Luka dalam

..."Terkadang, kita terpaksa memilih jalan yang salah demi mempertahankan apa yang menurut kita benar," Aretha....

***

Aku masih terjaga meski jam sudah menunjukkan pukul lewat 1 malam, aku terus memikirkan ide yang Bian berikan tadi padaku saat di Rumah Sakit.

Aku begitu cemas tadi hingga kecemasanku menutup seluruh jalan pemikiran, tapi saat ini, aku tengah dalam keadaan tenang dengan suasana hening yang membuatku lebih bisa memikirkan antara yang benar dan yang salah, dan aku menilai salah ide Bian tadi siang.

"Tidak, aku tidak akan berpura-pura keguguran, ucapan adalah doa, aku takut dengan karma yang akan kuterima jika aku membohongi ibu dan mas Reyhan dengan berpura-pura keguguran, itu tidak benar."

Keputusanku sudah bulat, jika aku tidak akan menggunakan cara yang Bian sarankan. Lantas apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin terus berada dalam situasi seperti ini, lemah dan tak berdaya, aku hanya ingin bahagia, hidup bersama anakku, dan itu cukup sederhana.

***

Pagi ini seperti biasa, aku sarapan bersama ibu setelah tadi kami masak dan mengerjakan tugas rumah bersama secara bergantian.

Semalam aku sampai ketiduran dan tidak tahu jam berapa aku terlelap, aku begitu larut dalam pemikiran, begitupun pagi ini, sejak bangun tidur, aku tidak banyak bicara, hanya sesekali saja menanggapi ibu yang mengajakku ngobrol ini itu.

"Sayang, ibu sudah selesai, tapi ibu harus segera pergi, teman ibu yang dari Pekalongan akan datang ke boutique," ibu berdiri membawa piring kotornya ke wastafel tempat cuci piring.

"He em!" aku mengangguk sambil tersenyum.

"Aretha, apa ada masalah? Ibu perhatikan sejak tadi kau hanya diam saja?" ibu kembali duduk, menatapku lekat, aku tahu, aku memang tidak pandai menyembunyikan perasaan.

Kuletakkan sendok di atas piring, menghentikan makanku yang masih belum selesai, aku pun menghadap ibu dan menatapnya sama dalam.

"Ibu, ada yang ingin aku ceritakan," di sinilah aku merasa menjadi seorang yang lemah butuh sandaran, dan bahuku tempat bersandar adalah ibu Ani, mantan mertuaku.

"Katakan, sayang, ada pada?"

Aku menarik nafas dalam, menghembuskannya perlahan, mencoba menenangkan hati yang gundah, dan aku mulai bercerita tentang pertemuanku kemarin bersama Rena.

***

"Apa? Keterlaluan, dia memang orang yang jahat." ibu nampak sangat geram setelah aku menceritakan semuanya, termasuk ibu yang hanya menyayangiku karena aku mengandung cucunya, mas Reyhan yang akan tes DNA lalu merebut hak asuh, dan bahkan Rena yang mengancam memberikan sesuatu ke dalam minumanku untuk mencelakai anakku, aku ceritakan semuanya, sedetailnya, juga kecemasan dan ketakutanku, aku butuh tempat mengaduh dan dukungan, dan kurasa ibu adalah tempat yang tepat. Biar saja jikalau aku dikata Cepu.

"Bu, aku tidak peduli jika mas Reyhan mau menikah dengan Rena, tapi tentang anakku? Aku tidak mau jika mas Reyhan sampai merebutnya dariku, aku juga takut Rena akan melakukan hal nekat untuk menyingkirkan kami, karena baginya, kami adalah penghalang hubungannya bersama mas Reyhan." Aku menangis meluapkan kesedihanku, ibu terdiam, ia nampak memikirkan sesuatu.

"Ibu sangat mengenal karakter Reyhan, Aretha, dia tidak akan percaya meski kita mengatakan yang sebenarnya padanya jika Rena akan berusaha mencelakai anak kalian, karena Reyhan sangat mencintai Rena, dan Rena yang dikenalnya adalah Rena yang berhati baik, dan lemah lembut,"

"Aku tahu itu, ibu. Karena itu aku menceritakan ini semua pada ibu agar ibu bisa memberikanku saran, agar ibu bisa membantuku, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu harus berbuat apa, ibu."

"Tenanglah, sayang, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, untuk sementara ini, kamu bertahanlah di sini, hidup bersama dengan ibu, sampai kita menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan semuanya,"

Aku tidak menjawab, sibuk mengusap wajahku yang basah karena air mata.

"Sayang, Aretha, kamu percaya kan sama ibu? Kalau ibu memang benar-benar sayang sama kamu?" nampak jelas dari binar matanya ibu terluka, aku menyayangkan lisanku yang mengadu tentang perkataan Rena seolah aku meragukan kasih sayang ibu.

"Iya, Bu. Aku percaya sama ibu, aku tidak mempercayai ucapan Rena. Ibu tidak usah khawatir tentang itu, Aretha juga sayang sama ibu." Ibu merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya, kami menangis bersama, mengisi kekosongan satu sama lain, hatiku bergetar merasakan cinta yang ibu berikan untukku, dan aku juga sangat menyayanginya, beliau memang bukan wanita yang melahirkanku, tapi beliau sudah seperti ibuku sendiri, aku menyayangimu, ibu.

***

Seperti yang ibu katakan, aku harus bertahan tinggal bersamanya sampai nanti kami memiliki keputusan yang paling benar, yang jelas, pagi tadi sebelum ibu pergi, aku juga mengatakan pada ibu keinginanku untuk pergi jauh, ke tempat yang mungkin saja sulit untuk mas Reyhan jangkau, tempat yang mungkin tidak akan menemukanku. Dan ibu setuju, aku ingat kalimat yang ibu ucapkan meski ia berbicara sangat pelan dan hampir bergumam saat memelukku.

"Dia berani melakukan itu dulu, mungkin saja dia juga berani melakukan hal yang lebih untuk mendapatkan keinginanya sekarang." gumam ibu yang sebenarnya sedang berbicara sendiri.

"Apa, ibu?"

"Ah, tidak Aretha, bukan apa-apa."

Sebenarnya apa maksud ibu berkata seperti itu tadi? Dia? Siapa yang ibu maksud dia? Apakah itu Rena? Jika iya, Rena melakukan apa? Apa yang Rena lakukan dulu?

Aku melamun duduk di kursi teras depan sambil menjahit, yah, tanganku menjahit kancing kemeja, namun pikiranku melalang buana, hingga aku tak menyadari kedatangan mas Reyhan yang entah sejak kapan.

Mas Reyhan tiba-tiba duduk kursi sebelahku, merapikan rambut depanku yang jatuh mengenai pipi dan ia sematkan ke belakang telinga.

"Mas Reyhan?" Aku kaget bukan kepalang, hingga jarum yang kugunakan menjahit menusuk ujung telunjuk.

"Aaahh,,," pekikku kesakitan. Darah segar keluar dari ujung jari telunjuk.

"Aretha, ah, kamu tidak hati-hati." mas Reyhan menarik tanganku lalu menghisap jariku yang terluka.

'DEG.'

Sumpah demi Tuhan, diperlakukan manis oleh orang yang sangat kita cintai itu membuat kita merasa seperti terbang, aku merasa sangat senang dan hatiku bergetar.

Mas Reyhan sangat tampan mempesona, melihatnya dengan jarak begitu dekat tengah menghisap jariku membuatku ingin jatuh ke dalam pelukannya. Ya Allah,,,, mengapa engkau titipkan rasa begitu istimewa jika hanya membawa duka? Karena mencintai mas Reyhan nyatanya hanyalah lara.

"Tunggu sebentar, aku ambil kotak obat,"

"Mas?"

Mas Reyhan bangkit dari duduknya, masuk ke dalam rumah, aku yang memanggil hendak menghentikannya tidak keburu karena mas Reyhan melangkah setengah berlari.

Beberapa waktu kemudian mas Reyhan datang menbawa kotak p3k.

"Sini," mas Reyhan kembali menarik tanganku, mengoles ujung telunjukku dengan minyak, membersihkan sekitarnya lalu membalutnya dengan hansaplast.

"Ini tidak apa-apa, hanya tertusuk jarum, tidak perlu seperti ini," ucapku memberikan tanggapan atas tindakan mas Reyhan yang bersikap bak heroik kesiangan. Terlalu berlebihan menurutku.

"Tetap saja itu luka yang harus segera diobati, Aretha. Jika tidak nanti bisa jadi infeksi," balas mas Reyhan sambil menutup kotak obat.

"Kau mempedulikan luka kecil yang sebentar saja akan sembuh, mas. Tapi kau mengabaikan luka dalam yang kau akibatkan dan itu sulit tuk disembuhkan," ucapku spontan begitu saja.

Aku sendiri sampai menutup mulut setelah mengatakannya, merasa malu dengan ucapanku sendiri, apalagi mas Reyhan yang mendengarnya, pasti itu seperti sebuah sindiran.

Mas Reyhan langsung terdiam, suasana canggung hadir di tengah kebersamaan kami seusai aku mengatakan kalimat itu tadi.

Mas Reyhan yang peduli dengan luka kecil namun mengabaikan luka dalam.

***

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Denara Qkunaee

Denara Qkunaee

lemah amat JD perempuan di perhatiin dikit aja meleleh trus mewek lagi ....greget sendiri q bacanya

2023-03-08

1

Sriani Dewi

Sriani Dewi

Terlalu mencintai boleh tapi tidak harus BODOH,

2022-12-25

0

Nona Aan Chayank

Nona Aan Chayank

terlalu bodoh tokoh aretha ini,,
jadi malas bacanya... 😞

2022-08-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!