..."Kita adalah dua hati dengan dua rasa yang berbeda, aku mencintaimu dengan tulus, namun kau mencintainya tanpa pupus." Aretha....
***
Gerimis mulai turun saat sore hari, ibu yang tadi kembali ke luar pergi ke tukang jahit untuk menyerahkan kain-kainnya belum juga pulang, aku mengangkat jemuran di halaman belakang.
Angin yang bertiup sepoi menambah nuansa sejuk nan tenang.
"Aahh,,,," aku berteriak kencang dan hampir berlonjak karena kaget, ketika tiba-tiba saja seseorang memegang pergelangan tanganku yang tengah mengangkat kain selimut dari tali tambang.
"Mas Reyhan!" suaraku bernada tinggi seirama dengan keterkejutanku.
"Ikut denganku," mas Reyhan menarik kasar tanganku, membawaku masuk ke dalam rumah, ia lantas melepas cengkramannya cukup kuat dengan sekali hentak, aku hampir saja terhuyung jikalau tidak seimbang berdiri.
"Mas Reyhan, apa yang kau lakukan?"
Mas Reyhan mengambil alih setumpuk pakaian dari tanganku, lalu menaruhnya di atas sofa ruang tengah.
"Katakan, sejak kapan kamu positif hamil?" pertanyaan yang mas Reyhan berikan membuatku merasa nyeri di dalam hati, apa maksud dari pertanyaannya itu?
"Katakan, Aretha. Sejak kapan kamu mengetahui jika kamu positif mengandung? Dan kenapa kamu tidak pernah mengatakannya padaku? Kenapa kamu tidak pernah memberitahuku? Malah mengadu pada ibu dan mencari dukungannya?"
Astaghfirullah, seperti ribuan anak panah yang mas Reyhan hujamkan ke dalam dadaku, sungguh semua yang ia ucapkan barusan tadi itu sangat menyakitiku, begitukah penilaiannya tentang diriku? Aku yang berlindung di bawah naungan ibu dan meminta dukungannya? Sedangkan sama sekali aku tak pernah melakukannya.
Aku tak dapat menahan air mataku yang luruh begitu saja, aku menangis dan aku benci terlihat lemah di hadapan mas Reyhan.
"Berhenti menangis dan berakting, Aretha. Jawab pertanyaanku, jelaskan semuanya, apa benar itu adalah anakku? Atau kau hanya ingin menjebakku?"
'Boom!'
Kalimat tuduhan itu yang terdengar paling menyakitkan dari semua tuduhan mas Reyhan selama ini, apa tadi yang ia katakan? Ia meragukan nasab anak ini? Sungguh ini keterlaluan dan tak termaafkan.
"Katakan Aretha, kenapa kau hanya diam?"
"Cukup, mas Reyhan! Cukup, aku tidak sanggup lagi mendengar kata-katamu, jika kau memang tidak mau menerima dan mengakuinya, maka tidak apa, sudah kukatakan, aku bisa merawatnya seorang diri, aku bisa meski tanpa adanya dirimu, jika kau begitu ingin pergi, maka pergilah, demi Allah aku tidak akan menghentikan langkahmu, tapi kumohon, berhenti menuduhku dan mengatakan hal yang membuatku begitu sakit, hingga mungkin rasa benciku padamu akan tumbuh lebih hebat mengalahkan rasa cintaku," serangkaian kata yang kuucapkan mengalir begitu saja dari hati sebagai ungkapan perasaanku, di sana mas Reyhan nampak terdiam tanpa mampu memberikan jawaban. Dadanya naik turun menahan emosi, entah apa yang kini ia pikirkan, aku ingin pergi, aku ingin lari menghindarinya, tapi kemana? Aku tidak bisa, mas Reyhan dengan cepat meraih tanganku saat aku hendak masuk ke dalam kamar.
"Jangan coba-coba untuk kabur, Aretha. Kau belum memberikan penjelasan yang aku inginkan, sejak kapan kau mengetahui kehamilanmu, kenapa kau tidak mengatakannya padaku dan meneruskan perceraian kita?"
Kutepis kasar tangan mas Reyhan hingga genggamannya terlepas.
"Aku baru mengetahuinya setelah pulang dari pengadilan, mas. Aku mengetahui jika aku tengah hamil saat surat cerai sudah berada dalam genggaman tanganku," aku menjeda untuk mengatur nafas yang tersengal karena Isak tangis.
"Dan tentang diamku, bagaimana aku bisa mengatakannya padamu? Sedang apa yang aku khawatirkan benar terjadi, kau meragukan anak ini, kau mengira jika aku hanya menggunakan kehamilanku untuk menjeratmu, itu yang menjadi alasanku untuk tetap diam dan tak mengatakannya padamu, kenapa kamu marah mas? Seharusnya aku yang marah di sini, karena aku yang kau permainkan, apa salahku padamu, mas? Sehingga kau sampai hati melukai perasaanku separah ini, jika mencintaimu adalah kesalahan, maka kuakui, itu adalah kesalahan terbesarku, karena meski kuketahui kau ternyata tidak mencintaiku dan memiliki wanita lain, aku masih gagal menghapusmu dari dalam hatiku, jika itu semua adalah kesalahan, iya, aku akui aku memang bersalah." Tubuhku lunglai seketika. Terduduk di sofa karena kekuatanku pergi entah kemana. Tiba-tiba semua menggelap, dan aku tak lagi mengingat apa yang terjadi.
***
..."Ada jenis manusia yang tidak tahu diri, dia yang menyakitimu, tapi dia bertingkah seolah dialah yang tersakiti." Author....
***
"Jangan terlalu stres, Aretha. Untung saja kandunganmu sangat kuat, dia baik-baik saja, tapi tekanan darahmu jadi tidak stabil karena emosimu, dan kamu juga harus lebih menjaga pola makanmu, serta vitamin dan pil penambah darah juga harus rutin kamu minum,"
Aku berjalan bersisian dengan Dokter Bian keluar dari ruang prakteknya, baru saja melakukan pemeriksaan kandungan setelah kemarin aku sempat jatuh pingsan.
Awalnya, mas Reyhan memaksa untuk menemaniku periksa, tapi tentu saja aku menolaknya, ucapan-ucapannya yang begitu menusuk masih membekas jelas di hatiku, dan ibu, tentu aku tidak memberitahunya, aku tidak mau kalau sampai beliau khawatir.
"Terimakasih, Dok. Aku pasti akan ingat semuanya dengan baik,"
"Hufftt,,,, berapa kali sudah kukatakan, berhenti memanggilku Dokter saat kita hanya berdua dan aku tidak sedang praktek," keluh Bian yang terdengar lucu di telingaku, sampai tanpa sadar aku malah tersenyum geli.
"Bukannya ini sedang berperan sebagai Dokter? Sedari tadi terus saja menceramahiku sampai berulang kali,"
"Itu karena kau yang bandel, susah dikasih tahu, makanya aku harus sampai mengulangi wejanganku berkali-kali." protes Bian sambil menjitak kecil kepalaku.
Aku merengut sebal atas perlakuannya yang sudah biasa seperti itu, sambil menggosok kepala bekas jitakannya, aku terus ngedumel.
"Teori saja dibanyakin, prakteknya mana?"
"Hah?" langkah Bian terhenti mendengar ucapanku.
"Iya, kamu tuh, bisa bilangin aku ini itu, tapi kamu sendiri belum nikah juga, boro-boro nikah, pacar saja tidak punya," tawaku menggelegar di akhir kalimat.
Kali ini Bian membalasku dengan mencubit ujung hidungku, ditekannya kuat-kuat sampai aku meringis kesakitan baru ia lepaskan.
"Mending sendirian, dari pada nikah cuma status doang tanpa perasaan!"
'DEG.'
Kalimat itu memang cocok untukku yang bernasib seperti itu, Bian menyadari akan kesalahannya berucap yang kutahu tanpa ia sengaja, Bian pun segera meminta maaf tak bermaksud menyinggungku.
"Sorry, Aretha. Aku tidak bermaksud menyinggungmu, itu hanya,"
"It's okay, Dokter Bian, aku baik-baik saja, apa yang kamu katakan memang benar, maaf, seharusnya aku juga tidak menggunakan topik pernikahan sebagai bahan candaan,"
Bian mengelus pundak ku ke atas ke bawah, lalu kami kembali melangkah sampai keluar dari klinik tempat praktek Dokter Bian.
"Beneran kamu nggak mau aku anterin pulang?" tanya Bian memastikan sekali lagi.
"Tidak perlu, aku sudah memesan taksi, tidak enak kalau dibatalkan, pasti sekarang sudah dalam perjalanan." kuulas senyum tulus untuk Bian sebagai salam perpisahan, setelah taksi yang kupesan datang, kami saling melambaikan tangan dan mengucapakan salam.
***
..."Aku tidak mencintainya, lalu mengapa cemburu itu ada?" Reyhan....
***
Kuamati dengan teliti pintu klinik di seberang jalan sana, tempat Aretha masuk untuk memeriksakan kandungannya, aku khawatir atas kejadian kemarin, aretha yang jatuh pingsan karena perdebatan kami. Yah, meski aku sempat berpikir jika itu adalah bagian dari aktingnya, namun tetap saja aku merasa khawatir akan kondisi Aretha mengingat ada nyawa dalam rahimnya dan itu darah dagingku.
Yang membuatku merasa kesal adalah, saat Aretha keluar dari tempat klinik ditemani oleh seorang pria berjas putih layaknya seorang Dokter, dan mereka terlihat akrab, apa mereka saling mengenal? Atau, apakah mereka memiliki hubungan lain selain Dokter dengan Pasiennya? Itukah yang menjadi alasan Aretha tidak bersedia kuantar untuk periksa, karena dia memiliki hubungan lain dengan pria pria berprofesi Dokter itu?
"Siapa dia? Kenapa Aretha begitu akrab dengannya?"
***
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Cut SNY@"GranyCUT"
Ungkapan yang sangat bagus thor..👍❤
2023-05-02
0
Rini Ernawati
reyhan yg aneh....blg gk cinta tp knp cemburu....yp knp sampe mantau2 gitu...sbnr nya kamu tuh cinta ama aretha ypnkamu blm sadar ajah....dan ketika kamu menyadari nya nanti maka aretha udh pergi jauh dr hidup mu dgn laki2 yg sangat mencintai dia...tdk suka menyakiti diri nya sprti diri mu....baru pd saat itu kamu merasa kehilangan....maka pd saat itu aku org pertama yg akan berkata SUKURIN.....😠😠
2022-05-27
0
Χιαα.
kau mencintainya, hanya saja ego mu terlalu tinggi untuk mengakuinya, dan obsesi mu kepada Rena juga terlalu besar_-
2022-05-07
1