ARETHA

ARETHA

Bab 1. Prolog.

..."Tak pernah kusangka, mencintaimu adalah sebenar-benarnya bencana, dan tak pernah kuduga, pria setampan dan sebaik dirimu bisa membuat luka yang sempurna." Aretha....

***

Aku melihatnya yang juga melihat ke arahku dengan tatapannya yang masih sama seperti dulu, sebuah tatapan yang dapat kuartikan dingin dan acuh.

Aku memilih kembali menunduk mengalihkan pandanganku dari sosoknya yang masih terlihat sama, selalu mempesona, aku mengambil piring dan gelas kotor yang berserakan di atas meja, ini masih jam kerja, dan aku harus kembali memusatkan konsentrasiku pada pekerjaanku.

Aku bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran sederhana di pusat kota, dan aku baru bekerja selama satu minggu, aku tak ingin kembali kehilangan pekerjaanku hanya karena kehilangan konsentrasi akan pekerjaan akibat kedatangannya.

Deg. Jantungku serasa berhenti, kala ia, mas Reyhan tiba-tiba duduk di kursi yang mejanya tengah kubersihkan. Ia tak sendiri, sedari tadi seorang wanita cantik bergelayut manja di lengan kekarnya, hanya saja tadi aku lebih memerhatikan mas Reyhan yang lama tak kutemui dan mengabaikan wanita cantik di sebelahnya yang telah menjadi alasan utama hancurnya hubunganku dengan mas Reyhan, sang mantan suami.

Namanya Rena, wanita cantik yang memang sudah menempati hati mas Reyhan semenjak mereka kuliah, dan enggan pergi meski mas Reyhan telah menikah denganku lima bulan yang lalu, usia pernikahan kami yang hanya seumur jagung kata orang, karena hanya bertahan tak lebih dari tiga bulan saja.

Ya, aku dan mas Reyhan telah menikah lima bulan yang lalu, hidup bersama selama tiga bulan dalam satu naungan atap yang sama namun tak ayal bersikap laksana orang asing, dan aku memilih mundur setelah kutahu adanya Rena diantara hubungan kami, dan kini, aku, Aretha, telah resmi menyandang status sebagai seorang wanita janda selama dua bulan setelah perpisahan kami, namun bukan status itu yang membuatku terus terbayangi rasa sedih, melainkan janin yang tumbuh dalam rahimku tanpa sepengetahuan mas Reyhan.

****

Aku duduk pada sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu menghadap alam bebas di bukit yang tak jauh dari pusat kota. Di belakangku sebuah pohon tua yang sudah mati dan mengering menjadi teman sependiritaku.

Di dalam genggaman tanganku ada dua lembar berkas yang kuremas kuat. Satu kertas adalah surat perceraian, dan satunya lagi adalah hasil pemeriksaan kandungan, aku mendapat dua surat itu di waktu bersamaan.

Surat perceraian yang membuatku merasa lega meski aku sangat terluka, dan yang satunya membuatku merasa susah namun aku bahagia.

Lantas tentang kehamilanku ini, haruskah aku mengatakan pada mas Reyhan jika kini aku tengah mengandung darah dagingnya? Tapi, jika itu kulakukan, bukankah dia akan menudingku menggunakan anak ini sebagai alasan untuk menahannya, sedangkan ia sudah begitu kukuh untuk terlepas dari diriku.

Cukup lama aku terdiam sendirian, linangan air mata terus menetes membasahi pipiku yang nampak semakin tirus.

Sungguh ini adalah sesuatu yang sangat membingungkan. Baru saja aku resmi bercerai darinya, tapi justru mengetahui jika aku tengah mengandung darah dagingnya, membuatku merasa dalam kepiluan yang mendalam. Dalam kasus ini, aku bertanya-tanya, apakah perceraian kami benar sah?

Dan wanita itu, Rena, aku pun tak kan mampu menyingkirkannya, karena sesungguhnya, aku bisa bersaing dengan seribu wanita yang mencintai mas Reyhan, tapi aku tak kan bisa bersaing dengan satu wanita yang mas Reyhan cintai.

***

..."Dia sederhana, namun dia mampu membuat hidupku menderita, entah apa yang dimilikinya hingga ia mampu menguasai hati ibu menggeser posisi Rena." Reyhan....

Aku sengaja duduk pada kursi yang mejanya tengah ia bersihkan, sengaja kulakukan itu untuk memanasinya, dia, Aretha Azalea, mantan istriku yang sungguh tak pernah aku inginkan, kehadirannya dalam hidupku adalah atas paksaan dari ibu.

untuk sesaat gerakan tangannya berhenti saat menyadari kedatanganku. Dan ia menarik diri sedikit mundur membungkuk memberikan ucapan selamat datang seakan semuanya baik-baik saja dan kami tak pernah ada masalah, atau tidak, ia memperlakukanku sama layaknya pengunjung lain seolah kami tak saling kenal.

"Selamat datang, Tuan, Nyonya, silahkan lihat buku menunya, kalian ingin memesan apa?"

Gerakan Aretha nampak luwes, meski kutahu ia sempat terkejut akan kehadiranku, namun dia adalah aktris yang berbakat, berlakon dengan baik seperti selama ini yang ia lakukan.

Aretha menyodorkan sebuah buku menu di hadapanku setelah menaruh kembali gelas dan piring yang berada di atas nampan dalam genggamannya.

Ingin lebih menyakitinya, aku pun menunjukkan kemesraanku dengan Rena di hadapannya, sungguh, ini konyol dan kekanakan, tapi aku ingin melihatnya lebih menderita setelah lima bulan yang lalu ia dengan berani membuat hidupku dan Rena dalam kehancuran.

Ku peluk mesra pinggang Rena agar tubuhnya semakin mendekat ke arahku, lalu kutarik kasar buku menu dari tangan Aretha, menunjukkannya pada Rena.

"Mau makan apa, sayang?" tanyaku lembut.

Lihatlah, dia adalah Renaku yang baik dan lemah, menatap sedih pada Aretha yang nampak biasa saja tanpa rasa bersalah, padahal dia telah membuat hidup Rena dalam derita tiada tara, dan karena kebaikannya, Rena masih sudi hati untuk melihatnya dengan tatapan mata yang penuh kasih.

"Apa saja, yang penting tidak pedas," jawab Rena halus masih terus melihat Aretha.

"Catat," ucapku dingin dan sengaja kusuarakan dengan nada ketus untuk memperjelas ketidak sukaanku pada Aretha.

Aretha nampak meraih buku kecil yang ia ambil dari saku kemejanya, beserta pena lalu menulis setiap menu yang kusebut.

Dia, Aretha, wanita biasa dari keluarga biasa yang entah bagaimana bisa menjadi kesayangan ibu.

Aretha, wanita yang paling kubenci sampai ke dasar urat nadiku, dia bukanlah wanita baik seperti Rena, dia hanyalah wanita biasa yang penuh tipu daya, sungguh aku membencinya, apalagi setelah ia mengatakan dengan gamblangnya jika ia mencintaiku sejak pertama kali bertemu denganku.

Apa dia selucu itu? Aku hanya memberikannya sebuah senyum dan ucapan terimakasih saat ia mengantar ibu pulang dari pasar karena ibu yang waktu itu mengalami sedikit kecelakaan, dan Aretha yang menolongnya membawa ibu pulang kembali ke rumah, apa hanya karena hal kecil itu ibu jadi tiba-tiba menyukainya? Sungguh lucu dan sial.

***

..."Bahagiaku hanya ada pada dirinya, jika bukan dia, maka aku memilih untuk mati saja." Rena....

Aku akui jika pola pikirku masih begitu labil dalam mengambil suatu keputusan, mendengar penuturan Tante Ani, ibunya mas Reyhan yang mengatakan akan menjodohkan mas Reyhan dengan gadis pilihannya, dan memintaku untuk pergi menjauh dari mas Reyhan, aku merasa sangat sakit hati, dan karena kelabilanku, aku memilih pergi tanpa membicarakannya dulu dengan mas Reyhan.

Namun setelah dua bulan menghilang dan bersembunyi, takdir justru kembali mempertemukan kami, dan aku tak lagi bisa menahan diri, rasa rindu itu, siksa perpisahan itu, dan juga rindu terdalam yang teramat ingin terobati, membuatku kembali jatuh dalam pelukan mas Reyhan yang juga menggenggamku erat dan tak ingin kehilangan diriku, sayangnya, saat itu mas Reyhan ternyata sudah resmi menikah dengan wanita yang dipilihkan ibunya.

Tentu ini semakin berat kurasa, bukan hanya restu Tante Ani yang tak kudapat, namun juga status yang jika kuteruskan hubunganku ini dengan mas Reyhan, maka sebuah stempel hina akan melekat pada diriku apapun alasannya, dan aku tak ingin dicap sebagai seorang wanita pelakor.

Mas Reyhan pun berjanji padaku jika ia akan menyelesaikan semuanya, dan ia memohon padaku untuk bersabar menunggu.

Ia berkata jika dirinya juga sama menderitanya, dan ia berjanji padaku akan mengakhiri hubungannya dengan istrinya yang belakangan kutahu namanya adalah Aretha, yah, katakan saja aku egois karena aku mengiyakan permintaan mas Reyhan untuk menunggunya, dan semua itu benar adanya, setelah satu bulan kami menjalani hubungan kami diam-diam dan tersembunyi, akhirnya mas Reyhan resmi bercerai dengan Aretha dan dia sepenuhnya kembali padaku.

"Aku wanita, kau pun wanita, kita mempunyai rasa yang sama pada pria yang sama, namun aku adalah cinta pertamanya, bukan aku yang menjadi pengganggu dalam hubunganmu dengan mas Reyhan, tapi kaulah yang datang sebagai pengganggu dalam hubunganku dengan mas Reyhan." Rena.

***

Bersambung.

Hai sahabat readers, dalam cerita ini menyajikan kisah yang sudah sangat umum di dunia pernovelan, namun cerita ini ditulis sesuai POV perasaan setiap tokohnya.

Jadi, setiap tokoh berperan penting dan tidak menonjolkan tokoh protagonis maupun antagonis, karena setiap tokoh memiliki perasaannya masing-masing.

Tapi sahabat readers bebas jika memiliki pandangan pribadi yang mungkin saja lebih membela dan membenarkan salah satu tokoh.

Kalau menurut sahabat readers, bagaimana cerita dalam bab 1 ini?

Mohon bijak dalam berkomentar dan memberikan krisan ya!... 🙏🙏🙏☺️☺️☺️

Terpopuler

Comments

Rini Ernawati

Rini Ernawati

awal yg sangat menarik....tulisan nya jg rapi...

2022-05-25

0

💞 Hati Hampa 💞

💞 Hati Hampa 💞

mampir thor

2022-05-24

2

Alya Yuni

Alya Yuni

Jngn bgi tau dia besarkn ankmu jngn menyesal suatu saat si Reyhan pasti menyesal
mknya jadi prmpuan jngn ska menerima lki yg gk mencintai akhirnya kau terluka ingat Rena suatu saat kau ju kena karma

2022-05-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!