"Cepat, El..!!!" Teriakan Garrick menyudahi berkacaku di cermin bilik kapal. Meski lengkingannya tidak membuatku puas memandangi diri yang ku rasa kelewat perfect dengan gaun kreditku, tapi lengkingan galaknya cukup lambat memanggilku. Aku sempat menyelip waktu, memoles diri jadi jelmaan dewi secantik mungkin. Alay..??! hi..hi.hi..
"Jangan terlalu lamban, El..!!" Garrick memutus bertatapan mata denganku lewat hardikannya yang lebay. Sudah nyata aku keluar kamar saat dia sedang mengunci pintu bilik dan berbalik mendapatiku dengan kedua mata pedangnya. Bah...tak masalah!
Bergegas ku ambil sepatu, ku letak tepat di depan dua jempol kakinya. Aku akan ke dapur sebentar.
"Pakaikan, El..!" Ku kerjakan perintahnya tanpa bantahan, ini adalah salah satu bentuk layananku untuknya. Bayaran tiga kali gaji tetaplah penyemangatku. Bukankah seminggu tidaklah waktu yang lama?
"El..! Ambil jasku di kamar, bawakan!" Garrick berseru dari dapur, sambil melempar kuncinya padaku.
Ku ambil jas hitam di atas kasur dan segera keluar menentengnya. Jadi buntut cantik yang mengekor di belakang. Garrick telah melangkah keluar melewati pintu utama.
Garrick menggunakan lift untuk turun ke badan kapal. Kami berdiri bersebelahan , hanya berdua kami sajalah pengguna di dalamnya. Lengang dan canggung ku rasakan, andai hadir Dora kurasa lebih nyaman.
Ku pandang Garrick dalam pantulan dinding silver lift yang bening diam-diam. Bos garang dan galak yang berdiri gagah di depan ini sebenarnya kelewat berkharisma.Terlebih dengan kemeja putih berdasi panjang di dadanya, Garrick terlihat begitu keren. Seperti tokoh-tokoh eksekutif atau juga super star dalam komik yang dulu sering sangat ku baca.
Mataku yang merambat ku sangkutkan di wajahnya. Clesss!! Duh, bossku! Ku dapati Garrick sedang juga menatap tajam ke arahku. Mata kami beradu pandang dalam bayangan di dinding lift cukup lama. Ingat kena gertak, ku patahkan pandangan ke kaki indahku yang terlihat sebagian di bawah. Dress warna abu-abu terang yang sangat cocok melekat di badan ini, memang menampakkan kaki dan tanganku yang cerah.
"Lift akan meledak, El..!!" Garrick tiba-tiba berseru di sampingku.
"Apa!? Aku belum nikah boss!!!" Di antara jantung yang putus, aku ingat dosaku pada ibu.
"Jadi kau ingin menikah?! Cepat saja kau pulang kampung!!" Garrick menunjukku dengan dagunya. Seperti aku ini hanyalah sebuah barang yang murah.
Ku sadari, lift akan meledak adalah teriakan palsunya. Ku sesali kelatahan mulut yang menyuarakan satu dari sekian banyak masalahku. Aku geram dengan lelaki muka batu di sampingku.
"Tak perlu pulang kampung! Jika aku mau, aku bisa menikah di manapun, dengan siapapun yang ku mau?!" Aku berkata keras, berjinjit di telinganya. Aku sangat geram tak terkira. Terdengar samar tawa Garrick di telingaku. Apanya yang lucu?!
"Apa kau gelandangan?! Atau kau kucing jalanan?! Menikah sembarangan!!" Garrick membungkuk sedikit di telingaku, suaranya sangat lirih tapi kasar menyakitkan. Tawanya telah habis dalam seringaian ucapannya.
Tingg!! Lift terbuka, Garrick berjalan keluar, tiada pilihan, akupun kembali setia mengikuti laju langkahnya di belakang. Jalan lorong yang panjang seperti tanpa ada ujung. Garrick mendadak berhenti di depan pintu di samping kami, lorong jalan masih terlihat sangat panjang. Ku tambatkan kaki di tempat, dengan rem cakram super lekat. Jika gagal, aku akan menubruknya seperti adegan fiktif di sinetron.
Dalam ruang kecil di balik pintu, beberapa kursi berjajar rapi nampak kosong. Garrick berdiri di salah satu pojokakan. Biarkan, aku tidak ikut mojok dengannya, nanti salah pulak. Ku ambil satu botol air mineral yang banyak tersedia tertata rapi juga di atas meja tepi dinding, lalu meminumnya.
"Elsi..!!" Seseorang memanggilku.
Ternyata Irgi, ada beberapa teman yang berdiri di samping dan belakangnya. Ada empat orang, lima beserta Irgi. Ku beri senyuman paling manis pada mereka.
"Ternyata benar itu kamu, Elsi! Ku pikir artis kota yang diundang sebagai bintang tamu di acara ini." Irgi nampak gembira mengetahui kebenaranku. Matanya hangat mengamatiku.
"Sebenarnya acara apa ini, Gi?" Ku beranikan bertanya pada Irgi, karena akupun kepo ingin mengerti.
"Acara pesta ultah salah satu pelancong VVIP kapal ini. Aku dibayar untuk mengoperasikan alat musik, mengiringi artis penyanyi undangan kota Batam. Meski artis kota lokal, cukup dibayar mahal, si Dinda itu!" Irgi sangat ramah padaku, aku mulai suka dengan sikapnya. Eh, tadi siapa namanya... Dinda?! Ha..ha..kebetulannya!
"Namanya serupa denganku lah, Gi !" Aku iseng mangatakan nama Elshe Dindania milikku pada Irgi.
"Ha..ha..ha..Iyalah Si, siapa tahu kelak kamupun setenar dia." Irgi dan teman-temannya masih tersenyum memandangku.
Belum sempat mengamini, pintu telah terbuka, nampak Dora muncul masuk ke dalam. Dora menatapku juga pada Irgi dan teman-teman penuh selidik. Dora mengangguk kecil pada Irgi dan teman-teman. Tapi tidak terhadapku.
Dora menghampiri Garrick di pojokan. Mereka nampak saling menyapa penuh kehangatan. Namun bagiku, senyum mereka penuh kepalsuan.
"Hei, Elsi..bukankah lelaki itu yang bersamamu malam itu?" Irgi setengah berbisik di telingaku. Aku mengangguk.
"Dia bossku. Aku kacungnya. Garrick namanya." Aku berbisik pada Irgi, rupanya dia menghafal wajah Garrick.
"Lalu, apa hubungannya dengan Anggun?" Rupanya Irgi tahu nama asli si Dora.
"Mereka seperti menjalin hubungan. Emang siapa si Anggun?" Aku berganti berbisik sangat lirih pada Irgi.
"Putri pak walikota kota Batam." Irgi berdesis lirih di telingaku. Rupanya, nama serta sosok Dora cukup terkenal di kotanya.
"Apa dia jomblo?" Ku lanjut bisik-bisik dengan Irgi. Aku penasaran.
"Aku kurang tahu, Si. Umurnya 29 tahun, kehidupannya tertutup. Sebenarnya, keluarga Anggun tinggal sekomplek denganku." Irgi berkata lirih sambil membenarkan tali gitar yang disangkut di pundaknya. Lalu kembali berkata dengan suara normalnya.
"Kamu ikut aku saja Si, gabung di meja kami. Selain kami, ada beberapa teman semeja di dalam." Irgi berkata menawariku, sepertinya sungguh-sungguh. Suaranya yang santai terdengar di seantero ruang tunggu.
"El..!" Suara berat dan besar memanggilku. Tentulah itu bos garangku, Garrick.
"Iya bossku! Ada apa?" Aku tidak bersuara tinggi ataupun keras. Nada suaraku nyaring tapi bukan garing. Ku jaga nama baikku dan wibawa tuanku di depan mereka.
"Keluarkan tiketmu, bawa jasku ke dalam." Garrick berbicara melihatku, suaranya datar mengimbangi suaraku. Justru terasa tak nyaman sama sekali di hati. Garrick bertopeng tergantung situasi dan kondisi.
"Baik, boss." Aku harus patuh padanya tanpa pandang sikon apapun. Ku ikuti Garrick dan Dora yang akan melewati sebuah pintu masuk ke ruangan inti acara.
"Si, jika sempat, kunjungi mejaku ya!" Ku toleh Irgi dengan senyum tulus dan anggukan kepalaku.
Seorang lelaki berdasi kupu, menyambut Garrick dan Dora. Keduanya mengikuti lelaki itu ke sebuah meja besar dan duduk di sana. Aku berdiri canggung, lebih baik di beri sejuta kerja, daripada diam serba salah tanpa arah dan perintah.
"Apakah anda perlu pelayanan tuan?" Lelaki lain dengan dasi kupu mendekati Garrick dan Dora.
"Tidak, aku membawa sendiri pelayanku." Garrick berkata datar pada pegawai berdasi kupu itu, lalu memandangku sekilas. Lelaki itu mengangguk dan berlalu pergi menghampiri meja lain.
Begitu banyak meja dan kursi tersusun demi tamu yang menghadiri pesta ini. Tapi meja Garrick bertempat agak menjauh dari meja-meja itu. Dan nampak paling lebar dan besar dibanding seluruh meja yang ada. Lalu apa bedanya dan untuk siapa saja meja besar ini?Nantilah, pasti tahu alasannya dengan sangat lebih jelas!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Siti aulia syifa Az_zahra
satu dikejar putra Walikota Malang, satunya sama putri Walikota Batam. Berat saingannya
2022-08-15
2
Tatyana Mononimbar
lanjut..👍
2022-08-12
1
Chybie Abi MoetZiy
☺☺☺☺☺☺☺☺☺☺
2022-07-09
1