Ben masuk kedalam rumah dengan keadaan sunyi. Di ruang keluarga ia mendapati kerapuhan seseorang yang sangat ia sayangi yang tak lain adalah Williams, sosok Daddy yang laur biasa bagi Ben.
"Dad," panggil Ben, ia baru pulang dari sekolah.
Mendengar panggilan Ben membuat lamunan Williams tersadar. Dengan segera ia menyeka sisa-sisa air mata keterpurukan itu.
"Son kau sudah pulang?" ujar Williams. "Sebaiknya kau segera makan," imbuhnya berusaha tegar seperti tidak ada yang terjadi barusan tadi. Sedangkan Ben sangat tau jika kedua orang tuanya kembali bertengkar.
"Kakak mana Dad?" tanya Ben karena tak mendapati sosok Brenda.
"Didalam kamarnya, mungkin Kakakmu mengemasi barang-batangnya. Son besok kita harus meninggalkan rumah ini jadi sebaiknya kau bantu Kakakmu mengemasi barang-barang kalian," pungkas Williams dengan mata memerah.
"Iya Dad," sahut Ben tidak ingin banyak bertanya lagi karena ia tidak ingin menambah beban sang Daddy.
Ben berlalu menaiki tangga menuju kamar milik Brenda.
Williams memandangi tubuh Ben sampai tak terlihat lagi.
"Daddy minta maaf karena harus membuat kalian menderita," gumam Williams sembari mengusap wajah pilunya.
Bukan hanya kekayaan mereka yang menghilang tetapi istri yang pernah ia cintai juga ikut menghilang. Istri yang tidak punya kesetiaan seperti ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang. Peribahasa ini sangat cocok diselipkan kepada Gres.
Klek
Ben langsung membuka pintu kamar Brenda. Benar saja apa yang dikatakan Williams, Brenda sedang mengemasi barang miliknya kedalam beberapa koper besar.
"Ben kamu sudah pulang?" lirih Brenda sembari menyeka air matanya. Bagaimana tidak air mata itu terus menetes, ucapan Gres terngiang-ngiang di telinganya.
"Kak Brenda menangis? apa yang wanita itu lakukan kepada Kak Brenda?" seru Ben dengan khawatir.
Brenda menggeleng sembari berusaha tersenyum.
"Kamu sudah makan? makan dulu sana, Kakak sudah masakin spaghetti kesukaan kamu," ucap Brenda ingin mengalihkan pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan Ben. Ia sangat hafal bagaimana watak Adik tampannya ini.
"Ben tidak lapar Kak. Apa yang wanita itu lakukan sehingga membuat mata Kak Brenda sembap?" ujarnya kemabli.
"Ben hiks hiks....." Brenda langsung memeluk Ben sembari menangis.
Tentu saja membuat Ben semakin penasaran.
"Mommy mengatakan jika Kak Brenda bukanlah putri Daddy hiks... hiks...." lirih Brenda sembari menangis.
Deg
Mendengar pernyataan Brenda membuat Ben segera melepaskan pelukan mereka.
"Apa? apa yang Kak Brenda katakan? bagaimana mungkin?" cecar Ben sembari mendekap kedua bahu Brenda yang bergetar akibat menangis.
"Iya Kak Brenda bukanlah putri kandung Daddy, itulah yang dikatakan Mommy sebelum pergi meninggalkan kita. Mommy juga sudah menceraikan Daddy, sedangkan kita tetap bersama Daddy," ungkap Brenda dengan pilu.
Ben mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengeras, menggertak seluruh gigi rapat itu. Jiwa kejamnya mulai terlihat.
"Brengsek," ujar Ben tertahankan.
Ben kembali memeluk Brenda yang semakin menangis. "Jangan pernah panggil wanita itu dengan sebutan Mommy. Dia bukan manusia," cicit Ben dengan serius. Brenda hanya bisa terdiam.
Tanpa mereka sadari, sesosok diambang pintu memperhatikan mereka dengan hati hancur. Tidak tahan lagi Williams melangkah mendekati kedua buah hatinya.
Usapan di punggung masing-masing membuat Ben maupun Brenda tersentak kaget sehingga membuat mereka melepaskan pelukan itu.
"Daddy," seru keduanya secara bersamaan.
Williams mengatupkan bibir sembari mengangguk. Ia segera mendudukkan dirinya di samping Brenda.
"Brenda sampai kapanpun kau adalah putri Daddy, putri kesayangan Daddy. Jangan dengarkan perkataan Mommy, Mommy bohong," ucap Williams seakan membalikan fakta atas kenyataan itu.
Brenda menggeleng karena semua yang dikatakan Gres adalah benar. "Brenda juga sayang Daddy, walaupun Daddy bukanlah Daddy kandung Brenda seperti yang dikatakan wanita itu," lirih Brenda.
Williams membawa Brenda kedalam pelukannya, walau kenyataan mereka tidak memiliki ikatan darah tetapi tidak mengubah rasa sayang Williams kepada Brenda. Gadis cantik itu tetap menjadi putri kesayangannya, sejak dalam kandungan sampai saat ini Williams sangat menyayangi Brenda.
"Brenda sayang Daddy," lirih Brenda dengan terisak.
Williams memejamkan mata mendengar ungkapan kasih sayang Brenda."Daddy juga sangat menyayangi Brenda dan Ben," balas Williams.
🍁🍁🍁
Hari yang tak ingin mereka lewati tiba juga. Kini mereka sedang berdiri di depan rumah mewah itu dengan beberapa koper besar.
Sorot mata Williams tak lepas dari tulisan yang bertengkar di papan pintu.
"Akan aku ambil kembali rumah ini," batin Williams dengan kedua tangan terkepal erat. "Akan aku buat orang yang merebut hasil kerasku," imbuhnya dengan gigi menggertak.
"Daddy suatu saat Ben akan mengembalikan apa yang menjadi milik Daddy dengan cara apapun akan Ben tempuh. Ben akan membuktikan itu Dad," batin Ben dengan tatapan tajamnya.
"Rumah penuh kehangatan kini milik orang lain. Kasian Daddy karena itu semua hasil dari kerja kerasnya, dan kita harus tinggal dimana?" Brenda membatin dengan pilu.
Tiba-tiba langkah mereka terhenti ketika seorang wanita yang sangat mereka kenali menghalangi jalan mereka. Siapa lagi jika bukan Gres, wanita yang tak punya hati nurani.
"Selamat Wil," seru Gres seperti memberi ejekan. Bukannya simpatik tetapi ia malah menambah menyakitkan.
"Terima kasih Gres," balas Williams dengan santai seperti tidak ada yang terjadi, hal itu membuat Gres mengeram marah sendiri.
"Anak-anak Mommy, maaf Mommy tidak bisa membawa kalian," ucap Gres kepada Brenda maupun Ben. "Ini ada sedikit rezeki," Gres langsung menyodorkan beberapa uang tunai di hadapan kedua buah hatinya.
Dengan cepat Ben merebut uang itu, lalu melemparkan kembali sampai mengenai wajah Gres. "Kami tidak butuh uang panas itu," cicit Ben dengan tatapan tajam. Walaupun ia berusia 9 tahun tetapi aura kekejaman sangat terlihat jelas.
"Dasar anak tak tau di untung, sudah dikasi hati minta jantung," cecar Gres dengan sinis.
Bruk
Seketika tubuh Ben didorong cukup keras oleh Gres sehingga Ben tersungkur mengenai besi pakar.
Darah segar menetes dari ujung kening Ben.
"Gres," seru Williams membalas perlakuan Gres sehingga Gres juga tersungkur tetapi tidak separah Ben. "Dasar wanita tak punya ota*," inbuh Williams sangat murka sembari memapah Ben.
"Brengse*," umpat Gres sembari bangkit berdiri.
"Anda sungguh keterlaluan," ucap Brenda sangat marah melihat perbuatan Gres.
Gres mengatupkan bibirnya dengan gigi mengelutuk. "Wil begini hasil didikanmu selama ini? lihat mereka sama sekali tidak menghormati atau menghargaiku sebagai Mommy mereka," ucap Gres dengan sinis.
"Jika ingin dihormati atau dihargai, lebih baik hargai atau hormati dulu orang lain," seru Williams.
Gres bergumam yang pastinya mengutuk ketiganya.
"Suatu saat anda merasakan apa yang kami rasakan," ancam Ben tanpa menghormati Gres, sungguh amarah atau rasa dengan itu menyelimuti seluruh dirinya. Perbuatan hina serta tak terpuji Gres membuat Ben sangat marah.
"Son sebaiknya kita pergi sekarang," ujar Williams sembari menarik lengan Ben.
Gres menatap kepergian mereka dengan wajah sinis, sedikitpun ia tak merasa prihatin. "Terlalu sombong, masih kecil sudah berani mengancam," gumamnya dengan memasang badan.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Diana Silaen
dasar jalang
2024-07-14
0
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
u g punya kaca ya... sini pinjemin nie, ngaca yang bener baru ngomong 😏😏😏😏minta di panggil. momy tapi krlakuan 🅣🅘🅓🅐🅚 seperti seorang momy🙄🙄🙄
2023-01-27
1
lovely
marathon bacanya ngos2an😜
2022-09-04
0