🔥🔥🔥
1 bulan berlalu
Arabelle mulai melakukan aktivitas seperti biasanya, ia berusaha tidak larut dalam penyesalan yang sudah terjadi.
Hari ini adalah tepat dimana Joseph dan Lora mengelar pernikahan, dikarenakan Lora hamil sehingga mereka terpaksa menikah lebih cepat.
Di meja kerjanya mata Arabelle tak berkedip melihat kartu undangan yang terletak di atas meja dengan desain mewah. Belum membuka lembaran ia sudah tau kartu undangan milik siapa itu.
Foto prewedding terpampang jelas dalam kartu undangan itu. "Selamat buat pengkhianat seperti kalian," gumam Arabelle dengan senyuman pilu. Ia raih kartu berdesain mewah itu. "Jangan harap aku akan memenuhi undangan itu, aku tau saat ini kalian menertawai kebodohanku selama ini," imbuhnya sembari meremas kartu undangan itu sampai tak berbentuk seperti semula.
Bulir bening itu bergulir begitu saja membasahi wajahnya. Itu adalah air mata terakhir Arabelle untuk Joseph mantan kekasihnya.
Arabelle meraih sapu tangan warna hitam yang selalu ia bawa kemana-mana. Sapu tangan pemberian dari pria asing sewaktu ia menangisi pengkhianatan dari kekasihnya. "Sapu tangan hitam, kamulah menjadi saksi terakhir aku menangisi pria brengsek itu," ucap Arabelle seakan ia berbicara dengan orang.
Arabelle menatap sapu tangan yang sedang ia genggam yang terbuat dari kain sutra asli dengan tulisan rangkai sangat kecil disisinya yaitu BB. Kelembutan kain itu sangat menyerap air mata.
Dengan aroma maskulin dari pemilik sapu tangan itu membuat Arabelle merasa sangat nyaman sehingga begitu enggan untuk dilepaskan.
Ia mencium serta menghirup aroma maskulin itu. "Siapa pemilik sapu tangan ini? siapapun orangnya aku sangat berterima kasih, berkat sapu tangan ini aku dapat membuka mata," gumam Arabelle sembari memejamkan mata.
Tok tok
Larut dalam lamunannya, Arabelle dikagetkan dengan ketukan pintu.
"Masuk," titahnya sembari memasukan kembali sapu tangan kedalam tas yang diletakkan di atas nakas samping.
"Selamat siang Nona. Saatnya Nona akan memperkenalkan diri di depan seluruh karyawan siapa jati diri Nona. Itulah perintah dari Tuan," ucap seorang wanita berkaca mata.
Arabelle mengangguk seakan mengerti. Selama ini posisi Arabelle sebagai asisten CEO. Tidak ada yang tahu jika ia adalah putri dari pemiliki perusahaan ALMERO GROUP. Bahkan selama ini seluruh karyawan bahkan klien belum pernah bertemu dengan pemilik sesungguhnya.
"Aku sejujurnya ingin menolak tetapi Daddy tetap memaksa," batin Arabelle tidak ingin memimpin perusahaan yang tengah jaya itu.
"Silahkan Nona," ucap Jane menyadarkan lamunan Arabelle.
Arabelle menghela nafas perlahan, lalu beranjak bangkit. Mereka berjalan menuju aula kantor.
🔥🔥🔥
Di ruang gedung pencakar langit dengan memiliki tingkatan ratusan lantai itu pria berdiri tegap di depan kaca besar yang mengelilingi pembatas ruangannya. Siapa lagi jika bukan Ben Brylee.
Tangan kanannya merogoh kantong celananya, ingin mengambil sesuatu yang ia lupakan. Seketika jemari tangannya terdiam tepat didalam kantong tersebut karena tidak menemukan apa yang ia cari.
"Dimana sapu tanganku?" ujar Ben dengan tangan terlepas kosong. Ia ingat betul jika sapu tangan itu ada didalam kantong celananya.
Ben memutar tubuhnya lalu melangkah kembali duduk di kursi kebesarannya. Pria tampan serta kejam itu mengingat-ingat kapan terakhir ia melihat sapu tangan kesukaannya itu.
Hmm
"Aku baru ingat sekarang, ternyata sapu tangan itu kuberikan kepada wanita yang lagi patah hati sewaktu tak sengaja bertemu di parkiran diskotik," gumam Ben. "Kenapa aku bodoh sekali memberi sapu tangan yang hanya bisa aku seorang yang memilikinya," Ben mengutuk dirinya sendiri.
Tangannya merogoh sebatang rokok, lalu segera menyesapnya dan mengepulkan asap itu melalui rongga hidungnya. "Dimana aku cari wanita itu karena bisa saja ia menjual sapu tangan itu," ujar Ben ingin bertemu wanita tersebut.
Tok tok
Mendengar ketukan pintu membuat Ben menyudahi menyesap rokok dengan segera mematikannya. Ia tidak ingin dalam urusan pekerjaan membawa kebiasaan buruknya.
"Masuk," titahnya sembari meneguk segelas air putih yang tersedia di atas meja.
Handle pintu ditekan lalu masuklah pria bertubuh kekar dengan jambang yang memenuhi wajahnya.
"Selamat pagi bos," sapa Bram.
Hmm
Ben hanya mengangguk. Bram adalah anak buah sekaligus asistennya di perusahaan.
"Apa agendaku hari ini Bram?" ujar Ben.
"Pagi ini kita ada meeting dengan bagian kepala keuangan, kepala pengiklanan, kepala perlengkapan," terang Bram sesuai agenda yang sudah tercatat jauh hari. "Nanti siang kita bertemu dengan klien dari perusahaan ALMERO GROUP. Beberapa bulan lalu mereka mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita," sambung Bram. "Sore jadwal bos kosong," imbuhnya.
"ALMERO GROUP? bukankah perusahaan yang baru pindah sekitar 1 tahunan? perusahaan cukup besar dengan bidang yang meliputi property, serta produk berbagai merek kecantikan," ujar Ben.
"Iya benar bos tetapi yang menjadi CEO sekarang adalah putri dari pemilik ALMERO GROUP yang baru 2 bulan ini beliau pimpin," jelas Bram sesuai informasi yang ia dapat.
Ben manggut-manggut sembari mengetuk-ngetuk meja menggunakan jari telunjuknya. Lidahnya bermain dalam rongga mulutnya. "Apa gerangan mereka ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita?" ujar Ben sedikit penasaran.
"Mungkin saja ingin kita mengiklankan produk kecantikan mereka bos," ujar Bram sangat tepat sekali.
Hmm
"Tetap waspada Bram, musuh kita sedang ketat," ujar Ben mengingatkan.
"Tidak ada yang tahu siapa jati diri bos selain saya," papar Bram.
Ben menghembuskan nafasnya, apa yang barusan dikatakan Bram itu benar. Tidak ada yang tahu jika mereka berdua adalah seorang mafia dari geng Lion.
"Aku tidak bisa ikut menemui klien, jadi kau saja yang menemui mereka. Jangan gegabah tetap waspada dan teliti karena kau tahu aku tidak suka dengan kegagalan atau kerugian," ujar Ben.
"Tetapi kenapa bos tidak dapat menemui klien? sedangkan jadwal bos kosong untuk ke depannya?" tanya Bram dengan sangat berani.
"Masih ada pekerjaan yang lebih penting dari itu," papar Ben.
"Baik bos."
Tidak ada yang lain lagi Bram permisi ingin kembali ke ruangannya karena meeting 15 menit lagi.
"Tunggu Bram. Hmm carikan wanita untuk siang nanti setelah makan siang, suruh mendatangiku ditempat biasanya," titah Ben sembari menguap.
"Tadi katanya sibuk, ada pekerjaan yang lebih penting dari ini. Apa tidur di ran jang itu pekerjaan penting yang dimaksudkan?" ucap Bram yang hanya berani mengatakan itu didalam hatinya.
"Bram! Apa kau mendengar aku?" bentak Ben dengan suara meninggi karena Bram hanya diam dengan mulut kumat-kamit seakan membacakan mantra.
"Iya bos saya dengar. Kapan bos?" tanya Bram begitu saja, berarti ia tidak menanggapi perkataan Ben tadi.
"100 tahun lagi."
Bram menelan ludahnya mendengar lelucon yang dilontarkan Ben. "Siang nanti Bram," ujarnya dengan tegas.
"Baik bos," sahut Bram dengan wajah menunduk.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Gagal deh ketemu Ara 😂
2023-07-01
0
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
wkwkwkwk Bram sampe menelan saliva'y dengan susah payah🤣🤣
2023-01-28
1
Rehta Ta
Bram😁
2022-09-08
0