"Gres tolong jangan pergi. Lihat anak-anak, mereka masih membutuhkanmu," seru pria bermata coklat itu sembari menghalangi jalan wanita berkulit putih.
"Minggir Wil, jangan halangi aku!" Teriak Gres sembari menghentakkan tangannya sehingga genggaman Williams itu terlepas.
"Kau benar-benar seorang wanita yang tak punya perasaan. Dimana hati nurani kau Gres?" bentak Williams sudah tersulut emosi, selama ini ia hanya mengabaikan apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Tetapi kali ini ia tidak bisa diam saja karena Gres sudah kelewatan batas.
"Wil aku tidak ingin hidup dengan terlilit hutang sana sini. Aku tidak bisa Wil," cecar Gres tak mau mengalah. "Sekarang kita tak punya apa-apa lagi, yang ada terlilit hutang. Semua perusahaan sudah bangkrut, aku tidak ingin menjadi gembel, dimana aku taruh wajahku ini dengan teman-teman sosialita?" imbuhnya dengan menggebu-gebu.
"Itu semua karena kau, terlalu royal dengan uang perusahaan. Gaya hidupmu sungguh diluar nalar. Selama ini aku membanting tulang untuk mendirikan perusahaan tetapi dengan mudahnya kau hancurkan, kau kuras Gres!" Pungkas Williams sembari mencengkram erat lengan Gres.
"Lepas sakit," lirih Gres seperti hentakan sembari menghentakkan tangannya agar terlepas tetapi sayangnya tidak membuahkan hasil.
"Sakit? asal kau tau yang lebih sakit di sini adalah aku. Dengan tak tau diri kau menduakan aku dan membayar sejumlah gigolo di luaran sana untuk memenuhi nafsu setanmu itu!"
Gres tersenyum mengejek.
"Apa kau bisa memenuhi itu semua? apa kau bisa Wil? tidak bukan?" ucap Gres sembari tertawa mengejek tak mau disalahkan.
Williams mengeraskan rahang dengan kedua tangan terkepal erat.
"Aku seperti ini juga karena kau, asal kau tau itu," ujar Williams.
Gres membeku sesaat, ingatan beberapa tahun yang lalu terlintas di ingatannya. Dimana saat itu ia hampir saja dilindas sebuah mobil, tetapi nyawanya masih terselamatkan oleh Williams.
Williams menyelamatkan Gres sehingga ia sendiri yang mengalami kecelakaan. Akibat dari musibah itu alat vitalnya divonis tidak bisa lagi berfungsi.
Tahun ketahun Gres mulai berubah. Ia lebih banyak wara-wiri sana sini dengan para geng sosalitanya. Entah pergaulan bebas sehingga membuatnya terjerumus lebih dalam. Perselingkuhan itu sudah dari awala diketahui Williams tetapi ia masih sabar.
Dret....
Ponsel milik Gres bergetar sehingga membuat keadaan sempat hening kembali memanas.
"Halo say.... oke aku akan segera ke sana"
Dengan santainya Gres menjawab telepon itu dihadapan Williams.
Williams menajamkan matanya mendengar apa yang dibicarakan Gres.
Tok tok
Tiba-tiba pintu rumah diketuk.
Williams segera membuka pintu karena ia pikir itu adalah pria yang ingin menjemput Gres.
Klek
Pintu terbuka. Ternyata di depan pintu sedang berdiri dua pria dengan tangan memegang kertas.
"Tuan Williams tujuan kami datang ke sini ingin menyampaikan jika rumah milik Tuan Williams akan disita," ucap salah satu pria berpakaian kemeja putih itu sembari menyodorkan kertas yang bertuliskan rumah ini disita.
Deg
Williams segera memegang dadanya yang begitu sakit. Bagaimana tidak, rumah mewah satu-satu miliknya akan disita oleh bank.
"Kami akan memberi waktu tiga hari untuk keluarga Tuan Williams angkat kaki," ujar mereka kembali.
Williams terdiam, tidak tau akan berkata apa karena sekarang ia tak memiliki harta sepeserpun.
Selepas kepergian dua petugas bank itu, Gres kembali mencecar Williams.
"Dasar sumi tak berguna. Kita tak memiliki apapun lagi, lihat rumah ini juga akan disita," teriak Gres sembari menatap tajam Williams.
Dengan santainya ia berlalu sembari menyenggol bahu Williams yang berdiri mematung diambang pintu.
"Gres..... " panggil Williams tetapi tak digubris oleh Ibu dua anak itu.
Williams hancur, ia berlutut dengan dua kaki di lantai terbuat dari marmer tersebut.
Aaak....
Teriaknya sembari meninju lantai. Mencurahkan rasa kehancurannya.
Tanpa disadari dua sosok sejak tadi memperhatikan pertikaian kedua orang tua mereka. Bukan ini kalinya mereka mempertontonkan pertengkaran itu, bahkan hampir setiap kedua orang tua mereka.
"Ben ayo ikut Kakak. Sebaiknya kita kerjakan tugas masing-masing," ucap lirih anak remaja berparas cantik itu.
"Kak Brenda kenapa Mommy jahat sekali kepada Daddy?" ucap Ben setelah mereka berada diruang belajar.
"Sayang jangan pikirkan itu ya? apa lagi membicarakan hal itu kepada Daddy. Daddy sudah banyak pikiran," ucap lembut remaja berusia 15 tahun itu.
"Mommy sungguh keterlaluan Kak," cicit Ben kembali mengutuk sang Mommy.
Seketika bayangan dimana Gres membawa pria lain ke rumah itu, dan bahkan Ben melihat bagaimana Gres bercinta dengan beberapa pria di rumah ini.
"Sayang apapun yang terjadi tetap semangat," hanya itu yang bisa dikatakan Brenda karena ia sendiri juga sudah tau bagaimana perselingkuhan sang Mommy.
Ben mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengeras. Bocah berusia 9 tahun itu sangat murka dan muak dengan perbuatan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
"Ben benci Mommy, sangat benci!" Cecar Ben dengan tatapan tajamnya.
Brenda langsung membawa Ben kedalam pelukannya.
"Kakak juga sangat membenci Mommy. Sungguh jika disuruh memilih, Kakak tidak ingin terlahir dari rahim Mommy," batin Brenda berusaha menahan tangisnya.
Hmm
Deheman seseorang yang mereka kenali diambang pintu membuat kesadaran keduanya membuyar.
"Daddy...." seru mereka serentak.
"Sepertinya kalian lagi melepas kerinduan?" ucap Williams sembari melangkahkan kaki masuk kedalam ruang belajar.
"Daddy," Brenda langsung memeluk tubuh kekar yang berdiri menjulang dihadapannya.
"Ada apa sayang? apa ada masalah?" tanya Williams berpura-pura, ia tau bahwa kedua buah hatinya mendengar pembicaraan mereka dengan petugas bank tadi.
"Daddy yang sabar ya?" lirih Brenda dengan wajah dibenamkan untuk menahan tangisnya.
"Son," panggil Williams kepada Ben yang hanya berdiri mematung dengan mata memerah.
"Daddy," balas Ben seiringan ikut memeluk pinggang Williams.
Williams mendekap kedua tubuh itu dengan dada sesak. Bagaimana mampu ia membawa kedu buah hatinya meninggalkan rumah mewah ini. Dari sejak kecil mereka sudah hidup bergelimang harta.
Sungguh Williams tidak mampu untuk membayangkan semua itu. Mereka akan tinggal dimana? sedangkan ia sudah tak memiliki apa-apa lagi. Semua hartanya sudah terkuras.
Williams membawa keduanya kembali duduk di kursi masing-masing.
"Daddy minta maaf," ucap Williams dengan wajah menunduk.
Brenda maupun Ben menggelengkan kepala. Mereka tidak setuju dengan permintaan maaf Williams, karena semua yang terjadi bukanlah kesalahan Daddy mereka tetapi semua adalah kesalahan seseorang yang salah satunya adalah wanita yang telah melahirkan mereka. Wanita yang tak punya hati nurani.
"Daddy tidak salah apapun. Bagi Brenda Daddy adalah pria hebat dan luar biasa," kata Brenda sembari berusaha tersenyum.
"Kamu anak yang baik, tidak mengikuti jejak Mommy kalian," Williams membatin.
"Daddy adalah seorang superhero," timpal Ben dengan gaya menepuk dada Williams berkali-kali.
Seketika Williams menyunggingkan senyuman mendengar dan melihat gaya Ben, putra tampannya itu.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
sangat memiluhkan 2 orang anak yang harus melihat orang tua bertengkar dan itu bukan sekali dia kali🥺🥺🥺🥺
2023-01-27
1
Alya Yuni
Dsar si Gres trllu jhat
2022-09-08
0
Erriz M'Prima
gitu deh klu orang tua pisah pasti anak yg jdi korban...ih jgn sampe terjadi pda diri ini amit amit ah... lnjut ka 👌👌
2022-05-26
3