🔥🔥🔥
Sudah satu hari Arabelle mengurung dirinya di kamar tanpa berniat ingin keluar dan melakukan kegiatan yang seperti biasa ia lakukan. Arabelle juga belum siap untuk bertemu dan berbicara dengan kedua orang tuanya. Pelayan hanya datang mengantarkan makanan untu Arabelle tetapi selera makanya seakan hilang, makanan di atas meja masih utuh tak tersentuh, ia hanya sekedar minum susu dan air putih saja.
"Tuan Nona tidak ingin diganggu dengan alasan menenangkan diri," ucap seorang pelayan yang merawat Arabelle dari usia 10 tahun.
"Ara, Ara kenapa kau bodoh memikirkan pria brengsek itu!"
Almero sangat murka, ia mengira Arabelle tengelam larut dalam kesedihan akibat berakhirnya hubungan mereka dengan perselingkuhan Joseph.
"Apakah makanan yang Bibi antar selalu dimakan oleh Ara?" tanya Almero ingin tahu, ia tidak ingin putri kesayangannya sampai menyiksa dirinya.
"Iya Tuan, Nona tetap makan," sahut wanita paruh baya tersebut dengan menunduk, ia terpaksa berbohong karena disuruh Arabelle.
"Baiklah, tetap perhatikan makanan untuk Ara," ujar Almero sembari bangkit beranjak dari meja makan. "Apa Bibi tau Gres pergi kemana?" tanyanya karena sejak tadi ia tidak melihat sosok Gres, bahkan istrinya itu tidak permisi.
"Bibi tidak tahu, tetapi tadi Bibi sempat melihat Nyonya membawa mobil," terangnya sesuai apa yang ia lihat tadi karena kebetulan wanita bertubuh pendek itu berada di halaman, menyirami tanaman bunga.
Almero mengangguk seakan mengerti. "Istri kurang ajar, kau tidak menghormatiku sebagai suami, pergi sesuka hatimu tanpa permisi," gumam Almero dengan murka. Lalu pria memiliki kekejaman itu menghubungi anak buahnya.
Setelah mengobrol singkat dari sambungan telepon ia menyambar kunci mobil dan bergegas memasuki mobil.
🔥🔥🔥
Sedangkan dalam kamar Arabelle meringkuk duduk di lantai dengan mata membengkak serta wajah sembap.
Ia merasa hidupnya tak punya masa depan yang cerah. Apa yang dijunjung tinggi selama ini telah runtuh dengan mudahnya. Ia memberikan dengan sukarela kepada orang asing yang sama sekali ia tidak kenal bahkan tidak tahu bagaimana rupa pria yang merenggut mahkotanya.
"Pria mana yang benar-benar tulus menerima wanita yang sudah tidak suci lagi seperti diriku ini," lirih Arabelle sembari meneteskan air mata. "Selama ini aku selalu menolak ketika Joseph menginginkan tetapi apa ini? dengan mudahnya aku menyerahkan yang tidak seharusnya," imbuhnya dengan pilu.
Bayangan demi bayangan sentuhan pria yang menggagahinya selalu menghantuinya sehingga membuat Arabelle tidak bisa memejamkan mata.
"Bagaimana jika aku hamil? bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Ya Tuhan aku belum siap untuk saat ini," keluh Arabelle sembari mengusap perut yang masih rata. Ia diam sesaat seperti mengingat-ingat sesuatu, seketika senyumannya mengembang. "Aku tidak perlu takut karena aku tidak berada dimasa subur," gumam Arabelle dengan perasaan lega.
Dengan perlahan ia beranjak bangkit, melangkah gontai memasuki kamar mandi. Didalam kamar mandi ia berdiri di depan cermin, memperhatikan seluruh tubuhnya. Stempel keganasan pria itu masih membekas di setiap kulit halusnya.
"Aku benci dengan ini," lirih Arabelle sembari mengusap seluruh leher serta dadanya yang paling banyak di stempel. "Sepertinya pria itu bukan manusia, ia seperti drakula yang memiliki gigi lembut," imbuh Arabelle.
Bayangan sentuhan lidah pria itu terbayang-bayang dalam ingatannya yang membuat jantungnya berdebar.
Aaak....
Ia berteriak histeris sembari menutup kedua telinganya karena terlalu bodoh membayangkan hal yang tak seharusnya ia ingat.
🔥🔥🔥
Di sebuah bar Ben sedang menyesap alkohol yang menjadi teman malamnya. Tak luput dengan dikelilingi beberapa wanita dengan masing-masing berpenampilan seksi yang menggoda iman.
"Bos," sapa Bram yang baru saja datang dari pekerjaannya.
Ben mengangguk sembari menjentikkan jari dengan tanda untuk mengusir setiap wanita penggoda itu.
Setelah para wanita penggoda itu pergi, Bram segera mendaratkan bokongnya di sofa yang ada di hadapan Ben.
"Informasi apa yang kau bawa Bram?" tanya Ben sembari menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.
"Bos informasi di kota x beberapa anak buah mengalami luka-luka tembak akibat diserang anak buah dari geng BIRD," ujar Bram seperti informasi yang ia dapatkan dari bawahannya.
Mendengar informasi yang disampaikan Bram membuat Ben menegangkan tubuhnya dengan tatapan tajam. "Berani sekali mereka bermain-main denganku!" Ujar Ben dengan rahang mengeras serta tangan mengepal.
"Apa yang harus kita lakukan bos?"
"Besok aku akan turun sendiri untuk menghabisi mereka. Kalian berani bermain-main dengan seorang Ben Brylee?" ujar Ben dengan wajah menakutkan, aura kekejamannya sangat terlihat saat ini.
"Baik bos, tetapi mereka tidaklah sedikit. Informasi yang didapatkan mereka dari kalangan negara yang berbeda serta memiliki kekuatan yang tidak mudah dikalahkan," papar Bram.
Ben menatap tajam Bram sehingga membuat Bram mengigit pipi dalamnya. "Maaf bos," ujar Bram karena dengan tak sengaja ia sudah menyinggung Ben.
"Kau lupa siapa aku Bram? kau lupa siapa Ben Brylee?" cecar Ben dengan tatapan membunuh.
Bram menelan ludah, tentu saja ia sangat tahu bagaimana seorang Ben, bos mafia yang berkuasa di Rusia dan negara lainnya. Bram bahkan masih sangat ingat bagaimana Ben membunuh para musuh secara brutal. Tetapi ada satu sisi baik Ben yaitu peduli dengan orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Setiap bulan Ben akan menyumbangkan hasil dari perusahaan yang murni bersih karena ia tidak ingin anak-anak yatim memakan hasil yang tidak halal. Sedangkan untu orang miskin ia menyumbangkan hasil non halal.
Dari sisi kepedulian itu membuat Bram yakin jika bos mafia kejam itu adalah memiliki kepribadian baik.
"Apa kau sudah sumbangan bulan ini ke panti asuhan CINTA KASIH?" tanya Ben seakan mengingat jadwal.
"Belum bos, besok akan saya urus," jawab Bram karena bukan hanya satu panti saja yang akan disumbangkan.
Hmm
Ben membuka dua kancing baju kemejanya bagian atas. Rasa kepanasan membuatnya melepaskan kancing tersebut tanpa menyadari sesuatu. Bram mengerutkan dahi mendapati stempel merah kehitaman di bagian leher Ben yang baru kali ini ia lihat.
"Apa sekarang bos sudah merubah cara mainnya dalam ran jang?" Bram membatin dan bertanya-tanya.
"Ada apa Bram? apa yang kau lihat dari wajahku?" ujar Ben sehingga membuat lamunan Bram buyar.
"Maaf bos bila saya lancang, sepertinya bos merubah cara bermain?" ucap Bram seperti memberi teka-teki.
"Maksud kau apa?" ujar Ben dengan dahi mengernyit, tidak mengerti dengan maksud Bram.
"Leher bos seperti bekas kecupan, bahkan tidak hanya satu tetapi banyak," papar Bram tidak tahan lagi ingin tahu apa penyebabnya.
Ben memutar bola matanya setelah mendengar penuturan Bram, seketika ingatannya jatuh kepada kejadian kemarin, dimana ia menggagahi wanita memiliki lesung pipi yang masih suci, wanita cantik yang berhasil menembakan pistol baja perkasa ke sasaran yang sebenarnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwk sikap Gres gak pernah berubah,dulu ninggalin Will dgn alesan ularnya Will udah gak bisa matok,Dan Will udah bangkrut,Terus sekarang alesannya apa lagi??
2023-07-01
0
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
wow Ara teryata ganas juga ya walaupun itu pertama x untuk'y🤣🤣🤣🤣
2023-01-28
2
adning iza
waaoooww klo ben tau spa ara gmna yaa
2022-10-08
0