Rencana Rena.

..."Kau tahu bagaimana rasanya berpura-pura bahagia saat batin kita sedang terluka parah? Dan kita harus menyembunyikan luka dengan senyum yang dipaksa merekah, itulah yang hari-hari kurasa." Aretha....

***

"Jadi, benar kalau kamu dan Bian?" ibu menata makanan di atas meja makan, aku yang menaruh piring tersenyum mendengar ibu yang ragu-ragu untuk bertanya, dan aku tahu ke mana arah pembicaraan ini.

"Tidak, Bu, aku dan Bian hanyalah teman biasa, kami tidak memiliki hubungan lebih," jawabku sambil tersenyum.

"Benarkah?" ibu memegangi kedua bahuku, menghadapkan diriku pada dirinya, nampak jelas ibu sangat senang atas jawaban yang aku berikan. Mataku mengerjap beberapa kali melihat ekspresi wajah ibu.

"He em," anggukku. "Tapi, Bu," aku menjeda.

"Iya, sayang? Apa?"

"Ibu jangan berharap lebih, aku tidak mau ibu akan merasa kecewa nanti, maksudku, aku tidak siap untuk balikan sama mas Reyhan, ibu sendiri juga tahu, mas Reyhan tidak mencintaiku, dia hanya mencintai Rena. Aku harap ibu mengerti," aku memang harus menjelaskan sedetailnya sama ibu, jangan sampai beliau kecewa akan harapannya sendiri yang terlampau jauh.

"Iya, ibu tahu." jawab ibu sambil mengangguk disertai senyum lebarnya yang tak dapat kuartikan.

Kami pun duduk, menikmati makan malam bersama, mengganti topik pembicaraan, membahas boutique dan juga rencana ibu yang ingin menambah koleksi batik Pekalongan.

***

..."Aku harus mengikatnya menjadi milikku, jika tidak, Aretha pasti akan merebutnya dariku." Rena....

***

Suasana romantis sangat terasa di salah satu meja makan yang dipesan khusus di atas rooftop sebuah hotel pusat kota.

"Selamat ulang tahun, sayang, semoga Allah memberikan semua yang terbaik bagimu," ucap mas Reyhan sambil menyerahkan sebuket mawar merah padaku, aku menerima dengan rasa bahagia, sangat, lalu kami saling memeluk erat.

Betapa bahagianya kami saat berdua tanpa pengganggu seperti ini, kami adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, tidak akan kubiarkan seorang pun mengganggu apalagi sampai berusaha memisahkan kami.

Kami duduk berseberangan saling berhadapan, meja makan ini tidak terlalu panjang, jadi kami cukup dekat.

"Mas, terimakasih." ucapku tulus atas semua kejutan yang mas Reyhan berikan, pasti mas Reyhan sudah mempersiapkan ini semua dengan cintanya yang sungguh, aku yakin itu.

"Iya, sayang," mas Reyhan mengelus tanganku lalu mengecup punggung tanganku penuh kasih.

"Apa ada sesuatu yang kamu inginkan di hari ulang tahunmu ini? Mas akan berusaha untuk mewujudkannya jika mas bisa."

"Ada, mas. Aku memiliki satu keinginan, yang sudah lama sangat aku inginkan, tapi aku tahu, aku sadar jika itu tidak mungkin, hanya mas yang bisa mengabulkannya, tapi mas tidak akan mungkin mewujudkannya."

Mas Reyhan nampak mengernyit mendengar jawaban dariku, wajahnya menyiratkan tanda tanya.

"Apa Rena? Apa maksudmu?"

"Tidak, aku tidak perlu mengatakannya, karena mas Reyhan juga tahu apa itu, sudahlah, lupakan."

"Rena?"

"Mas Reyhan akan menyesal jika mendengarnya langsung dari mulutku, aku tidak mau membuat mas Reyhan merasa sedih,"

"Apa ini tentang pernikahan kita?" akhirnya mas Reyhan menanyakan hal yang tepat.

Aku menunduk malu, ingin langsung mengatakan "Ya," namun aku tahu alasan mas Reyhan menunda pernikahan kami, dan aku sudah menyetujui itu.

"Rena,"

"Sudahlah, mas. Lupakan!"

Suasana seketika menjadi serba canggung dan tidak enak. Kami saling terdiam merasakan hati yang masing-masing bergemuruh.

"Tunggu sampai Aretha melahirkan, kita akan langsung menikah setelah itu, aku hanya ingin memastikan bahwa itu memang anakku, dan setelah itu, kita bisa menikah, aku ingin mendapatkan hak asuh anak itu, Rena, kita sudah membicarakan ini sebelumnya, bukan?"

"Iya, mas."

"Kumohon bersabarlah," pinta mas Reyhan.

"He em," aku mengangguk pasti, senyum kami sama-sama mengembang setelah semua kembali kami bicarakan.

Tapi, ada hal yang sebenarnya sangat mengganjal hatiku, benarkah semua akan berjalan sesuai rencana kami? Atau justru dengan kehadiran anak itu nanti, itu akan semakin mendekatkan mas Reyhan dengan Aretha? Dan menjauhkannya dariku?

Aku selalu merasa takut akan kehilangan mas Reyhan, yang lebih baik adalah, apabila anak itu tidak pernah terlahir ke dunia, dia menjadi penghalang antara aku dengan mas Reyhan.

Apa aku harus membunuh anak itu? Astaghfirullah, tidak, aku tidak sejahat itu, tapi, dengan mengancam Aretha, ya, dengan mengancam Aretha agar dia bersedia pergi jauh dari kehidupan mas Reyhan dan Tante Ani, rencana itu pasti lebih baik dari pada aku menjadi seorang pembunuh.

Maafkan aku, Tuhan,,,, aku terpaksa melakukan semua ini, aku ingin bahagia dengan hidup bersama mas Reyhan laki-laki yang sangat aku cintai.

***

..."Bertemu dengan orang yang menjadi alasan utama hancurnya rumah tangga kita, bukankah itu sesuatu yang menyakitkan? Aku masih begitu sakit hati namun kututupi dengan harus bersikap biasa saja." Aretha....

***

"Terimakasih, karena kau bersedia datang." ucap Rena saat aku telah sampai di cafe tempat yang ia sebutkan sebagai tempat pertemuan kami. Entah apa yang ingin ia bicarakan, ia menghubungiku dengan nomor baru, memintaku untuk datang, atau sesuatu yang buruk bisa saja terjadi, aku pun terpaksa menuruti permintaannya itu.

Aku duduk di salah satu kursi, berhadapan dengan Rena yang nampak lebih cantik dengan make up boldnya. Berbeda dengan biasanya di mana Rena yang bermake up soft.

"Kau ingin minum apa, Aretha? Susu? Teh? Kopi? Jus?"

"Langsung saja kepada intinya, Rena, ada apa? Kenapa kau meminta untuk bertemu denganku di sini."

Tawa Rena terdengar lembut, atau lebih nampak seperti sebuah senyum yang meremehkan.

"Tentu ini semua tentang mas Reyhan, apa lagi yang membuatku tertarik berurusan denganmu jika bukan tentang mas Reyhan."

Aku tertawa sinis, "Kau begitu terobsesi dengan mas Reyhan, Rena."

"Cinta," teriak Rena tidak terima atas kalimat yang kuucapkan barusan. Tentang rasanya yang kuanggap sebagai obsesi.

"Aku mencintai mas Reyhan, Aretha, dan kami saling mencintai, cinta kami tulus, kau tahu itu?"

Senyum sinisku kembali berkembang, "Yah, terserah kau saja, aku tidak peduli, itu tidak penting bagiku, katakan, ada apa?"

"Tidak baik rasanya jika kita langsung membicarakan hal serius tanpa minum dulu,"

Tidak lama kemudian seorang pelayan membawakan susu hangat untukku, dan jus alpukat untuk Rena.

"Minumlah, setelah itu kita bicara,"

Aku tak ingin berlama-lama duduk bersama Rena, aku pun meraih gelas meminum seteguk susu yang barusan disajikan, begitu pun Rena, dia meminum jus alpukatnya.

"Kau tahu, Aretha? Karena kehadiran calon anakmu itu, mas Reyhan terpaksa menunda pernikahan kami, tapi dia hanya mencintaiku, dia tidak akan pernah mencintaimu meski kau telah melahirkan anaknya,"

Nyeri, itu yang aku rasa, meski apa yang Rena katakan sepenuhnya benar, namun tetap saja itu rasanya sangat menyakitkan.

"Lalu?" ucapku seolah menantang.

"Lebih baik kamu pergi menjauh dari mas Reyhan dan juga Tante Ani mulai sekarang, apa kau pikir Tante Ani tulus menyayangimu? Dia mengajakmu tinggal bersamanya hanya karena kau mengandung cucunya, jika kau tidak hamil anak mas Reyhan, maka tidak mungkin Tante Ani akan menampungmu di rumahnya."

'Damn,' lagi-lagi hatiku serasa terbakar oleh setiap kata yang Rena ucapkan. Benarkah ibu sepeti itu? Tidak, aku tidak percaya, ibu bukanlah orang yang seperti itu, beliau adalah orang yang sangat baik.

Aku hanya diam dan Rena kembali melanjutkan omong kosongnya.

"Kau tahu, Aretha? Mas Reyhan bahkan masih belum sepenuhnya percaya jika anak yang kau kandung itu adalah anaknya, dia akan melakukan tes DNA setelah anak itu lahir,"

'Astgahfirullah,' kata yang kupilih tepat menggantikan kalimat umpatan yang hampir saja lolos kusemburkan pada Rena atas ucapannya, sungguh menyakitkan mendengar perkataan Rena jika mas Reyhan ingin melakukan tes DNA, ternyata dia masih ragu, ya Allah,,,, sesakit inikah hati seorang wanita mengandung yang kesucian nasab anaknya diragukan oleh suaminya? Yah, aku tahu, meski kini dia berstatus mantan suamiku, tapi aku mengandung saat kami masih berstatus menikah.

"Aku sarankan, kamu pergi secepatnya dari kami, karena jika anak itu terbukti anaknya mas Reyhan, maka dia akan memperebutkan hak asuh anak itu, dia akan memisahkannya darimu, mas Reyhan ingin mengasuh anaknya, dan itu bersamaku."

"BRAK!" Aku menggebrak meja, meluapkan emosi yang sudah menggunung, hilang sudah kesabaran yang ku kumpulkan sedari tadi.

"Cukup, Rena. Aku tidak percaya dengan semua yang kau katakan."

Rena justru tertawa lepas mendengar aku yang marah terpantik emosi.

"Terserah, kalau kamu tidak percaya, setidaknya aku sudah memperingatkanmu, percaya silahkan, tidak juga terserah." Rena berdiri terlebih dulu, aku pun ikut berdiri mengikuti geraknya.

"Kurasa pertemuan kita sudah cukup sampai di sini, semoga harimu indah, Aretha." Rena melangkah terlebih dulu meninggalkanku, ia berhenti sejenak, menoleh kembali ke belakang dan aku menatapnya tajam penuh amarah.

"Oh, ya. Untung saja aku masih mempunyai hati yang baik, andai saja tidak, maka kau pasti sudah kehilangan anakmu saat ini, dengan meminum susu hangat tadi,"

"DEG,"

Kakiku lemas seketika, jantungku serasa berdegup kencang, merasa takut akan ucapan Rena yang terakhir, apa? Apa dia berencana sejauh dan sekejam itu? Berniat membunuh anakku yang bahkan belum lahir ke dunia?

Rena sudah pergi jauh saat aku baru menyadari kebodohanku yang hanya berdiam diri saja, ingin mengejarnya pun percuma.

Aku panik seketika, apa sesuatu diberikan Rena dalam minumanku tadi? Apa anakku baik-baik saja? Pikiranku kalut dan aku takut, sama sekali tak memikirkan tentang mas Reyhan atau ibu yang seperti Rena katakan, aku hanya mencemaskan kondisi anakku.

Buru-buru aku menghubungi Bian, ingin segera bertemu dengannya, Bian harus memeriksa kandunganku, dia berada di rumah sakit, bukan di klinik.

Aku pun lekas bergegas pergi menuju rumah sakit naik taksi, tangisku luruh seiring dengan hati yang bergemuruh, aku takut, sangat takut, Ya Allah,,,, tolong jaga dan selamatkan anakku.

Apa yah harus kulakukan setelah semua ini nanti? Apa benar semua yang Rena katakan padaku? Ya Allah,,,, aku tak memiliki siapapun di dunia ini selain engkau, maka kumohon, temani aku dan jangan pernah tinggalkan aku.

***

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Diankeren

Diankeren

👍🏻

2024-02-03

0

Amilia Indriyanti

Amilia Indriyanti

Kowe GUOBLOG

2023-01-04

1

Rini Ernawati

Rini Ernawati

rena kurang ajar....reyhan kurang ajar....greget bgt Ma reyhan....jahat bgt kamu reyhan....mau ngambil anak nya doang...pergi lah areta...pergi sejauh mgkn yg tk trjangkau oleh reyhan.
..

2022-05-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!