Sepeninggal Tara, El kembali duduk lalu menyandarkan punggungnya di tembok.
Menyesap rokoknya sambil meneliti ruangan khusus itu lalu berfikir.
Perasaan, hanya orang berduit saja yang bisa menyewa tempat seperti ini jika menginginkan privasi. Sebenarnya Tara itu kerja apa sih? Aku lihat outfit yang sering dipakainya bukanlah merek biasa melainkan branded semua.
Ia terus menyesap rokoknya dan sesekali memejamkan matanya. Setelah menghabiskan sebatang rokok, ia pun keluar dari ruangan itu.
Saat berjalan menyusuri lorong lapas dan ingin ke kamar selnya, ia malah berpapasan dengan Kai yang memang sengaja mengawasinya sejak tadi.
El menautkan alisnya sambil memutar bola matanya dengan malas karena malas bertemu dengan pria blasteran itu. Saat ia ingin melewatinya, Kai langsung memegang pergelangan tangannya dengan erat.
Eratnya genggaman di pergelangan tangannya, membuat El sedikit meringis.
"Sssttt."
El yang merasa geram ingin melepaskan genggaman tangannya dari Kai, terpaksa mengalah karena genggaman Kai begitu kuat.
Huh!! jika saja tidak mengingat aku masih menjalani hukuman dan sekarang ini berada di Lapas, aku sudah balik membanting mu. 😆😆
"Maunya kamu apa sih, hah!!" bentak El dengan perasaan marah lalu memberikan tatapan menghunus tajam ke manik indah berwarna hazel Kai.
Aku paling benci saat dia menatapku dengan tatapan tajamnya seperti ini.
"Kamu ingin tahu apa yang aku inginkan? Aku tidak akan berhenti membuatmu menderita sebelum aku merasa puas," jawab Kai sambil menyeringai.
"Terserah dan aku nggak peduli. Aku rasa kita sudah impas. Bukankah keinginan mu ingin aku merasakan mendekam di hotel prodeo ini sudah terkabul?! So ... apa lagi?!'' geram El.
Kai terdiam sekaligus membenarkan ucapan El. Namun ia masih saja merasa sakit hati karena penolakan El untuk menjadi bed partnernya di malam itu dan mengirim Siska yang menggantikannya.
"Kenapa kamu diam? Please, jangan ganggu aku lagi. Biarkan aku menjalani hukuman ini hingga tuntas dan setelah itu lepaskan aku,'' kata El masih menatap Kai.
Kai hanya tersenyum sinis mendengar ucapan El.
"Lepaskan kata mu, Huh!! Tidak semudah itu. Sebelum kamu membayar satu kesalahan lagi kepadaku!'' geram Kai.
El mengerutkan keningnya merasa bingung dan bertanya-tanya dalam hatinya.
"Aku merasa, aku sudah tidak punya kesalahan lain, selain sudah membuat mobil mahal mu itu lecet," jelas El.
"Apa kamu lupa? Kesalahan mu adalah, mengirim temanmu ke kamarku malam itu dan bukan dirimu."
El balas tersenyum sinis sembari menggelengkan kepalanya.
"Aku rasa tidak ada yang salah, bukankah temanku juga sudah memberikan servis terbaiknya dan sudah memu*askan mu malam itu. Lalu apa lagi?'' ucap El.
"Bukan dia yang aku inginkan tapi kamu. Bukankah malam itu kamu setuju untu menjadi bed partnerku?''
"Dengarkan aku baik-baik. Tapi malam itu aku nggak berjanji padamu," tegas El lalu melepaskan genggaman Kai dari pergelangan tangannya yang sudah mengendor.
Setelah itu, El langsung meninggalkan Kai yang masih berdiri di tempatnya.
Gadis itu lagi-lagi membungkamku, ini belum berakhir gadis angkuh. Aku tidak akan berhenti sebelum membuatmu benar-benar menderita.
El terus berjalan hingga sampai di kamarnya. Ia langsung merebahkan dirinya di atas lantai yang hanya beralaskan kasur tipis yang sudah lusuh.
"Sebenarnya dia itu ada dendam apa sih denganku? Apa dia belum puas membuatku menderita dengan mengirimku ke tempat ini? Cih, menyebalkan," gerutu El.
"El, ada apa?" tanya Vira yang langsung tiba-tiba berbaring di sampingnya.
"Nggak apa-apa, Vir. Aku jengkel banget sama orang yang sudah membuatku berada di sini. Mungkin dia psikopat,'' jawab El lalu terkekeh.
"Nah, obat pusing," timpal Vira menawarinya rokok.
"Simpan saja. Aku sudah menyesap sebatang tadi sebelum masuk ke sini."
Vira kembali meletakkan rokok dan koreknya di atas lantai.
"El?''
"Hmm."
"Setelah kamu bebas, apa rencanamu selanjutnya?'' tanya Vira.
"Aku ingin melanjutkan kuliahku yang sempat terputus. Meski harus mendaftar ulang dan harus mulai dari nol lagi,'' jawab El.
"Then?'' tanya Vira.
"Aku akan kembali bekerja sebagai bartender di Bronze Bar. Tempat aku mencari nafkah sebelumnya. Aku nggak memiliki keluarga Vir. Kalianlah keluarga ku," jawab El.
"Ya kami juga keluarga mu El. Sebagai teman, jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan bilang padaku," tawar Vira sambil lanjut menyesap rokoknya.
"Tadi, kamu menyebut Bronze Bar adalah tempatmu bekerja, ya?'' tanya Vira.
"Ya, Vir. Aku bartender di club malam itu. Kenapa? Apa kamu pernah ke sana?''
"Ya." Vira mengangguk. "Itu salah satu club malam favoritku dan cabangnya ada di beberapa Kota. Siapa yang tidak tahu Bronze Bar?" desisnya lalu melirik el. " Hahhh ... rasanya aku sudah nggak sabar ingin menginjakkan kakiku lagi di club malam itu," aku Vira lalu terkekeh.
Keduanya sama-sama terkekeh. Sebelum akhirnya Vira melanjutkan kalimatnya.
"Oh ya, El. Apa kamu mengenal dan tahu siapa bos mu itu? Tidak ada yang tahu seperti apa wajahnya. Setahuku, dia sering datang di club itu, cuman tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya. Aku penasaran dengan sosoknya, apalagi dia masih single."
El terkekeh mendengar ucapan Vira. "Apa yang kamu maksud, Hamdan?'' tanya El.
Vira menggelengkan kepalanya. "Bukan ... bukan Hamdan, El. Aku mengenal Hamdan, dia hanya manager dan orang kepercayaannya,'' jawab Vira.
El hanya mengangkat bahunya menandakan jika ia juga tidak tahu, siapa pemilik Bronze Bar itu.
Padahal ia sering bertemu dengan ownernya. Siapa lagi kalau bukan Tara. Yang dia tahu bosnya itu adalah Hamdan.
.
.
.
Apartemen Tara ...
Semenjak pulang dari Lapas.Tara yang sejak tadi berada di balkon kamar apartemen mewahnya, terus saja menatap gedung-gedung yang sejajar tingginya dengan apartemen tempatnya tinggal.
Tiba-tiba ia merasa ada yang memeluknya dari belakang.
Tara memejamkan matanya sambil tersenyum dan tanpa sadar menyebut nama El.Tara semakin mengeratkan kedua tangan yang melingkar di perut sixpack nya.
"El,'' bisik Tara .
Seketika itu juga, wanita yang melingkarkan tangan di perut Tara, melepasnya dan merasa jengkel.
"Sayang! Ini aku, Clara bukan El," protesnya. "El, siapa dia?'' tanya Clara dengan nada kesal.
Tara langsung gelagapan ketika mengetahui jika yang memeluknya adalah Clara, sang kekasih.
"Sayang, kapan kamu tiba dari Jepang? Kenapa nggak menghubungi ku jika kamu akan pulang?'' tanya Tara dan langsung mengecup singkat bibir sang kekasih lalu memeluknya.
"Baru saja, dan aku langsung ke sini. Sayang ... Aku jangan banget. Aku nggak ingin sekedar kecupan singkat seperti ini melainkan menginginkan yang lebih dari ini," bisiknya lalu menggigit pelan daun telinga Tara sekaligus menggodanya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
rusidah siti
Vira ternyata temannya.😅😅
2022-09-30
1
Dehan
kayaknya kai ini ada sakitnya ya..
2022-08-07
0
Senajudifa
lho jgn sma clara thor kasian el
2022-08-05
0