Garrick menyuruh bersiap, aku bergegas keluar dan masuk ke kamarku di sebelah. Karena merasa diri bau bawang habis masak, jadinya mandi kilat super hemat dengan air sisa yang ada. Kran air tiba-tiba berhenti mengalirkan airnya.
Siap habis mandi, aku berdandan di depan cermin. Tidak lama, paling lama sepuluh menit.Cermin hotel ini sangat bening, seperti jujur menujukkan diriku di sana. Muka perfectku sangat tidak matching dengan baju tidurku yang bergambar kelinci di mana-mana. Masak mau naik kapal pesiar, bajuku begini? Aduh, maaak!!!
Tiga pasang baju tidurku semua panjang. Kaki panjang, lenganpun panjang. Seperti musim dingin saja! Seperti mau ke sawah saja! Bahkan seperti orang penyakitan saja ku bayangkan.
Lupa ku pikirkan masa depanku, ini kan baju penyamaran. Baju modis plus fashionableku, semua ku tinggal di kampung halaman. Ah, menyesalnya. Meski sadar diri hanyalah kacung, tapi jiwa milenialku meronta!
****
"Boss..." Aku berkata sangat pelan, Garrick sedikit menolehku, lalu memandang lagi ke arah layar televisi.
"Boss....saya ingin bicara.." Aku berkata dengan suara asliku yang merdu. Garrick kembali sekilas menolehku.
"Bicara saja!" Garrick berkata tanpa melirikku, suaranya memang selalu keras begitu. Aku harus menambah mentalku lebih tebal lagi.
"Pinjamkan saya uang, satu juta saja..Boleh tidak boss?" Aku berkata sedikit memelas.
"Pinjam uangku, buat apa?!" Garrick benar-benar menolehku kali ini.
"Beli baju, bajuku semua begini. Kan mau pesiar lah boss... Boleh ya..." Sepertinya aku sedang merayu. Garrick melihat sekilas baju tidur di badanku. Dahinya sedikit berkerut. Apakah dia ingin menertawakanku?
"Kau hanya pembantu, melayaniku! Jangan merasa sedang plesiran!" Maaakk! Tajam banget mulutnya. Garrick, kau pelit sekali!
"Boss, boleh tidak pinjam uang?!" Aku sedikit bicara keras padanya. Aku berusaha menepikan rasa maluku. Lebih baik malu di depannya, daripada malu di depan banyak orang dengan baju tidur seperti ini.
"Apa kau tidak punya uang sendiri?!" Garrick kembali melihatku.
"Aku lupa bawa ATM, boss." Sebenarnya isi ATM ku tidak banyak, hanya sisa lima ratus ribu. Dan memegang uang tunai seratus ribu saja. Aku hanya takut kehabisan uang, terlebih di rantau orang. Jadi aku putuskan pinjam Garrick saja, lagian biar hatiku tenang bahwa aku tidak gratis bekerja padanya saat ini. Jadi dengan berhutang, aku telah memaksanya membayarku.
Garrick menuju kamarnya dengan diam. Apa dia akan mengambil uang dan meminjamiku? Semoga saja Garrick mendapat hidayah dan tergerak hatinya. Mungkin inilah doa setiap insan yang sedang memohon pinjaman.
"Turun sekarang!" Garrick menyodorkan kopernya ke arahku. Lalu pinjamanku, lulus tidak??!
Aku mengikuti di belakangnya, menyeret koper di tangan dengan ransel besar di punggungku. Masuk dalam lift yang ternyata agak terlindung, di bagian samping balkon rooftop yang luas itu. Ternyata listrik sudah menyala lebih cepat beberapa jam, Garrick terlihat sangat lega karenanya.
Garrick masuk lift setelahku, berdiri di pojok depanku. Aku menghadapnya, Garrick menghadap ke samping. Sesekali ku lihat dirinya dari samping. Sah, Garrick memang bos garang yang ganteng. Setuju saja kalo dikatakan dia lelaki sempurna. Tapi dengan catatan, kalau dia tidak pelit. Dan Garrick terbukti sangat pelit. Jadi penampilan gantengnya sangat jauh dari sempurna!
******
"Sari!" Garrick memanggil salah seorang resepsionisnya. Gadis manis berseragam hotel warna kuning cerah itu mendekat cepat-cepat.
"Ada apa tuan?" Sari terlihat khidmat menghadap Garrick dengan menunduk.
"Antarkan dia ke kanaya, suruh orang kanaya menelponku!" Garrick menunjuk padaku.
Resepsionis dengan nama Sari mengajakku dengan isyarat matanya. Bergegas aku menyusul langkahnya.
Kanaya adalah nama sebuah toko baju yang ada di sisi luar bagian hotel di lantai satu. Cukup luas untuk ukuran butik. Karena nama yang tertera adalah 'Butik Kanaya'.
"Hei... siapa namamu?" Sari tiba-tiba berhenti dan bertanya namaku. Sari benar-benar mengamati penampilanku.
"Aku Elsi, dari Jawa, kota Malang." Lengkap ku sebut identitasku. Tapi tidak dengan umurku.
"Elsi, pilih saja baju yang kamu suka. Jangan peduli harganya. Dia yang bayar kan?" Aku bingung. Tapi aku tidak suka bicara bohong.
" Entahlah, mungkin akan dipotong dari gajiku." Aku sedikit berbisik di telinganya. Dia memandangku tak percaya. Lalu dia tersenyum. Akupun tersenyum. Akhirnya kami tertawa-tawa bahagia bersama.
"Elsi, dia memang galak. Tapi dia suka ngasih bonus! Dapatkan saja bonusnya!" Sari berkata setelah tawa kami mereda. Lalu ditariknya tanganku dalam butik.
"Ku rasa gadis kota Malang, biasanya modis dan gaul, kamu lain sekali." Sari memperhatikan bajuku juga wajahku. Aku diam saja tanpa perlu menjelaskan.
"Aku berkata jangan marah. Mukamu milenial, tapi pakaianmu sangat kumal." Sari sedikit cekikikan tanpa maksud menghinaku. Aku geli melihat ekspresinya.
"Aku sadar diri, bantu aku berbenah diri, Sarrriiii..." Ha..ha..ha.. Sari tertawa dengan suaraku yang menyebut namanya sangat panjang.
Kami berada dalam butik, Sari meninggalkanku dan menghampiri salah seorang pegawai perempuan di kanaya. Pegawai itu terlihat menelepon dan berbicara dengan teleponnya.
"Ayo ku temani lihat-lihat." Sari menarik tanganku. Rasanya kami cepat akrab. Sari orang Jawa Tengah, dari kabupaten Wonogiri. Sama propinsi dengan almarhum ayahku.
"Mbak Elsi.... Silahkan berbelanja. Tuan Garrick sudah menjamin pembayarannya." Pegawai tadi berlalu setelah berbicara dan mengangguk kecil padaku dan Sari. Kamipun balas mengangguk serentak.
Sari bersemangat menyelip di antara baju-baju. Beberapa kali datang, membawa baju untukku. Tapi seleraku dengan seleranya berbeda. Sari menyukai baju dan gaun agak terbuka. Sedang aku, menyukai dress ataupun baju lebih sopan dan tertutup. Sesuai dengan profesi kacungku yang tengah melakoni tugasku sebagai pelayan pribadi seorang Garrick, boss garangku yang ganteng. Sah, dia memang ganteng, aku berhasil dapat pinjaman darinya!
"Elsi, ini bagaimana?!" Sari cengengesan menunjuk dress pilihannya. Demi persahabatan, ku sambar saja dress itu. Kini dress dalam keranjang ada empat. Ku rasa cukup, aku bisa mencuci pakainya selama seminggu.
Aku menambahkan lagi sebuah dress tidur cantik sepotong. Di kasir, semua baju yang ku pilih hanya perlu discanner. Entah bagaimana perjanjian mereka dengan Garrick. Yang jelas, aku keluar butik sama sekali tanpa hambatan, dengan tidak keluar uang sepeserpun.
"Sarrrriiiiiii..." Aku jadi terbiasa memanggil namanya dengan panjang.Denga nada seperti mbak kunti di televisi yang sedang menyapa.
"Apa Elsiiiiiii..." Haha.ha..ha... kami tertawa sambil berjalan menuju lobi. Dalam beberapa langkah, aku dan Sari telah berdiri di lobi. Sari siap kembali ke meja resepsionis bersama seorang temannya.
"Sarrrriiiii......ini untukmu, pakailah! Tenang, aku akan segera melunasi baju ini dengan potong gaji dari Garrick!" Aku berkata agak keras, sambil melempar kantung berisi dress tidur seksi itu pada Sari.
"Apa ini, Elsiiiii...?" Sari mengamati dress serupa lingerie itu dengan membentangkannya.
"Hadiah dariku untuk pertemanan kita. Kau bisa memakainya saat bulan madu dengan suamimu!" Aku berbicara agak pelan, malu jika terdengar orang. Tapi tetap saja terdengar keras di ruangan lobi hotel.
"Ah, lama.. aku belum ingin menikah!" Sari membalas ucapan bercandaku.
"Jika tak sabar, pakai saja untuk bulan madu dengan pacarmu!" Aku sedikit berbicara keras di lobi.
"Ehemm!!..Elsi! " Garrick telah berdiri di sisi samping kami dengan pandangan sangat horor. Entah, sejak kapan dia datang di situ. Aku cepat meluncur menghadapnya. Ku lirik Sari, dia nampak berkerut seperti kucing kena air.
"Berangkat sekarang!" Aku mengikuti Garrick yang bergerak meninggalkanku. Ku seret kembali koper silvernya dengan meletak kantung bajuku di atasnya. Ransel di punggungku sedikit berayun mengikuti gerak langkahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
pedes yahh
2023-03-16
1
Ulil
mie ayam Wonogiri
2023-03-04
0
Etik Etik
Moco nopelmu Ki,ISO senyum mrenges tapi ora iso ngguyu ngakak dadine ora mbrebeki tanggane wkwk
2022-10-14
1