El tampak sudah siap berangkat ke Bronze Bar. Tempat di mana ia bekerja sebagai seorang bartender.
"Waktunya bekerja,'' ucapnya dengan semangat.
Setelah mengunci pintu, El menghampiri motor kesayangannya lalu menggulung rambut panjangnya sebelum memakai helm.
"Let's go baby,'' ucap El lalu mulai memacu motornya ke tempat kerjanya.
Mungkin sebagian orang akan menyangka jika gadis itu adalah pria yang sedang menunggangi motor besar.
Ya, seperti itulah El, gadis yang garang saat berada di jalanan, namun akan bersikap lembut dan ramah ketika berhadapan dengan pasien.
Tak butuh waktu yang lama untuk sampai di Bronze Bar, karena jalanan belum terlalu macet.
"Hei, lihatlah ... siapa yang datang?" kata Nico teman seprofesi El di Bar tersebut.
El hanya tersenyum lalu memarkir motornya di parkiran khusus karyawan bar.
"Hai Nic, sudah lama?'' tanya El lalu merapatkan kepalan tangannya ke Nico.
"Tidak juga, baru saja."
"Really?''
"Hmm."
"Ayo masuk." El merangkul punggung partnernya itu.
Nico dan El pun masuk ke dalam bar yang sudah terdengar riuh dengan dentuman musik yang menggema begitu kerasnya, di mainkan oleh DJ club malam tersebut.
Seketika El langsung menggoyangkan badannya karena efek musik yang terdengar asik di telinganya
Nico hanya geleng-geleng kepala melihat El yang begitu lincahnya bergoyang dan menjadi pusat perhatian para pria yang sedang duduk di sofa bar.
Merasa sudah cukup puas, El kembali ke meja bartender.
"El!! Aksi kamu itu mengundang tatapan lapar para pria casanova di sana!!'' pekik Nico dengan karena suara musik yang mendominasi.
El langsung terbahak mendengar ucapan Nico.
"Biarin, kamu juga termasuk kan?'' timpal El dan langsung menoyor kepala partnernya itu.
Sesosok pria yang sejak tadi sedang duduk di salah satu sofa, terus saja memperhatikan gerak geriknya dengan senyum khas bad boynya.
Wow, wow, wow ... sebuah kejutan.
"Dan, apa dia karyawan baru?'' tanya pria tersebut kepada Hamdan, Manager di Bar tersebut.
"Siapa?" Hamdan balik bertanya.
Pria itu mengangkat dagunya mengarah ke arah meja bartender lalu menyemburkan asap rokok ke arah El.
"Gadis cantik yang berada di balik meja bartender itu."
Hamdan langsung mengikuti arah pandangan pria tersebut.
"Oh itu. Tidak, Bro, dia sudah bekerja di sini selama tiga tahun. Namanya El dan calon seorang dokter. Sekarang dia sedang magang di salah satu rumah sakit Kota A.
Jadi dia calon dokter, ya? Hmm ... menarik.
"Apa dia menerima tamu, Dan?'' tanya pria itu disertai dengan rasa penasaran sambil mengusap-usap dagunya.
"Kalau masalah itu maaf, Bro. El tidak seperti teman-temannya yang lain. Dia wanita mahal. Maksudku dia masih mempertahankan mahkotanya. Tamu-tamu yang datang di sini sering mengincarnya, tapi dia menolak mentah-mentah.''
"Prinsipnya, nakal boleh-boleh saja tapi satu-satunya mahkota berharganya akan dia serahkan hanya kepada suaminya."
Hmm ... ini semakin menarik.
"Ok, enough and thanks for you information, Dan."
"Sama-sama, Bro."
Setelah Hamdan meninggalkan pria tersebut, pria itu pun beranjak lalu menghampiri meja bartender tempat El sedang meracik minuman.
"Hai," sapa pria itu.
"Hai juga," balas El. "Do you need something, Bro?'' tanyanya dengan seulas senyum
"Yes, wiski please.''
"Ok."
El mengambil gelas kecil dan meletakkannya di depan pria itu lalu menuang wiski ke dalam gelas.
"Thanks, Dear.''
"Ok," jawab El lalu mengedipkan matanya.
Lagi-lagi pria itu tersenyum dan merasa gemes.
"Anak baru ya di sini?" tanyanya basa basi.
"Nggak, lumayan lama juga sih, sudah tiga tahun. Mungkin, kamu saja yang baru datang ke sini,'' jawab El.
Lagi-lagi pria tersebut tersenyum khas bad boynya dan memutar-mutar jari telunjuknya di bibir gelas minumannya lalu meneguknya dengan sekali teguk.
"Lagi," pintanya sambil mengangkat gelasnya.
El kembali menuang wiski ke dalam gelasnya.
"Oh ya. Kenalin ... aku Tara,'' ucapnya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan El.
Dengan senyum ramah El menyambut uluran tangan dari Tara.
"El,'' jawabnya.
Singkat padat dan jelas. 😄😄😄
Tara langsung mengecup jemari lentik El.
El hanya geleng-geleng kepala. Hal seperti itu sudah biasa baginya.
"So .... El, tentang kejadian tadi pagi, lupakan saja.
"Lupakan saja, lagian aku juga malas mengingatnya? Aku sudah sering bertemu dengan orang seperti si bule tadi," kata El lalu terkekeh. "Sepertinya dia maniak dan butuh piknik."
Tara langsung tertawa mendengar ucapan gadis cantik itu.
"El, suatu saat nanti jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan bilang sama aku,'' tawar Tara dan kembali meneguk wiskinya hingga tandas. "El, again and this is the last one." Tara kembali mengangkat gelasnya.
"Apa kamu yakin, Bro? Ini sudah tiga gelas, nanti kamu bisa mabuk,'' tanya El sambil mengerutkan dahinya.
"Tenang saja El, aku nggak akan mabuk hanya karena wiski, soalnya aku sudah terbiasa," jawab Tara
"Really."
"Yes, hanya saja ....." Tara tidak melanjutkan ucapannya.
El sudah tahu apa yang di maksud oleh Tara. Apalagi kalau bukan bed partner.
"Aku sudah tahu yang kamu maksud,'' sambung El sambil terkekeh.
Entah mengapa, Tara merasa ada perasaan yang berbeda dan ia merasa nyaman saat mengobrol dengan gadis itu.
Ternyata dia asik juga di ajak ngobrol, nyambung banget. Sepertinya, aku harus sering-sering main ke sini.
"If you need bed partner, aku ada teman yang bisa menemanimu malam ini,'' ucap El menawari. Namun Tara menggelengkan kepalanya.
Drttt...Drttt...Drttt..
Ponsel Tara bergetar.
"Siapa sih! Ganggu saja," gerutunya.
Saat melihat kontak yang memanggil, Tara sedikit menjauh dari hingar bingar di club malam tersebut.
Saat sudah berada di luar bar, Tara baru menjawab panggilan telfon.
"Ya ... Kai, ada apa?''
"Apa kamu sudah mencari tahu di mana gadis pembangkang itu tinggal?''
"Belum, Kai.''
"Tara! Pokoknya kamu harus cari tahu! Sebelum aku sendiri yang akan turun tangan. Apa kamu mengerti?!" kesal Kai.
"Ok."
Sambungan telepon pun terputus.
Kenapa aku merasa nggak tega dengan El? Kenapa ada rasa ingin melindunginya? Sebaiknya aku harus melakukan sesuatu.
Tara kembali masuk ke dalam bar dan menghampiri El yang sedang melayani salah satu tamu yang duduk di kursi meja bar.
"El, bisa ikut denganku sebentar nggak?'' tanya Tara.
"Ke mana?"
"Ayolah, cuma sebentar saja, aku janji nggak akan macam-macam,'' jawab Tara.
"Tapi ..."
"Nggak usah ada tapi-tapi, lagian ada Nico di situ."
Mau tidak mau, El terpaksa mengikuti langkah kaki Tara ke privat room.
"Are you crazy Tara? Ini privat room bos,'' bisik El di telinga Tara.
Tara seakan menulikan telinganya dan menarik tangannya masuk ke dalam kamar tersebut.
"Kamu tenang saja, El. Pemilik bar ini teman baik aku. So, aku bebas menggunakannya. Kemarilah sebentar dan duduk di samping ku,'' pinta Tara, sambil menepuk-nepuk kasur di sampingnya.
"Kamu mau apa?''
"Sudah, ikuti saja apa yang aku katakan,'' jawab Tara sambil mengeluarkan ponselnya dari kantong celananya.
El menghampiri Tara lalu duduk di sampingnya.
"Aku ingin kita berfoto bareng, pose yang bagus dan sensual, kalau bisa peluk aku. Kamu mau kan? Please."
El hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau cuma itu saja, nggak masalah,'' ucap El dan langsung berpose memeluk Tara dari samping dan meletakkan dagunya di pundaknya.
Tara cukup terkejut dengan sikap El yang biasa saja dan tidak terlihat canggung.
Setelah itu, El kembali menangkup kedua rahang tegas Tara dan memanyunkan bibirnya seperti ingin mengecupnya.
Merasa belum puas, El naik ke ranjang dan memeluk Tara dari belakang lalu meletakan dagunya di pundaknya dan menempelkan kepalanya.
Lagi-lagi Tara di buat terkejut, karena dengan santainya El memeluknya begitu intim tanpa rasa malu, namunTara tersadar oleh suara gadis itu.
"Kok, bengong? Padahal dari tadi aku sudah berpose dengan tiga gaya sekaligus, tapi kok belum di foto juga? Kamu gimana sih!''
"Ayo, cepetan foto. Silakan pilih pose yang mana kamu suka, 1, 2, atau 3,'' tanya El lagi dan ingin melepaskan pelukannya namun Tara menahan tangannya.
"Tiga saja ... seperti ini,'' jawab Tara dan langsung memotret dirinya dan El yang tersenyum manis.
Setelah selesai memotret, El kembali duduk di sampingnya.
"Untuk apa sih?" El penasaran.
"Nggak ada. Buat kenang-kenangan saja." Tara berbohong.
"El ."
"Hmm."
"Apa kamu sering seperti ini?''
"Ya, tapi itu dulu, saat aku masih memiliki pacar. Aku sering seperti itu. Jika sekedar ciuman, pelukan dan sentuhan sudah biasa bagiku, tapi ketika di ajak berhubungan intim, aku menolak. Itu lah mengapa hubungan asmaraku selalu kandas."
El menghela nafasnya lalu melanjutkan kalimatnya.
"Honestly, aku juga nggak mau munafik, di setiap pelukan, sentuhan dan ciuman yang aku dapatkan, aku menginginkan lebih dari itu. Kamu tahu kan, jika nafsu itu lebih besar daripada harus menahan hasrat begituan. Tapi aku memilih menahannya. Karena satu-satunya mahkota paling berharga dalam diriku hanya akan aku serahkan kepada suamiku," jelas El panjang kali lebar.
Tara hanya bisa tertegun dengan penjelasan El, lalu menatap wajah cantik sang bartender yang memiliki rambut panjang itu.
"Ok, sudah selesai, kan. Aku akan kembali bekerja, takutnya nanti bos akan memergoki kita berdua di sini. Aku nggak mau di pecat,'' ucap El sambil berlari kecil menghampiri pintu lalu membukanya.
Tara kembali tersenyum melihat tingkahnya.
Sebelum menutup pintu, El memberi ciuman jauh lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Tara yang masih menatapnya.
Tara hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah El yang menggemaskan baginya.
Kenapa dadaku berdebar saat menatap matanya? Apa itu tadi? Dia dengan santainya memelukku. Oh damn!!
Tara menghubungi seseorang dan mengirim fotonya bersama El tadi, ia meminta menutup semua akses informasi dan data-data tentang El.
"Aku percayakan semuanya padamu. Sebelumnya, kabari aku dulu tentang data diri El."
"Siap," jawab seseorang lewat benda pipih itu.
Setelah memutuskan panggilan telfon,Tara langsung merebahkan tubuhnya di ranjang berukuran king size tersebut lalu memejamkan matanya.
.
.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Jans🍒
Badasss, keren si cewe make motor gini
2022-09-25
0
Senajudifa
halo salken dr kutukan cinta dn mr.playboy y..sdh kumasukan dlm favoritku thor supaya aku ngga kehilangan jejak
2022-07-19
3