Di sebuah gudang kosong yang terdapat di semak belukar tersembunyi. Ben beserta anak buahnya berhasil mendatangkan komplotan yang berhasil meledakan markas mereka.
Kini mereka sudah berjaga-jaga diposisi masing-masing.
"Bos mereka tidaklah sedikit," bisik anak buah Ben yang dapat melihat keadaan didalam gudang. Didalam sana mereka mengemasi berbagai senjata api atau tajam untuk dikirim ke pusat.
"Atur strategi sebelum mereka menyadari keberadaan kita," perintah Ben.
Ben menyelinap masuk dengan hati-hati tanpa memegang senjata. Satu persatu anak buah yang berjaga dapat dilumpuhkannya. Dengan kode tangan Ben memintai anak buahnya mengikuti seperti yang sudah diatur. Sebagian bersembunyi di luar gudang.
Dor dor
Begitulah bunyi tembakan yang menggema didalam gudang. Entah tak begitu lama semua lawan dapat dilumpuhkan.
Ben menyodorkan benda kecil bekal kesayangannya di dahi pemimpin geng Bird.
"Katakan kalian dari komplotan mana? siapa ketua kalian?" ujar Ben.
"Cih....sampai kapanpun aku tidak akan pernah memberitahu kalian," balasnya bahkan berani meludah mengenai sepatu Ben. Tentu saja hal itu membuat Ben murka.
Dor...
Satu tembakan menembus telapak kaki pria tersebut sehingga membuatnya menjerit.
"Kau tahu siapa bos?" ujar anak buah Ben. "Bos adalah ketua mafia Lion. Mafia nomor satu Rusia," imbuhnya sehingga membuat pria itu menjadi pucat pasi, bahkan membuatnya kencing celana saking gemetarnya.
Ben senyum membunuh. Ia lalu menarik senjata andalannya, memasukan kembali kedalam balik jaket kulitnya. "Paksa dia buka mulu!" Setelah mengatakan itu Ben duduk di kursi kayu yang ada ditempat itu, sedangkan anak buah lainnya bergegas mengumpulkan berbagai macam senjata rakitan.
"Katakan kalian dari geng mana? kalau tidak pistol ini akan segera menembus di kepalamu," ancam anak buah Ben dengan ujung pistol menempel di samping kepala pemimpin tersebut.
"Bunuh saja aku," ujar pria penuh tato di tubuhnya tak merasa takut karena baginya kesetiaan adalah nomor satu, itulah perjanjian ketika menjadi anak buah geng Bird.
Ben menyipitkan mata mendengar keberanian pria itu sehingga ia kembali bangkit, lalu mendekat. "Ada dua pilihan. Pilih jujur atau tutup mulut?"
"Tutup mulut!"
"Kau akan mati!"
Dor...
Mati seketika. Anak buah Ben membidik pistolnya karena pria itu tetap dalam pendiriannya. Ben punya cara sendiri untuk mengelabuhi lawan.
Puluhan nyawa diseret lalu dilempar dalam lobang yang sudah tersedia. Mereka dikubur bersamaan dengan tidak layak. Tujuan itu agar ketua dari mereka tidak mengetahui jika gudang ini sudah dikuasai oleh mereka.
Puluhan anak buah Ben sesuai jumlah lawan sudah memakai baju masing-masing. Dengan ide cemerlang Ben mereka akan menyamar menjadi anak buah dari geng Bird.
Ben ingin anak buahnya mendapat informasi jika ini komplotan dari geng mana dan ingin tahu rupa ketua sang mafia.
Merasa sudah aman Ben beserta sisa anak buahnya kembali ke markas mereka yang baru.
🔥🔥🔥
Di Mansion
"Sayang mau kemana malam-malam begini?" tanya Gres mengelilingi tubuh Almero yang sedang sibuk memakaikan jaket kulitnya.
"Ada pekerjaan yang mendadak," ujar Almero tanpa menghiraukan Gres.
"Bukankah masalah pekerjaan itu sudah menjadi tanggungjawab putri manjamu itu?" cicit Gres dengan tatapan sinis.
"Kau cerewet sekali!" Ujar Almero sembari meremas pa yvdara menggantung tersebut.
Ssst
Desis Gres merasakan nyeri sekaligus nik Matt.
Almero kembali menggenakan sepatunya sehingga membuat Gres langsung duduk dalam pangkuannya. Hal itu membuat Almero menghentikan tangannya. "Kau menggodaku sayang? tapi aku harus segera pergi," ujar Almero.
"Apa kamu ingin pergi ke tempat hiburan? bersenang-senang dengan wanita penggoda?" cecar Gres sembari bangkit dari pangkuan Almero.
"Buang rasa cemburumu itu Gres. Buat apa aku bermain dengan wanita lain sedangkan aku memiliki istri secantik dan seksi," ujar Almero dengan nada meninggi.
"Aku tidak percaya, aku tahu siapa kamu," sahut Gres dengan mata berkaca-kaca.
Almero memperhatikan Gres sejenak lalu tidak lama bangkit berdiri tanpa menghiraukan Gres karena urusannya lebih penting dari apapun. Gres yang saat ini berdiri terdiam sembari menyeka air matanya.
Melihat kepergian Almero kedua tangan Gres mengepal. Ia takut Almero bermain di belakangnya, sungguh Gres tidak rela diduakan.
Almero ingin memasuki mobilnya tetapi tiba-tiba mobil yang dikendarai Arabelle mengurungkan niatnya.
Arabelle turun dari mobil. "Daddy ingin kemana malam-malam begini?" tanya Arabelle sembari memperhatikan penampilan pria gagah perkasa itu.
"Sayang kenapa pulang larut malam?" bukannya menjawab, malah Almero melemparkan pertanyaan kepada Arabelle.
"Sedikit lembur Dad. Jawab Ara, Daddy ingin kemana?" paksa Arabelle.
"Sayang jangan khawatir, Daddy ada sedikit urusan. Hanya sebentar. Ketika selesai Daddy terus kembali," ujar Almero sembari mengusap pucuk kepala Arabelle.
Arabelle terenyuh sehingga membuatnya langsung memeluk Almero. Hati Almero terharu melihat perlakuan Arabelle. "Ara sayang Daddy," gumam Arabelle.
"Daddy juga sangat bahkan sangat menyayangi Ara," balas Almero sembari memejamkan mata. "Ara seandainya kau tahu siapa Daddy sebenarnya, apa kau masih tetap menyayangi Daddy?" keluh Almero dalam hati.
Arabelle langsung melepaskan pelukan mereka. "Pergi sana," ucap Arabelle sembari tersenyum.
Cup
Almero mengecup dahi Arabelle, lalu memasuki mobilnya. Arabelle masih betah menunggu mobil itu meluncur sembari melambaikan tangan.
Arabelle menghela nafas, lalu bergegas masuk kedalam Mansion. Rasa lelah tentu saja menyerang tubuhnya.
Langkah Arabelle menuju dapur. Ia merasa haus.
"Nak, apa ada yang bisa Bibi bantu?" kata pelayan kepada Arabelle. Setiap malam Bibi pasti dengan setianya menunggu kepulangan Arabelle dari kantor.
"Bibi belum tidur?" tanya Arabelle menghentikan langkahnya tepat di depan Bibi.
"Bibi belum mengantuk," sahut wanita berambut putih karena penuh dengan uban.
Arabelle lalu mengulurkan tangannya, mengusap punggung tangan keriput itu. "Sudah berapa kali Ara katakan jangan pernah nungguin Ara pulang. Bibi harus banyak istirahat," pungkas Arabelle.
Arabelle membawa Bibi ke dapur, lalu menuangkan air hangat untuk ia minum. "Bi boleh Ara tidur di kamar Bibi malam ini?" tanya Arabelle.
Bibi tersenyum karena jujur saja beberapa bukan ini Arabelle seakan menjaga jarak dengannya setelah kejadian waktu itu. Kejadian dimana hubungan Arabelle dengan Joseph berakhir, serta sesuatu yang menimpa Arabelle. "Tentu saya boleh anak manis," ucap Bibi sembari mengusap wajah Arabelle.
"Ara sudah dewasa Bi," protes Arabelle.
Bibi lalu tersenyum mendengar Arabelle protes.
"Ada yang ingin Ara ceritakan sama Bibi," lirih Arabelle dengan tatapan sendu, bahkan wajahnya berubah menjadi murung. Bibi mendekat lalu bertanya dengan serius karena melihat perubahan wajah Arabelle.
"Ada apa Nak?" ucap Bibi dengan wajah sedikit khawatir. Bibi tidak ingin ada sesuatu yang menyakiti Arabelle kembali. Sudah cukup beberapa bulan ini ia melihat keterpurukan Arabelle.
"Tunggu Ara di kamar ya Bi. Ara ingin membersihkan diri terlebih dahulu," ucap Ara tidak ingin membicarakan itu di sana.
Bibi mengangguk sehingga membuat Arabelle segera pergi menuju kamar.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
adning iza
almero kah ketua bird
2022-10-09
0
Bilbina Shofie
wah musuh nya ben si Almero pembunuh ayahnya
2022-05-08
3