tanya Tara yang sudah mulai terpancing emosi.
Bukan tanpa alasan, Tara merasa tidak tega melihat El diperlakukan sedemikian rupa oleh Kai. Apalagi El tidak punya siapa-siapa dan hanya sebatang kara.
"Ho ... Ho ... Calm down, Bro. Jangan emosi begitu. Aku jadi curiga sama kamu. Apa kamu mencintainya?'' tanyanya namun sedikit getir.
"Jika aku mengatakan ya, aku mencintainya apa masalahmu? Aku rasa itu sah-sah saja," jawab Tara dengan santai. Kini keduanya saling berhadapan dan saling menatap.
"How about Clara, Hmm." Kai balik bertanya dengan sinis.
Tara hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Kai ... kita nggak akan pernah tahu cinta seseorang akan berlabuh kepada siapa. Begitu pun dengan diriku. Meskipun aku dan Clara sudah lama menjalin hubungan, tapi tidak menutup kemungkinan jika hatiku pada akhirnya akan berlabuh kepada El."
Tara menghela nafasnya sejenak kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Kai, apa kamu tahu? Hate and love itu saling berkaitan dan perbedaannya tipis. Aku jadi takut, jika kebencian dan dendam yang ada di dalam hatimu itubakan berubah menjadi cinta. Jika itu terjadi, maka kita harus bersaing secara sehat.''
Tara menatap serius wajah tampan sahabat sekaligus atasannya itu.
Kai hanya bergeming mendengar ucapan Tara. Jika boleh jujur, sebenarnya ada perasaan getir di hatinya ketika melihat Tara dan El. Ada perasaan aneh yang sulit ia artikan pada hatinya.
"Sudah lah, sebaiknya aku kembali ke ruanganku saja,'' pamitnya lalu meninggalkan Kai.
Kai hanya bisa menatap punggung sahabatnya itu yang berlalu meninggalkannya.
.
.
.
Rumah Sakit Kota A ....
El yang baru saja tiba di rumah sakit, langsung dibawa ke ruang operasi untuk mengeluarkan pisau yang masih menancap di belakangnya.
Tampak wajah El yang sudah mulai memucat karena darah tak berhenti mengalir. Beberapa petugas sipir yang membawanya ikut merasa khawatir.
Apalagi saat mengingat ancamanTara beberapa waktu lalu sejak El mulai menjadi warga binaan lapas wanita.
"Bagaimana ini bisa terjadi?! Kenapa kalian bisa lalai begini sih! Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, maka habislah kita," kata kepala sipir wanita itu yang terlihat getir.
"Maafkan kami, Bu. Sebaiknya Ibu langsung menghubungi Pak Tara saja, agar dia segera kemari, Bu," saran salah satu sipir wanita itu.
"Iya, kamu benar."
Tanpa pikir panjang kepala sipir wanita itu langsung menghubungi Tara.
Tara yang baru saja keluar dari ruangan Kai, merogoh saku celananya. Saat melihat nama kontak yang memanggil, Tara mengerutkan alisnya. Ia pun, menggeser tombol hijau lalu menjawab panggilan.
"Ya hallo, ada apa, Bu?"
"Maaf Pak, sebaiknya Bapak segera ke rumah sakit Kota A. Sekarang, El lagi ada di ruang operasi.''
Tanpa pikir panjang, Tara langsung mengambil langkah seribu.
Semoga kamu baik-baik saja El.
Terlihat jelas di wajah Tara yang begitu mengkhawatirkan keadaan El.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
rusidah siti
kayaknya Vira bukan org sembarangan. Soalnya dia berani mengancam. she has something behind her
2022-09-30
1
Senajudifa
km kuat el
2022-08-08
0
Dehan
Buat kai bucin sama el thor.. 😂😂
2022-08-08
0