🔥🔥🔥
"Bos siang ini kita kembali bertemu dengan klien Perusahaan ALMERO GROUP," ujar Bram sembari meletakan beberapa berkas di atas meja kebesaran Ben.
Ben memutar bola matanya beberapa kali, kau menatap lurus ke depan. "Aku tidak bisa ikut serta karena ada suatu hal yang sangat penting. Lot mengabarkan mereka mendapatkan informasi keberadaan orang yang selama ini aku cari," pungkasnya kembali.
Bram lalu mendudukkan dirinya karena ingin mendengar lebih lanjut apa yang didapatkan informasi dari rekan kerjanya di sana. "Siapa orang itu bos?" tanya Bram dengan wajah serius.
"Untuk memastikannya aku ingin melihatnya sendiri," ujar Ben karena sesuai ciri-ciri yang diinformasikan sangat sama dengan hasil sketsa usang milik Ben dimasa lalu. Ben tidak mendapatkan foto orang yang telah membunuh keluarganya tetapi karena keahliannya melukis sketsa sehingga membantu keinginannya untuk mengingat wajah seseorang itu.
"Bagaimana kelanjutan dengan tanda tangan pengajuan klien? apa di setuju atau malah sebaliknya?"
"Jika CEO kembali batal bertemu, tinggal batalkan dan anggap kita menolak, dan sebaliknya kau tanda tangani saja," titah Ben sembari beranjak ingin segera pergi ke lokasi.
"Baik bos!"
🔥🔥🔥
Di sebuah cafe yang pernah mereka ketemu untuk pertama kalinya. Kini wanita beda usia itu menunggu kedatangan CEO maupun asisten dari perusahaan pencakar langit.
"Jane apa mereka membatalkan pertemuan ini?" ucap Arabelle setelah mengecek arloji di pergelangan tangannya karena sudah 10 menit mereka tiba ditempat yang dijanjikan.
"Sepertinya tidak Nona," sahut Jane yang tengah mengecek ponselnya, di sana tidak ada pemberitahuan pembatalan pertemuan.
Hmm
"Nona CEO nya wah banget. Hot habis," cicit Jane sembari membayangkan ketampanan serta keseksian Ben.
Arabelle mengernyitkan dahi mendengar kekaguman Jane kepada pria yang belum pernah bertatap muka dengan dirinya.
"Bibirnya, dan satu lagi asetnya.... wah idola para kaum hawa," gumam Jane dengan tidak sadarnya dengan situasi saat ini. "Tapi sangat dingin dan angkuh," umpat Jane dengan suara lantang.
"Anda mengumpat siapa Nona Jane?" tiba-tiba suara bariton dari arah belakang Jane membuat mulut Jane menganga, lalu dengan segera dibungkam dengan tangannya.
Bram tanpa dipersilahkan mendaratkan tubuhnya di sofa tepat menghadap Jane. Pandangannya tak lepas dari Arabelle. "Akhirnya bidadari surga kini ada di depanku," batin Bram.
"Nona kenapa tidak memberitahu jika pria mata keranjang itu sudah tiba?" bisik Jane dengan menempel mulutnya di telinga Arabelle.
"Bagaimana aku bisa menghentikanmu Jane? kamu terlalu bersemangat," ucap Arabelle sembari tersenyum kecil, hal itu membuat jantung Bram berdebar.
"Selamat siang Tuan," sapa Arabelle sehingga lamunan Bram buyar, ia jadi kikuk sendiri. "CEO anda tidak hadir?" sambung Arabelle.
Bram mengubah posisi duduknya semakin membuatnya berwibawa. "Tuan ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, saya akan meresmikan pengajuan dari perusahaan Nona," ujar Bram sembari meraih berkas kerja sama dua belah pihak perusahaan yang sudah diletakan Jane du atas meja.
Arabelle mengembangkan senyuman mendapatkan persetujuan. Sedangkan Jane hanya menunduk saja, ia sejujurnya masih sangat malu bertatap muka dengan Bram, tentang masalah waktu itu.
"Terima kasih Tuan," ucap Arabelle setelah Bram menyerahkan kembali dokumen kerja sama.
Hmm
Mereka berlanjut mengobrol di sela-sela makan siang. Bram sedikit canggung karena ia salah tingkah dengan Arabelle, begitu juga yang terjadi kepada Jane. Sedangkan Arabelle santai-santai saja karena ia tak tau hati atau pikiran kedua orang itu.
🔥🔥🔥
Ben sudah tiba ke lokasi dimana anak buahnya sempat melihat sekilas pria yang menjadi musuh terbesarnya.
"Maaf bos kami kehilangan jejak," ujar salah satu dari mereka.
"Kenapa kalian ceroboh sekali?" bentaj Ben dengan murka sehingga membuat mereka menunduk.
"Ini fotonya bos," salah satu anak buah Ben mendekati, memberikan ponselnya untuk dilihat Ben.
Ben meraih ponsel itu, lalu memperhatikan wajah, wajah yang pernah ia lihat beberapa puluhan tahun lalu. Ben tidak salah lagi, pria itu adalah orang yang dicarinya. Wajah itu tak berubah, hanya sedikit beda guratan menua di wajahnya.
Ben menjentikkan jari telunjuknya. Semua anak buahnya pergi meninggalkan ia seorang diri.
Ben melangkah dengan kaki gontai menuju kursi goyang. Tatapannya tak lepas dari wajah pria itu. Seketika ingatan masa lalu berputar di ingatannya seperti rol film.
Dimana Daddy nya dibantai dengan brutal sampai menghembuskan nafas. Dimana Kakak tersayangnya diperlakukan begitu kejam sampai pada akhirnya meregang nyawa dengan tragis.
Tanpa sadar air mata mahal milik Ben bergulir membasahi wajah yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Mata tajam itu memerah.
"Daddy, Kak Brenda sebentar lagi apa yang kalian rasakan akan terbalaskan. Aku sudah menemukan brengsek itu," gumam Ben dengan bibir bergetar menahan tangis. Menurut seorang Ben balas dendam adalah hal yang benar dan itu akan membuat kedua orang yang ia sayangi tenang di alam berbeda.
Ben menyeka air matanya, dengan rahang mengeras. "Sebentar lagi kau akan merasakan apa yang aku rasakan. Aku akan menghancurkan keluargamu terlebih dahulu, agar kau merasakan apa yang pernah aku rasakan," ujar Ben dengan aura wajah membunuh.
Ben keluar ruangan untuk bertemu kembali dengan anak buahnya.
"Cari informasi keluarga pria itu. Jika ia memiliki siapapun yang ia sayangi, langsung tangkap dan serahkan kepadaku," papar Ben dengan sorot mata berapi-api.
"Bos anak buah dari sana mendapat informasi jika pria itu memiliki seorang putri semata wayang," terang salah satu dari mereka yang baru tiba ke lokasi yang dijanjikan.
"Bagus! Tangkap gadis itu sekarang juga dan serahkan kepadaku di markas A," ujar Ben dengan bibir melengkung.
"Baik bos!"
"Ingat jangan lakukan apapun di tubuhnya karena tanganku sendiri yang melakukan itu," peringatan tegas dari Ben.
Semua anak buahnya mengangguk. Ben langsung segera pergi menuju markas yang disebutkan.
🔥🔥🔥
Pulang kerja Arabelle menyempatkan diri singgah di sebuah pusat pembelanjaan. Semua kebutuhan ia dan Bibi kehabisan stok, sehingga membuatnya mau tidak mau singgah.
Arabelle masuk langsung menuju rak yang menjadi tujuan utamanya. Satu-persatu barang mulai dimasukan di stroller. Biasanya ia dan Bibi belanja tetapi kali ini terpaksa membuatnya belanja sendiri karena beberapa hari ini Bibi kurang sehat. Biasalah penyakit sudah tua. Begitulah yang selalu dikatakan Bibi, dengan alasan tidak ingin mendapat penanganan dokter. Bukan Arabelle namanya jika tidak menentang keinginan Bibi, saking khawatirnya Arabelle membawa perawat ke Mansion untuk menjaga Bibi.
Barang kebutuhan sudah terpenuhi. Arabelle bergegas menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya menggunakan kartu kredit hasil kerja kerja kerasnya sendiri.
Tiba di mobil Arabelle memasukan beberapa kantong di bagasi. Kebetulan hari ini ia menyetir sendiri karena memang keinginannya sendiri.
Belum sempat masuk kedalam mobil, mulut Arabelle tiba-tiba dibungkam dari arah belakang.
Hmm
Rintihan Arabelle sembari berusaha berontak. Keadaan sudah menjelang petang sehingga tempat parkiran sedikit sepi. Tidak lama Arabelle kehilangan kesadaran karena pengaruh obat bius.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Diana Silaen
yg membunuh orang tua Ben adalah Almero
2024-07-15
0
Ndha Yanty
yang kaya begini nih seru
2022-10-31
1
Mami three A
pasti Ben kaget deh
2022-05-08
3