🔥🔥🔥
Dalam perjalanan menuju panti asuhan CINTA KASIH. Ben menepikan mobilnya tepat di depan supermarket. Ia ingin membeli oleh-oleh untuk anak-anak panti.
Ben memilih sendiri makanan apa yang disukai oleh anak-anak. Ia sungguh hafal dengan itu.
2 stroller keranjang belanjaan penuh. Ia segera menyetor ke kasir. Tidak ada yang mengenali Ben karena ia sengaja memakai masker, topi serta kaca mata serba hitam. Ben sengaja membayar dengan uang tunai karena ia tidak ingin identitasnya dikenali.
Sekitar 5 menit ia menepi mobilnya di perkarangan panti asuhan.
Tin tin
Seperti biasa klakson mobil membuat pengurus panti keluar. Seketika pria dan wanita paruh baya tergopoh-gopoh berjalan menuju mobil Ben.
"Nak Ben, sapa mereka kepada Ben.
" Apa kabar paman sama Bibi?" balas Ben sembari menyalami mereka. Sungguh perlakuan seorang Ben sangat berbeda dari biasanya.
"Baik Nak," sahut Bibi dan dibenarkan oleh Paman.
"Mana anak-anak?" tanya Ben.
"Anak-anak sedang gotong royong membersihkan panti," sahut Bibi.
"Hmm.... Paman, Bibi ada oleh-oleh untuk anak-anak didalam mobil. Aku akan menemui anak-anak," ujar Ben.
Ben melangkah masuk kedalam panti. Panti ini cukup mewah karena Ben secara pribadi memberi dana untuk panti ini. Rumah yang mewah serta fasilitas yang lengkap. Panti yang mampu menampung 500 anak.
Pengurus panti juga bukan orang abal-abal tetapi itu diambil dari yayasan.
"Anak-anak....." Seru Ben sehingga membuat beberapa anak-anak menghentikan kegiatan mereka, lalu menoleh ke asal suara.
"Kakak Ben...." Seru mereka langsung menyerbu mendekati Ben.
Sungguh anak-anak begitu ceria atas kedatangan Ben. Seperti biasa Ben mengajak anak laki-laki main sepak bola, basket dan lain sebagainya.
Melihat canda tawa anak-anak membuat hidup Ben berwarna dari keterpurukan. Ben lalu mendudukkan dirinya di atas rerumputan memperhatikan anak-anak main sepak bola, karena ini pertandingan membuat Ben tidak ikut bermain.
Ben memiliki hadiah untuk juara yang memenangkan pertandingan ini sehingga membuat anak laki-laki bersemangat.
"Sepertinya mereka tidak ada beban. Tidak memikirkan ini itu. Tidak pernah tahu masa lalu mereka," batin Ben.
Anak-anak di sini adalah anak yang dibuang oleh orang tua yang tak bertanggungjawab semasih bayi sehingga mereka bebas dari masa lalu mereka.
"Jika mereka mengetahui siapa aku dan pekerjaanku, apakah mereka masih mau menerimaku? aku adalah manusia banyak dosa," ia kembali membatin.
"Gol.... gol.... " sorak anak-anak perempuan berseru karena tim merah membobol gawang tim kuning.
Ben tersadar akan lamunannya sehingga membuatnya ikut bersorak. Tidak terasa waktu pertandingan usai. Tim merah dinyatakan menang dengan skor 3-1.
Sesuai janjinya Ben memberi hadiah kepada tim merah. Dan ia juga memberi hadiah kepada tim kuning yang dapat dikalahkan oleh tim merah.
"Lebih giat belajar lagi. Jika sudah mantap maka Kakak pilih untuk menjadi tim, dan ikut lomba antar kota," ujar Ben menjelaskan.
"Iya Kak," seru mereka serentak.
Kini giliran untuk anak perempuan. Ben melakukan cara yang sama dalam lomba bola voli. Kali ini tim putih yang memenangkan pertandingan.
Tidak terasa sudah 4 jam lamanya Ben di panti. Dan sekarang saatnya pulang seusai makan siang bersama.
Ben berpamitan dengan anak-anak. Beberapa dari mereka engan melepaskan Ben, khususnya kalangan anak perempuan.
Dengan janji manisnya Ben dapat merayu mereka sehingga anak-anak merasa lega.
Sebelum pulang Ben menyempatkan diri ke fasilitas khusus bayi. Di sana menampung bayi sebanyak 150 orang.
"Tuan, Tuan," sapa para pengasuh yang sedang berpapasan dengan Ben.
Ben memperhatikan bayi-bayi imut tersebut dengan pandangan sendu. Seketika ia mengingat masa lalunya yang bahagia bahkan sangat menyakitkan.
"Mommy," gumamnya dengan bibir bergetar. "Tidak dia tidak pantas dipanggil Mommy," ujar Ben dengan rahang mengeras.
Seketika ingatannya kepada orang tuanya. Tidak lama matanya memerah dengan kedua tangan terkepal, seusai mengingat dimana orang yang ia sayangi diperlakukan keji. Begitu juga kepada wanita yang melahirkannya.
Tidak ingin mengingat masa lalu yang menyesakan itu membuat Ben bergegas meninggalkan tempat itu. Ia berpamitan dengan pengurus panti sebelum pergi.
Ben memasuki mobilnya dengan perasaan pilu karena ia kembali mengingat kejadian puluhan tahun itu. Dalam mobil Ben memandang lurus ke depan dengan kedua tangan bertumpu di atas setir.
Tin....
Klakson mobil di depannya menyadari lamunan Ben. Tidak lama seorang wanita turun dari arah kemudi.
"Siapa dia?" gumam Ben.
Dimana wanita itu menggenakan masker serta kaca mata hitam dengan bertopi kan jaketnya. Tidak lama Bibi pengurus panti menghampiri. Keduanya mengobrol tetapi tidak dapat didengar Ben apa yang dibicarakan mereka.
Ben memperhatikan penampilan wanita itu. Seketika dahinya mengerut. "Wanita itu!"
"Tidak mungkin dia," gumam Ben sembari memutar kepalanya tidak mungkin.
Drrtt
Getaran ponsel membuat pandangannya teralihkan. Yang menghubunginya adalah Bram. Karena masalah penting membuat Ben segera melaju kendaraannya tanpa memikirkan wanita tadi.
Panti asuhan ini mang banyak dikunjungi oleh kalangan manapun. Yang penting tujuan mereka baik, hal itu tidak dipermasalahkan oleh Ben. Tetapi siapa yang pernah berkunjung ke panti itu harus mendapat pendataan.
Selama ini Ben engan untuk memeriksa pembukuan para pengunjung karena tidak penting juga baginya. Ia percaya dan yakin di sini tidak ada yang berniat jahat stau menjadi mata-mata karena tidak ada seorang pun yang mengetahui jati dirinya.
"Lain kali aku akan memastikan siapa saja orang yang berkunjung di panti," gumam Ben dalam perjalanan menuju markas.
🔥🔥🔥
Di markas Bram beserta beberapa anak buah lainnya menunggu kedatangan Ben. Sembari menunggu, mereka bermain kartu agar tidak bosan.
Brak
Pintu markas di dobrak kasar oleh Ben. Apa yang disampaikan Bram dalam sambungan telepon membuatnya murka.
Ben melangkah dengan tatapan tajam kepada anak buah yang sedang asik bermain kartu. "Dalam situasi begini kalian masih asik-asik bermain kartu? bukannya menyusun strategi tetapi malah bersantai-santai. Atau kalian sudah bosan menjadi anak buah Lion?" umpat Ben dengan tatapan tajamnya.
Mendengar kemurkaan Ben membuat mereka menunduk dengan diam.
"Bos saya yang mengizinkan mereka tadi, biar mereka tidak mengantuk menunggui bos," ucap Bram spa benarnya.
Ben lalu menatap Bram dengan sinis. Ia merasa Bram sudah berani melakukan tanpa persetujuan darinya atau bertindak wewenangnya.
"Apa kau sekarang ketua Lion Bram? sehingga berani bertindak tanpa persetujuan dariku?" cecar Ben menghujam Bram.
"Bukan begitu maksud saya bos," sambung Bram memang tak ada maksud lain.
Ben melangkah beberapa langkah, lalu menempati kursi putar dengan kaki bersilang.
"Bagaimana itu bisa terjadi? mereka sangat bodoh bisa ceroboh seperti itu,' ujar Ben langsung ke topik yang ingin dibahas.
" Benar bos mereka lengah sehingga itu kesempatan bagi musuh menyerang," papar Bram membenarkan.
Saat ini ada masalah sedikit di kota x. Beberapa jam tadi markas rakitan senjata tajam di ledak oleh musuh tanpa mereka kenali dari geng mana.
"Besok aku sendiri yang turun ke lokasi. Semua tidak ada yang becus," ujar Ben dengan tatapan tajam.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Susi Susiyati
arabella
2024-07-25
0
Erriz M'Prima
apakah wanita itu Gres
2022-05-26
1
Jennifer Selangor
siapakah wanita itu?? Apakah Ara?
2022-05-08
3