🔥🔥🔥
Di kamar mandi bernuansa serba hitam, pria dengan kulit eksotik merendamkan tubuhnya di bathup dengan menggunakan air dingin.
Ben meletakan kepalanya disisi bathup dengan mata terpejam. Bayangan sisa-sisa percintaannya dengan wanita asing beberapa bulan lalu membuat pistol baja itu mengacung sangat cepat.
Dua bulatan coklat kecil dikedua sisi dada dengan ditumbuhi bulu halus disekitarnya telah mengeras. Itu pertanda saat ini ia terangsang.
Tangan berotot itu bergerak menjalar ke bawah, menggapai batang pistol baja yang sudah mengeras memperlihatkan antena-antena menjulang di sekujur batang itu.
Ssst.....
Bwbir seksi itu mengeram, mengigit bwbir bawahnya merasakan sen zazi yang dimainkan jari-jemarinya sendiri.
Bayangan ketika bwbir serta li dah miliknya menyesap, menarik, memelintir put*** zv zv kemm bar milik wanita asing itu.
Awww....
Era nng Ben semakin me muncakk.
Merasa tidak tahan lagi ia bangkit, melangkah keluar dari bathub. Lalu berdiri di bawah aliran air shower.
Ben kembali menggenggam batang pistol baja, melakukan perlahan gerakan maju mundur sembari membayangkan bagaimana pertempuran mereka tempo hari. Bagaimana jalan pistol baja menerobos atau membidik didalam ruang sempit, bahkan berhasil memecah sesuatu didalam sana.
Dee zah serak memenuhi kamar mandi bahkan mengalahkan bunyi gemercik air shower. Menandakan pistol baja sudah dibidik. Cairan kental panas itu menyembur, tertampung didalam telapak tangannya.
Tentu saja Ben ingin tumbang, seakan merasakan tenaganya hilang. Dengan buru-buru ia membersihkan diri, dan ingin mengistirahatkan tubuhnya yang baru mengeluarkan racun kenikmatan.
"Gadis kecil kau berhasil membuatku berangan-angan," gumam Ben yang ditunjukan kepada wanita yang pernah merasakan pistol bajanya.
Dengan langkah gontai Ben keluar dari kamar mandi. Ia langsung melemparkan tubuhnya di atas kasur tanpa menggenakan pakaian terlebih dahulu.
Andai saja ia tak bermain solo mungkin tidak kelelahan seperti ini. Ia mengingat-ingat berapa ronde menggagahi wanita itu, tanpa merasa lelah. Karena pistol baja itu selalu mengacung.
Dalam sekejap deru nafas kasar terdengar, pertanda ia sudah masuk kedalam mimpi. Ben bukan sulit mendapatkan wanita untuk menyalurkan nafas zvnya tetapi entah mengapa ia engan untuk bersenang-senang dengan lawan mainnya untuk saat ini.
🔥🔥🔥
Klek
Pintu dibuka tanpa diketuk. Hal itu membuat Ben menoleh kearah pintu. "Kau masuk tanpa mengetuk pintu Bram," layangan tegas dari Ben untuk Bram.
"Bos. Maaf saya kira bos tidak berada didalam," ujar Bram tidak tahu jika Ben ada didalam kamar markas karena setahu ia Ben tidak ada jadwal kumpul di markas hari ini.
"Aku bosan makanya stanby di markas," ujar Ben sembari mematikan patung rokoknya.
"Bos kapan kita mendata tangani kerja sama dengan perusahaan ALMERO GROUP?" tanya Bram ingin tahu kapan jadwal itu.
Ben memandangi Bram dengan dahi mengerut. "Kau kelihatan sangat ingin sekali bekerja sama dengan perusahaan itu? apa ada yang kau sembunyikan Bram? kau ingin bermain-main denganku?" ujar Ben dengan tegas, ia merasakan aura aneh dari Bram.
Bram menelan ludah, ia tidak ingin jujur tetapi ia bukan berhadapan dengan orang sembarangan.
"Bram!"
"Saya tidak menyembunyikan apapun bos, masalahnya sekarang sudah dua minggu," jelas Bram.
"Besok, besok kita akan melakukan tandatangan. Atur jadwal untuk menemui klien," ujar Ben dengan tegas, ia sedikit tertarik dengan pengajuan kerja sama dengan perusahaan tersebut.
"Apa? besok? besok bos?" seru Bram seperti orang bodoh menurut Ben.
"Satu bulan lagi."
Hah.....
"Kau seperti orang bodoh Bram," ujar Ben dengan sinis.
"Asik akhirinya bisa cuci mata," batin Bram. Menemui Arabelle tidaklah mudah, wanita itu tak sembarangan orang yang bisa menemui dirinya, seakan kehadirannya pada waktu tertentu saja.
Keduanya memutuskan tidak membahas masalah itu lagi.
"Bagaimana gerak-gerik geng Bird?" ujar Ben sembari memainkan ponselnya.
"Masih ditempat bos. Ketua dari geng Bird masih engan untuk muncul secara langsung," papar Bram.
"Cari titik terlemah mereka agar ia keluar dari persembunyian dirinya selama ini," pungkas Ben.
"Baik bos."
🔥🔥🔥
"Lakukan Gres. Oh my god, nik Matt sekali sayang."
Hmmp
"Jangan dilepas! Terus Gres."
Gres kembali menggerakkan pinggulnya perlahan. Sedangkan pria di bawahnya meracau tidak jelas dengan suara serak.
"Sayang....." dee zahh Gres memuntahkan cairan bening.
Almero tersenyum merasa menang. Kini giliran ia yang memimpin. Seperti biasa Gres menurut saja dengan gaya apapun yang dimintai Almero.
Er angg panjang secara bersamaan memecah pagi hari dalam kamar tersebut.
Tin tin
Tombol pintu kamar berbunyi, itu menandakan ada yang mengetuk pintu.
"Sayang siapa sih pagi-pagi sudah menganggu saja?" Gres mengoceh karena saat ini tubuhnya sangat kelelahan akibat melayani Almero.
"Buka sana," titah Almero segera melepaskan dekapan di tubuh Gres.
"Tidak senang melihat orang bermanja-manja," cicitnya terpaksa melepaskan pelukan itu dan segera bangun untuk membuka pintu. "Tutupi tubuhmu dulu sayang," ucap Gres karena saat ini pria perka za itu masih bertelan jangg.
Almero langsung meraih selimut tebal yang sudah berserakan di lantai, lalu menutupi tubuhnya sebatas dada.
Klek
Gres membuka kenop pintu dengan wajah muram.
"Ara," serunya karena ternyata Arabelle yang berdiri di depan pintu kamar.
Arabelle memperhatikan penampilan Gres yang terlihat berantakan. Jejak smirk di leher putih itu sangat terlihat jelas seperti dilakukan baru saja. Seketika Arabelle mengingat hal yang pernah juga ia alami sehingga membuat kedua tangannya terkepal.
"Apa aku menganggu?" ucap Arabelle seakan paham waktunya tidak tepat.
"Jujur saja kamu menganggu. Ada apa sih pagi-pagi sudah mengetuk pintu?" ucap Gres dengan wajah kesal.
"Aku ingin menemui Daddy, ada hal penting yang ingin dibicarakan karena semalam Daddy lambat pulang akhirnya aku tidak dapat menunggu kepulangan Daddy," terang Arabelle dengan wajah tak bersahabat.
"Gres siapa yang datang?" suara bariton Almero dari dalam sembari melilitkan handuk di pinggangnya.
"Ara sayang," sahut Gres memundurkan tubuhnya dari ambang pintu.
Mendengar Arabelle yang datang membuat Almero Arabelle kearah pintu.
"Selamat pagi sayang," sapa Almero kepada Arabelle tanpa merasa malu dengan tubuh bertel anjang dada.
"Pagi juga Dad," balas Arabelle. "Maaf Ara menganggu," imbuhnya dengan pandangan menunduk. Bagaimana ia berani menatap tubuh Almero yang juga terdapat stempel merah.
"Tidak sayang, kamu sama sekali tidak menganggu. Hmm kebetulan Daddy juga ingin mandi," papar Almero.
"Baik Dad. Ara tunggu Daddy di meja makan, ada yang ingin Ara bicarakan masalah pekerjaan," ucap Arabelle agar Gres tidak berpikir hal lain.
"Iya sayang, Daddy akan segera turun," sahut Almero sembari mengusap pucuk kepala Arabelle yang masih menunduk.
Arabelle pergi meninggalkan kamar itu dengan perasaan malu karena dengan tidak sengaja menganggu kegiatan para orang tuanya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Rasanya Arabelle bukan anaknya Almero dgn Gres ya, pasti dgn istrinya dulu, atau anak dgn kekasihnya..
2023-07-01
1
Erriz M'Prima
pasti mau ngomongin soal kerja SMA dgn BB group
2022-05-26
1