Seperti biasa, setiap malam El kembali menjalani aktivitasnya sebagai bartender di club malam. Karena masih belum banyak pengunjug, ia memilih duduk di salah satu kursi bartender sambil menyesap rokoknya.
"El." sapa Siska yang baru saja datang.
"Hmm ... why?'' sahutnya lalu menghembus asap rokoknya.
"Jika ada job lagi, lempar ke aku saja," tawar Siska.
"Siap."
Ia kembali menyesap rokoknya lalu meneguk minumannya. Sedangkan Siska, ia terus menatap gadis berkulit seputih susu itu.
Selain cantik, smart ia masih menjaga dirinya dan menolak se*ks bebas.
Setelah menghabiskan dua batang rokok, El kembali ke tempatnya dan mulai meracik beberapa minuman.
Tak lama berselang Nico menyapanya.
"El, maaf aku telat."
"Telat ... atau lagi enak-enak dulu dengan salah satu ladies di sini?" selidiknya lalu tertawa.
Nico mengusap tengkuknya sambil cengengesan. Melihat ekspresi Nico, El langsung terbahak.
"Hahahahaha."
Sontak saja Nico bergeming menatap gadis itu tertawa lepas tanpa beban.
"El, apa kamu baik-baik saja?'' tanya Nico.
"Tentu saja aku baik-baik saja. Menurutmu?" El balik bertanya.
"El, honestly, perasaanku tiba-tiba nggak enak melihatmu seperti ini," aku Nico.
"Sejak ke Mall dan pulang dari sana, perasaanku memang sudah nggak enak," kata El. "Apa akan terjadi sesuatu ya padaku?'' kata lagi yang kini mulai terlihat gelisah.
Nico hanya menggedikkan bahunya sambil menatapnya.
"Nic, aku ke ruangan Hamdan dulu ya," pamit El.
Nico hanya mengangguk. Setelah itu, El meninggalkan partner kerjanya itu lalu menuju ruang kerja Hamdan.
Sesaat setelah berada di depan pintu, El mengetuk benda itu lalu membukanya.
"El," sebut Hamdan sambil mengarahkan pandangannya ke arah gadis itu.
"Ada apa, Dear?'' tanya Hamdan sesaat setelah El duduk di kursi.
"Dan, malam ini aku ingin cepat pulang. Boleh ya," usulnya.
"Tentu saja boleh," kata Hamdan.
"Terima kasih ya, Dan," ucapnya lalu dibalas dengan anggukan kepala oleh Hamdan.
Setelah itu ia kembali berpamitan lalu meninggalkan ruangan itu.
El tidak menyadari jika Kai sedang mengawasinya. Sebelumnya, saat ingin masuk ke salah satu kamar, Kai tak sengaja melihatnya yang baru saja keluar dari ruang kerja Hamdan.
"I catch you. So ... ternyata dia bartender di sini," desis Kai dengan senyum smirknya.
Ia lalu menghubungi seseorang untuk mengikuti dan mengawasi gadis itu saat ia pulang kerja nantinya.
Setelah itu, ia melanjutkan langkahnya dengan santainya ke meja dan duduk di kursi bartender yang kosong.
"Tequilla please,'' pinta Kai dan terus memperhatikan El dari ujung kaki hingga kepala.
El meletakkan gelas di hadapannya lalu menuang minuman itu ke dalam gelas.
"Apa masih ada lagi yang kamu inginkan?'' tanya El dengan seulas senyum dan belum menyadari jika yang sedang ia ajak bicara itu adalah Kai.
Melihat senyum tulus gadis itu, seketika ia terpana. Namun saat mengingat tamparan keras dan tatapan nyalangnya, Kia langsung memegang pergelangan tangannya.
Sontak saja ulah Kai itu membuat El terkejut. Ditambah lagi karena genggaman tangan Kai yang begitu kuat.
"Apa kamu ingin tahu apa yang aku inginkan?" bisik Kai tepat di telinga El. "Kamu," sambungnya lalu menatap lekat manik gadis itu.
El mengerutkan keningnya sekaligus terkejut saat tahu itu adalah Kai.
"Aku harap kamu nggak lupa dengan kejadian kemarin. Ganti rugi kerusakan mobilku atau kamu akan aku jebloskan ke dalam penjara," ucap Kai dan semakin menggenggam pergelangan tangan El.
"Atau .... kamu akan aku lepaskan dengan satu syarat," tawar Kai lalu menatap wajah cantik gadis itu lalu turun ke bibirnya dengan tatapan lapar.
Nico yang sejak tadi memperhatikan El dan Kai, merasa bingung dengan gelagat keduanya.
"Syarat?" tanya El dengan seulas senyum. "Syarat apa?" bisik El selembut dan setenang mungkin.
"Jadilah bed partnerku malam ini dan pu*askan diriku," balas Kai dengan suara berat lalu mengecup singkat bibir El kemudian melepaskan genggamannya.
El tersenyum semanis mungkin, namun dalam hatinya mengutuk dan mengumpat. Entah mengapa ia merasa jijik dengan tatapan dan sentuhan pria blasteran itu.
"Baiklah, jika hanya itu syaratnya," kata El. "Kamarmu?" bisik El lalu menatap manik berwarna hazel pria itu kemudian mengelus rahang tegasnya dan mengusap bibir sensualnya dengan lembut.
Sontak saja perlakuan lembut El, membuat Kai semakin merasa di atas awang-awang dan semakin menginginkannya.
"Privat room 1. Aku akan menunggumu di sana," bisik Kai lalu meneguk tequillanya.
Privat room 1? Itu kan kamar tempat Tara membawaku semalam. Apa dia pemilik bar ini? Dasar maniak, kamu pikir aku bodoh apa? Lebih baik aku masuk penjara daripada harus menjadi pemu*as naf*su dan mengorbankan kesucianku.
Kai kembali meminta tequilla untuk yang kedua kalinya. Dengan patuh El hanya menuruti permintaannya.
Setelah itu, Kai memutuskan bergabung dengan teman-temannya.
Sepeninggal Kai, El langsung menghubungi Siskabseperti biasa lalu meminta gadis itu ke privat room 1 nantinya.
Beberapa jam kemudian ketika arah jarum jam kini menunjukkan jam sebelas lewat lima belas menit, El berpamitan ke Nico, lalu meraih tas ranselnya di tempat khusus.
"Nic, aku duluan ya. Jika besok aku nggak masuk kerja, itu artinya aku sudah nggak ada di sini," kata El lalu memeluk Nico. Pria yang sudah tiga tahun terakhir menjadi partner kerjanya.
Nico merasa terkejut dengan ucapan ngelantur gadis itu.
Setelah itu, El cepat-cepat keluar dari bar itu. Sedangkan Nico, ia hanya tampak bengong menatap kepergian gadis itu.
Sesaat setelah berada di luar bar, dengan terburu-buru, El mempercepat langkahnya kakinya ke arah parkiran.
Bukkkk ....
Lagi-lagi ia menabrak seseorang. Untung saja ia langsung dipeluk.
"El, hati-hati. Kenapa buru-buru? Ini bahkan masih awal," tanya Tara.
"Tara," lirihnya.
Ia langsung memeluknya dengan erat lalu menangis dalam pelukan pria itu.
"El, ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis?" cecar Tara sambil mengelus punggungnya. "Tenangkan dirimu."
Tara bisa merasakan, betapa eratnya pelukan gadis itu. Ia menggelengkan kepalanya lalu sedikit melonggarkan pelukannya kemudian menatap wajah Tara.
"Tara, jika terjadi sesuatu padaku besok, maka ini adalah pertemuan kita yang terakhir."
"Tapi kenapa?'' tanya Tara sambil menangkup wajahnya.
Lagi-lagi El hanya menggelengkan kepalanya sekaligus membuat Tara keheranan. Ia menghapus air mata El yang masih mengalir di pipinya.
"Semuanya akan baik-baik saja, Dear. Percayalah padaku,'' bisik Tara.
Perlahan-lahan El, mengurai pelukannya lalu mengelus rahang tegasnya. Setelah itu ia menghampiri motornya lalu memakai helm.
Menyalakan mesin motornya lalu mulai memacu motornya dengan kecepatan tinggi.
Tara hanya terpaku menatap kepergian El. Ia merasa jika El menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin diketahui siapapun.
Sesaat setelah berada di dalam club malam, Tara duduk di kursi bartender.
"Nic, apa kamu tahu sesuatu? Kenapa El pulang terlalu cepat?" tanya Tara.
"Sehabis mengobrol dengan Kai, beberapa jam kemudian dia malah terlihat gelisah dan memilih bpulang lebih cepat," jelas Nico.
"Kai." lirihnya seraya mengarahkan pandangannya ke arah sahabat sekaligus boss-nya itu di salah satu sofa bersama teman-temannya.
*****
Sementara itu, El yang sudah hampir tiba di rumahnya, tidak menyadari jika seseorang terus mengikutinya dari belakang.
Begitu begitu tiba di rumah, El memarkir motornya sembarangan. Sesaat setelah berada di dalam rumah, ia langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Begitu sampai di kamarnya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuknya. Memandang langit-langit kamar sampai akhirnya ia tertidur.
Ia sendiri tak tahu apa yang akan terjadi pada esok harinya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Senajudifa
mampir lg thor
2022-07-23
0