Menuju maghrib, Ratih telah melepasku. Sebelum menuju kamar horor, aku mampir sebentar ke kamar uni Wel, ingin tahu perkembangannya.
"Uni, bagaimana rasanya? Sudah sehat?" ku pegangi kakinya yang hangat.
"Mendingan Si.. Sepertinya, lusa aku sudah kuat untuk kerja lagi." Uni Wel berkata lembut padakau.
"Syukurlah uni, aku senang uni kembali." Aku berganti memegang tangan halusnya.
"Apakah betah tinggal di kamar itu?" Uni berkata menyelidik padaku. Aku heran dengan pertanyaannya.
"Ada apa dengan kamar itu, uni?" Aku pura-pura tidak paham.
"Jarang yang bisa betah berdiam di sana, paling banter dua hari, habis itu kabur."
"Benarkah? Kenapa bisa begitu?" Aku penasaran.
"Apa kamu tidak merasa kamar itu seram, Elsi?" uni Wel ganti bertanya padaku.
"Memang uni, tapi kenapa kamar itu dibiarkan begitu, dah gitu dimasukin anak baru, gak kuatlah uni." Aku mengeluarkan sedikit kekesalanku. Akupun, sebagai anak baru juga dimasukkan dalam situ.
"Ratih memang sengaja." Uni Wel berguman.
"Sengaja bagaimana uni?" Aku makin penasaran.
"Setiap anak baru dengan umur yang muda, di kamarmulah tempatnya. Hanya kamulah yang bisa bertahan paling lama, Elsi. Kita lihat saja apa tujuan si Ratih. Kamu yang sabar ya." Uni Wel menyemangatiku. Aku mengangguk untuknya.
"Iya uni, aku kan bertahan. Lagipun aku di sini sebatang kara." Aku pun tak tahu, harus ke mana jika kabur seperti mereka. Meski telah ku simpan alamat dan kontak dari beberapa temanku di pulau ini, rasanya malu jika bertamu tanpa memiliki apapun. Di sinilah tempat tepat buatku. Meski hanya sebagai kacung sekalipun.
Ku rasa cukup, aku pun berpamitan, uni Wel mengangguk lemah. Aku pergi menuju kamarku.
Kamarku telah remang, meski lampu sudah on, tetap saja samar. Ku pertajam mataku. Menembusi segala sudut kamar remangku. Aku tak suka, ada mkhluk itu menginap bersamaku. Benar, ular itu melingkar, bergelung tidur di pojok kasurku. Segera ku pegang sandaran ranjangku. Ku goyang-goyang dengan hentakan keras laksana gempa untuknya.
"Bangun..Bangun...Pindahlah ke asalmu." Aku berbicara pada ular itu. Seolah paham, kepala ular itu bergerak..lalu pergi perlahan, menyeret tubuh panjangnya melewati jendela kamarku. Ular itu kembali masuk ke dalam air dan menghilang kembali. Sepertinya itu hanyalah ular air yang hitam. Tidak ada bisanya. Bagi yang kurang mengerti, memang nampak mengerikan. Hitam legam berkilat dan besar sedikit panjang.
Dalam gelap kamar mandi, aku mandi sebentar hanya sekedar menyegarkan. Aku berwudlu untuk shalat maghrib yang hampir terlambat. Tetap ku kejar, daripada tidak!
****
Malam telah lewat, aku tak bisa tidur seperti biasa. Ku telepon ibuku, rasanya lama tak bertemu dengannya.
"Halloo!" Ku dengar suara bar-bar ibuku menyambar. Jarang ada salam darinya. Bersalam setelah kemudian ku ingatkan, biasanya begitu.
"Assalamualaikum." Aku menyalam ibuku sangat lembut.
"Elsi! Di mana sekarang kamu nak?! Berapa hari tak pulang?! Naik gunung mana kamu?!" Ibuku menyambut teleponku kelewat ramah, telingaku berdengung mendengarnya. Berisik seperti lebah. Tapi aku merindukan suaranya.
"Aku merantau bu, mungkin lama pulangnya. Ibu doakan saja yaa..." Aku masih lembut bersuara.
"Buat apa merantau, apa gaji privatmu kurang? Aku akan membayarmu lebih banyak !" Aku memang mendapat bayaran dari ibuku, karena aku juga asisten catering ibuki. Aku membuka les privat di lingkunganku, muridku sangat banyak. Jadi jika soal uang, aku bisa menghidupi diriku yang jomblo meski harus pandai mengaturnya.
"Aku tak akan pulang sementara bu, aku belum ingin menikah!" Aku menembak arah bicara ibuku.
"Ibu sudah menerima lamaran Juan kemarin itu, dia datang ingin bertemu denganmu. Dia akan mencarimu. Katakan , kamu di mana?!" Ibu bersuara tidak sabar. Ibuku memang begitu. Ibuku asli orang Malang, Jawa Timur. Jika bicara ceplas-ceplos apa adanya. Tapi ibuku selalu jujur baik luar atau dalam.
"Tolong bilang ke Juan, aku belum ingin menikah. Tidak usah mengharap aku, Ibu.." Aku masih bisa bertahan dengan lembut pada ibuku. Sifat ini ku warisi dari ayahku yang asli orang Solo, Jawa Tengah.
"Elsi! Jangan buat ibumu mendapat malu! Juan anak walikota kita! Ingat itu Si..!" Ibuku sepertinya emosi, akupun juga mulai naik darah. Sepertinya ibu lebih memilih Juan daripada aku, anaknya. Aku merasa kecewa dengan ibuku.
"Ibu, aku tutup telepon dulu. Lusa aku telepon lagi. Assalamualaikum , Bu.." Sebelum mendengar suaranya lagi. Segera ku reject panggilanku. Meski percakapan kami mengecewakan, rasanya lega mendengar suara ibuku. Suara bising itu pertanda kesehatan ibuku masih terjaga sangat baik.
*******
Pagi ini aku bikin rendang dan sop ayam lagi. Berharap, keluarga itu kembali menyukai. Ratih mengabsenku sekilas.
"Menu apa pagi ini, Elsi?!" Suaranya begitu cempreng.
"Rendang sapi dan sop ayam!" Ku jawab sama kerasnya.
"Oke. Kau cukup bikin itu. Cemilan lain, orang belakang yang buat!"
"Oke!" Ah, senang hatiku, ternyata Ratih mulai memanusiakan diriku.
Di belakang memang ada dapur lagi. Sepertinya buat cadangan, ada dua orang penunggu di sana. Ku pikir apalah tugas mereka, sedang semua kudapan, akulah yang buat. Jadi kabar Ratih barusan, cukup membuatku bersemangat.
****
Segala masakan yang telah dibuat, tersaji sempurna di atas meja makan besar itu. Kami kembali berbaris, menyambut apel pagi hari. Iringan keluarga bos telah sampai. Mereka duduk di kursi mereka semula, tempat yanh selalu sama tiap hari.
Lelaki muda itu terlihat cepat mengisi piringnya. Mengambil sedikit nasi dan begitu banyak daging rendang. Mungkin cacing di perut yang amit-amit telah berreinkarnasi jadi imut-imut. Bocil juga bernafsu seperti halnya lelaki muda, hanya nasi daging rendang tanpa sayur.
Bos garang mengambil imbang keduanya, daging rendang, nasi serta sop ayam dengan kuah yang melimpah. Ibunya, hanya mengambil sop ayam kuah saja. Tanpa nasi, tanpa rendang. Senyap, bunyi sendok beradu piring sajalah yang ada. Aku rasa puas sekali. Ku dapati Ratih yang sedang menatapku di sini. Entah apa makaud tatapannya padaku begitu.
"Ratih!" Kali ini wanita itu, ibunya bos garang memanggilnya. Ratih maju keluar barisan dengan cepat. Berdiri tepat di samping mereka, berdiri diam menunggu.
"Sudah kau tentukan orangnya?" Wanita itu bertanya dingin pada Ratih.
"Belum nyonya, maafkan saya." Ratih gelagapan
"Jangan terlambat, putraku akan berangkat dua hari lagi!" Wanita itu sedikit tidak sabar menghadapi Ratih.
"Iya nyonya, maafkan saya." Ratih kembali mengucap maaf, ku rasa sedikit iba. Wanita itu terdiam dan menyapukan pandangan ke arah barisan. Aku menunduk melindungi diri. Teman-temanku juga begitu sedari awal. Mungkin hanya akulah yeng berani jelalatan. Dengan Ratih tentunya, tapi ku rasa itu bagian tugasnya.
Bos garangku yang ganteng tiba-tiba berdiri menghadap kami.
"Dengar, kalian! Aku akan berlayar dengan pesiarku selama seminggu. Aku butuh satu orang untuk melayani keperluanku selama berlayar. Apa ada di antara kalian yang sanggup mengajukan diri?!"
Tak ada satupun kacung yang bersuara, akupun menunduk tak berminat. Dia garang! Coba lumer setengah saja, siapa yang rela menolak melayani si ganteng berlayar?!
"Pikirkan! Jika tak ada kesalahan, ku bayar tiga kali upah kalian. Itupun upah kalian tiap bulan tetap ada!"
"Tapi jika kalian tidak becus, terimalah upah kalian bulan ini setengahnya! Kalian paham?!"
Suara bariton si bos membahana, memantul di ruang makan pagi ini. Tak juga ada suara menyanggupi, padahal jaminan tiga kali lipat itu sudah ada. Namun, ancaman upah setengah itu lebih mengerikan bagi kami.
"Ratih! Orangmu ini patung semuanya! Ku tunggu saja pilihanmu!" Bos garang kembali duduk. Dihabiskannya air putih segelas penuh. Lalu berdiri dan kemudian berlalu. Diikuti lelaki muda, bocil, dan wanita angkuh itu.
Barisan kembali bubar. Ada mendung di tiap-tiap wajah itu. Beban dan ancaman kembali hadir bulan ini. Begitulah suasana kerja mereka sepanjang tahun. Ada dua pilihan, bertahan atau hengkang. Hanya jaminan gaji besarlah yang mereka perjuangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Etik Etik
ceritanya kyknya ya cuma masak apel makan,gitu terus....tapi aku tetep setia sampai bab ini dan lanjut ke bab selanjutnya
2022-10-14
1
greenindia
bisa² nya dia berani ama tu uler.. kalo aku mah udh kejer duluan😁
2022-10-05
1
🌜melody 🌛
ular apa itu thor ngeri amat,,, bukan ular Jadi jadian kan
2022-10-02
1