Ting.....
Satu notifikasi pesan masuk ke ponsel Siska. Ia langsung membuka aplikasi M.Bankingnya. Seketika matanya terbelalak melihat nominal uang yang masuk rekeningnya.
"Wahhh ...... sebanyak ini? Tidak rugi aku memberikan servis terbaikku semalam. Yang aku heran, kenapa El menolak pria setampan dan setajir itu?'' tanya Siska penasaran.
Siska langsung menghubungi El.
El yang baru saja selesai mandi, langsung menghampiri arah sumber suara. Ia tersenyum ketika melihat kontak yang memanggilnya.
"Hallo, Sis, ada apa?''
"El, aku shock banget dapat transferan dengan jumlah besar. Sepertinya, pria itu tajir melintir deh, El."
El hanya tersenyum sebelum menjawab.
"Really? Syukur lah, Sis.''
"Aku tuh, heran deh sama kamu, El. Pria tampan seperti itu kamu tolak mentah-mentah."
Siska masih heran dan bertanya-tanya.
"Nggak apa-apa, Sis. Dengar ya, mau setampan dan setajir apa pun pria itu, jika aku nggak suka, tetap saja sama dengan bohong. Sudah ah, aku males ngomongin dia. Kalau kamu mau, ambil saja he.he."
"Hari ini aku traktir. Mau nggak, El?''
"Thanks, tapi lain kali saja, Sis. Aku harus ke rumah sakit sekarang."
"Baiklah dan terima kasih untuk jobnya, semalam," kata Siska.
"Hmm ...Ya sudah aku tutup dulu," balas El.
"Ok, El, bye.''
Setelah memutuskan panggilan telefon. El membuka lemari pakaiannya dan mencari outfit yang cocok dipakai hari ini.
Setelah mendapat setelan yang cocok, barulah El mengenakan baju dan celana pilihannya. El merapikan rambutnya dan hanya ia biarkan tergerai lalu berdandan ala kadarnya.
"Sudah, sebaiknya aku ke rumah tante Karin dulu deh," ucapnya pelan.
El menuruni anak tangga satu persatu hingga ia sampai di depan pintu lalu membukanya. Ia melangkahkan kakinya ke rumah tante Karin yang hanya bersebelahan dengan rumahnya.
Dengan senyum manisnya, El menyapa tante Karin yang baru saja keluar dari dalam rumah.
"El? Ada apa kok senyum-senyum?'' tanya tante Karin.
"Nggak apa-apa tante. Aku hanya mau ngobrol saja sama tante. Soalnya tante Karin yang paling baik sama aku,'' jujur El lalu memeluk tante Karin.
Tante Karin yang sudah terbiasa dengan sikap manja El, hanya tersenyum, sambil mengelus punggung gadis cantik itu.
"Tante, mau nggak, nanti dampingi aku saat wisuda?'' tanya El penuh harap.
"Boleh, El, dengan senang hati Tante mau kok. Jadi, kamu kesini hanya untuk menanyakan ini?''
El mengangguk lalu tersenyum.
"Tante, aku berencana akan menjual rumah peninggalan papa dan mama terus duitnya untuk modal buka praktek nantinya setelah selesai koas."
"Nggak apa-apa El, tante tetap mendukung. Kamu yang semangat ya, tante selalu mendoakanmu," kata tante Karin.
"Terima kasih ya, Tante. Oh ya, aku pamit dulu. Soalnya aku harus ke rumah sakit sekarang.''
Baru saja El membuka pagar untuk keluar, lagi-lagi Viona dan beberapa ibu-ibu yang suka menggunjingnya muncul.
El hanya melewati mereka tanpa menyapa dan tidak memperdulikan tatapan mereka yang seolah merendahkannya.
Begitu sampai di rumahnya, El naik ke lantai 2, tempat kamarnya berada. El mengambil tas ransel serta ponselnya.
Tok ... tok ... tok ...
Pintu rumahnya diketuk seseorang.
Setelah memakai ranselnya, El turun ke bawah lalu menghampiri pintu lalu membukanya.
Entah mengapa perasaannya langsung tidak enak. El mengusap tengkuknya.
Ia terkejut karena di depannya sudah ada polisi yang menunggunya. El hanya menghela nafasnya.
Aku sudah menduga jika ini bakalan terjadi.
"Kami diperintahkan untuk menangkap anda, dan ini surat penangkapan dari kantor polisi. Silakan ikut kami," tegas salah seorang polisi berpakaian preman.
Seketika kompleks perumahan itu heboh dengan penangkapan El. Terdengar suara-suara sumbang yang di tujukan kepadanya. Namun El seakan menulikan telinganya.
"El," panggil tante Karin, ia langsung menghampiri El lalu memeluknya.
"Tante, aku titip motor dan rumah ini,'' bisik El lalu membalas pelukan tante Karin.
"Kamu salah apa, Nak?' tanya tante Karin yang sudah meneteskan air matanya.
"Tante, aku nggak bisa jelaskan sekarang, tapi aku janji, aku akan jelaskan nanti setelah tante datang menjenguk ku dipenjara. Tolong, motorku tante parkir di rumah tante," pinta El.
Tante Karin hanya mengangguk lalu melepaskan pelukannya.
"Ayo ikut kami,'' ajak pak polisi lalu memborgol pergelangan tangan El.
El hanya menurut dan tidak banyak bicara. Ketikan El akan digiring ke dalam mobil polisi. Ia mendengar suara Viona yang meledeknya.
"Bagus, Pak. Kalau bisa, penjarakan saja wanita ja*lang itu lebih lama, dia sudah membuat resah warga di sini."
El hanya tersenyum sinis dan tidak memperdulikan ucapan Viona.
Setelah ia masuk kedalam mobil polisi, El hanya diam dan memikirkan nasib dan pendidikannya.
Tidak masalah jika aku harus di penjara, daripada aku harus mengorbankan kesucianku pada pria itu. Cih sangat menjijikan.
Setelah hampir 20 menit, meraka sampai juga di kantor polisi. El langsung di masukkan ke dalam sel tahanan.
"Anda akan mendekam di sini sampai besok. Setelah itu, anda akan kami langsung pindahkan ke LAPAS. Ingat, sekalipun anda menyewa pengacara, itu tidak akan berpengaruh,'' jelas Pak polisi itu lalu meninggalkan El.
El hanya diam lalu duduk di atas lantai sendirian.
Semudah itukah pria itu memberi perintah?Seberapa besar pengaruhnya di kota A ini?
.
.
.
Kantor Kai ...
Kai yang sedang duduk di kursi kebesarannya, terlihat sedang memejamkan matanya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya.
Entah mengapa ia masih terbayang-bayang tatapan El dan sentuhan lembut jemarinya. Namun, saat teringat El telah mempermainkannya, dalam sekejap, matanya langsung terbuka.
Kai langsung berdiri dan mengambil asbak yang ada di mejanya lalu melemparnya ke dinding.
"What the fu*ck!!! Seorang Kai dipermainkan oleh seorang gadis bartender! Sulit dipercaya," geramnya.
"Kenapa aku sangat terobsesi padanya?! Aku rasa aku sudah nggak waras," desisnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Pantasan saja aroma parfumnya berbeda dengan gadis yang menjadi bed partnerku semalam."
Tok ... tok ... tok ...
Pintu ruangannya diketuk.Terlihat Tara sedang membawa berkas yang harus ia tanda tangani.
Tara kaget melihat pecahan kaca asbak yang berserakan dilantai.
"Kai, ada apa? Kenapa wajahmu tertekuk begitu?" tanya Tara yang baru saja masuk ke ruang kerjanya.
"Aku lagi kesel saja. Tolong, jika kamu keluar tolong panggil OB untuk membersihkan pecahan itu,'' pesan Kai yang sedang berdiri di hadapan jendela kaca besar ruangannya.
"Ok. Ini ada berkas yang harus kau tanda tangani. Setelah itu, jam dua siang kamu ada pertemuan dengan klien di hotel xxx," kata Tara.
"Apa masih ada yang lain, Tara?''
"Tidak. Hanya itu saja, Kai. Setelah pertemuan itu kamu free."
"Ok. Terima kasih."
Setelah itu, Tara keluar dari ruang kerja Kai lalu ke ruangannya.
"El, apa dia baik-baik saja? Kenapa dia tidak menjawab panggilan ku?'' tanya Tara pada dirinya sendiri dan merasa khawatir.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Senajudifa
el tipe orng yg cuek y
2022-07-27
1