Sinar matahari masuk dari cela-cela jendela sehingga membuat pria yang tengah tertidur di samping Arabelle mengerjapkan mata.
Bayangan demi bayangan melintas dalam ingatannya. Dengan segera ia menoleh kearah samping.
Di sana ia dapat melihat punggung mulus Arabelle yang terbuka. Selimut hanya menutupi dada sebatas pinggang. Kebetulan posisi berbaring Arabelle menyamping.
Pria itu mengusap wajahnya berkali-kali seakan tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi.
"Siapa dia?" gumam pria itu tanpa melepaskan pandangannya kearah Arabelle yang masih terlelap. Dengan penasaran pria itu semakin mendekat dengan posisi duduk. "Aku harus tahu siapa dia, bisa saja ini jebakan para musuh," gumamnya kembali.
Arabelle menggeliatkan tubuh terbukanya, mengubah posisi tidurnya menjadi bergantian ke samping kanan. Hal itu memudahkan untuk pria itu memperhatikan wajah Arabelle yang masih ditutupi oleh helaian rambut yang sudah kusut.
Perlahan jari-jemari pria itu menyibak helaian rambut yang menutupi wajah terlelap Arabelle.
Deg
Tubuhnya membeku dengan tangan masih menempel di pucuk kepala Arabelle. Pria itu terpesona dengan paras cantik Arabelle yang tertidur dengan nyenyak.
"Ternyata wanita yang aku gagahi sangatlah cantik," batin pria itu tanpa melepaskan tatapan nya ke wajah Arabelle. Ia kembali memperhatikan seluruh tubuh Arabelle, di sana banyak tercetak maha karya yang ditinggalkan pria itu ketika mereka sedang bertarung di atas ran jang. "Sungguh mahluk yang paling sempurna," batinya kembali mengagumi lekuk tubuh Arabelle yang menurutnya sempurna.
Pria bermata coklat kebiruan itu masih betah menatap Arabelle. "Dia patah hati sehingga menjajakan tubuhnya, sungguh pikirannya sangat pendek," ujar pria itu dengan senyuman sinis. Seketika rasa tidak suka memenuhi dirinya. "Tetapi dia orang pertama yang berhasil meluluhkan pertahanaku selama ini. Pistol baja milikku berhasil menerobos sasaran yang sebenarnya," imbuhnya.
Karena merasa ingin buang air kecil membuat pria itu terpaksa menyudahi tatapannya ke wajah Arabelle. Dengan segera ia beranjak dari tempat tidur lalu melangkah memasuki kamar mandi.
Pria itu sedang di kamar mandi. Arabelle mulai menggeliatkan kembali tubuhnya, dan berusaha mengerjapkan mata. Kepalanya terasa berat.
Kedua mata Arabelle telah terbuka perlahan. Bola matanya memutar ke atas.
Deg
Tak lama ia baru sadar dengan apa yang terjadi. Lebih lagi membuatnya kaget melihat keadaannya tanpa sehelai benang.
Arabelle ingin sekali berteriak tetapi dengan cepat ia urungkan setelah mendengar gemercik air didalam kamar mandi. Arabelle yakin jika yang ada dalam kamar mandi adalah pria yang menjadi lawan panasnya dalam ran jang.
Dengan berurai air mata Arabelle berusaha bangun. Area intimnya terasa sangat nyeri tetapi tidak membuatnya berdiam diri.
Arabelle meraih semua pakaian yang berserakan di lantai, dengan terburu-buru ia mengenakannya. Arabelle ingin tahu rupa pria yang memuaskannya tetapi rasa malu dan jijik membuatnya segera meninggalkan rumah itu.
Dengan langkah buru-buru Arabelle keluar dari kamar dan menuju pintu keluar. Seakan dunia mendukung sehingga memudahkannya untuk keluar menjauh dari rumah seperti gudang itu. Rumah yang menjadi saksi bisu pertempuran mereka di ran jang.
Sepanjang perjalanan pulang menuju Mansion, Arabelle seperti patung. Ia pulang menaiki taxi.
Tiba di Mansion Arabelle langsung bergegas menuju kamar, sangat beruntung karena ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya.
Arabelle masuk kedalam kamar dengan tidak lupa untuk mengunci pintu dengan rapat. Ia langsung bergegas menuju kamar mandi, ingin membersihkan tubuhnya yang sangat menjijikan itu.
Kini Arabelle duduk dengan memeluk kedua kakinya di bawah aliran air shower. Seakan air shower membersihkan sisa-sisa keganasan pria yang menggagahinya serta pria yang mengambil mahkota yang selama ini ia jaga.
"Aku kotor, aku kotor dan menjijikan," lirih Arabelle sembari menangis histeris dengan tangan menggosok seluruh tubuhnya, ingin menghilangkan stempel yang diberikan pria itu. Bukannya menghilang malah gosokan itu mengakibatkan kulitnya memerah.
Arabelle menangis tanpa henti, menangisi kebodohannya. Penyesalan kini ia rasakan, penyesalan yang tidak dapat mengembalikan semuanya seperti semula. Seperti pepatah mengatakan nasi sudah menjadi bubur dan tak mungkin kembali menjadi nasi lagi.
"Kau bodoh Ara, sungguh kau sangat bodoh. Kau sama saja seperti wanita-wanita penggoda di luaran sana yang dengan mudah melemparkan dirinya kepada pria yang sama sekali tidak dikenal. Hiks.... hiks.... " Ara mengoceh disertai tangisan.
Merasa sudah sangat kedinginan membuat Arabelle bangkit perlahan. Jari tangan serta kakinya mulai mengerut pertanda ia sudah kedinginan.
Dengan langkah gontai Arabelle melangkah keluar kamar, lalu menggenakan pakaian lengkap. Untuk hari ini ia tidak akan keluar dari kamar, ia akan mengurungkan diri berdiam di kamar.
Arabelle membaringkan tubuhnya dengan menutupi seluruh tubuhnya. Ia tidak ingin siapapun melihat tubuhnya seperti macan tutul.
Arabelle tidak sanggup jika sang Daddy mengetahui apa yang terjadi kepadanya. Orang tua mana yang tidak akan terluka bila tahu putri kesayangannya baru saja di perkoza, yang tepatnya itu dasar suka sama suka, malahan aku sendiri yang menggoda bahkan melemparkan diri di ran jang miliknya.
🍁🍁🍁
Usai membersihkan diri pria itu segera keluar dengan handuk dililitkan sebatas pinggang seperti awal sebelum kejadian waktu itu.
Dengan wajah segar ia melangkah keluar kamar mandi. Langkahnya terhenti ketika tidak mendapati wanita yang awalnya tadi masih tertidur nyenyak.
Tempat tidur itu kosong dengan seprei serta bantal berserakan kemana-mana.
Pria itu melangkah dengan wajah muram karena tidak menemukan sesosok itu. "Kemana dia?" ujarnya dengan mendudukkan diri di atas kasur. Seketika pandangannya terpusat di atas seprei yang terdapat noda merah seperti darah.
Ia membungkuk untuk meraih seprei yang berjuntai jatuh di lantai. Diusapnya noda darah yang sangat diyakininya itu adalah darah kesucian wanita yang ia tiduri.
Tanpa merasa jijik ia cium dengan mata terpejam. Bau amis tentu saja yang dapat ia cium. Ia hanya memastikan dengan jelas jika noda itu adalah darah.
Hmmm
Tidak ingin berpikir panjang pria itu segera bangkit memakaikan pakaiannya. Ia masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, ia tidak ingin memikirkan yang baru saja terjadi. Ini bukan kesalahannya tetapi wanita itu sendiri yang melemparkan dirinya tanpa imbalan.
🍁🍁🍁
Tok tok
"Ara.... Arabelle," panggil Almero dari luar kamar, tepatnya di depan pintu.
Arabelle mendengar beberapa kali panggilan itu tetapi tidak membuat dirinya beranjak dari tempat tidur.
"Sayang.... buka pintunya, Daddy ingin bertemu denganmu. Jangan mengurung diri untuk pria brengsek itu, dia tidak pantas untukmu sayang," papar Almero di luar pintu.
"Ara tak ada ubahnya dengan Joseph Dad. Ara juga brengsek," batin Arabelle kembali mengeluarkan air mata.
"Sayang mungkin Ara ingin sendiri," ucap Gres menghampiri Almero. "Sebaiknya kita biarkan dia menenangkan diri," imbuhnya sembari mengusap punggung Almero.
"Ini semua gara-gara Joseph, putriku sangat terluka. Awas kau Joseph, kau akan merasakan bagaimana sakitnya Ara," ujarnya dengan rahang mengeras.
"Selalu sajalah memanjakan putrimu itu," Gres membatin dengan tatapan sinis di daun pintu kamar Arabelle yang tertutup rapat.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Adek kamu itu Ben, anak Gres dgn Almero..
2023-07-01
0
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
kalian sama" baru pertama x melakukan'y Ara n Ben🤭🤭🤣🤣
2023-01-28
2
lovely
gimna cowok ga pindah klaim hati istrinya begokkkk ga mau berhub ma cowok malah memberikannya cm2 SM mafia yg tukang main perempuan 🥵
2022-09-05
0