Garrick terus berjalan ke lorong yang seperti akan membelah hotelnya. Dia berhenti di depan sebuah toilet umum milik hotel. Aku berjalan jauh di belakang, bukan memepetnya. Jadi adegan lelaki berhenti mendadak dan wanita menabrak punggung lelakinya itu, cuma editan di sinetron. Harap sebagian paham yaa! Jangan suka baper lihat sinetron!
Berdiriku jauh dari tempatnya, berjaga-jaga jika ada rasa tak suka dari hatinya. Aku tak ingin tiap pasang mata yang melihat kami akan berkata dalam hati begini, si punguk sedang berjalan di belakang bulan. Kan ogah aku dibilang punguk.
Aku tetap memandang Garrick yang terus diam menatapku. Weei....apa salahku weei...? Garrick malah terlihat menuding padaku, lalu berganti menuding dalam toilet. Oh, aku paham maksudnya!
Aku telah berada dalam toilet, dengan meletak koper silver dan tas ranselku di dekat kaki Garrick sebelum masuk. Ku harap bos garang itu tidak meninggalkan begitu saja. Mengingat masa depanku ada di ransel itu seluruhnya. Mulai dari KTP, ijazah, KK, Akta, hingga make up! Suatu kebangkrutan yang hakiki jika hilang, apalagi di pulau orang. Sedang aparat desaku di pulau seberang. Lain lagi dengan orang beruang, uanglah yang berjalan, bukan lagi kedua kaki yang mencari pak RT, begitupun dengan segala urusan lainnya, tapi cukup dengan selembar amplop!
Dengan dress baru pilihanku, dengan aroma yang khas bau baju baru, cermin itu berkata jujur bahwa orang yang berkaca itu begitu menarik. Kini aku merasa sebagai kacung tercantik sepanjang masa. Lebay?!
Bos garang terlihat kiyut, saat kedapatan tetap berdiri tegak di samping koper silvernya, dan tas ransel besarku.
"Jangan khawatiiir... Aku sudah berjalan ke sana, sebentar lagi sampai." Ha..ha..ha.. Muka Garrick terlihat lucu saat sedang berbohong pada pacarnya.
"Jangan cemas, aku sedang melaju pelan bersama sopirku.." Garrick melirik kedatanganku sebentar, lalu lanjut fokus dengan ponselnya kembali.
"Baiklah, tunggulah di sana. Aku tutup telponnya." Garrick masih terus menempelkan ponsel di telinganya.
"Kau boleh menelpon lagi nanti. Sekarang cukup dulu kita berbincang." Garrick terlihat mengangkat kedua alisnya dan menghirup nafasnya kuat-kuat.
"Yaaaa..iya......" Garrick memegang ponsel dan memasukkan ke dalam saku kemeja di balik jas hitamnya. Matanya melihat ke arahku tiba-tiba, tidak sekilas, tapi lebih lama beberapa detik dari biasanya. Aku telah siap dengan koper silver di tangan dan tas ransel di punggung.
"Cepatlah Elsi! Kau lambat sangat!" Hah?! Tidak salah ucapkah dia? Aku sangat cepat berganti baju di toilet. Garrick mengada-ngada!
Mobil yang tadi pagi mengantar kami, telah berhenti tepat di hadapan. Bergegas ku letak dua beban abadiku itu di bagasi. Karena Garrick masuk duluan dan duduk di kursi belakang, aku pun bergegas membuka pintu depan, dan duduk manis di samping sopir yang terus mencuri pandang padaku.
"Anang, cepatlah menyetir!" Ya Tuhan, pintu pun belum lagi ku tutup. Anang bukanlah sopir yang mengantar pagi tadi. Tapi sopir yang beberapa hari lalu ku jumpai, saat sedang ku bentang karpet di halaman.
******
Anang telah memarkirkan mobilnya pada salah satu dermaga di wilayah pelabuhan Nongsa Point Marina Batam. Nampak telah bersandar sebuah yacht super besar atau juga kapal pesiar megah yang konon milik si boss garang, Garrick.
"Selamat berlibur, boss. Semoga menyenangkan." Anang berpamitan pada si garang.
"Anang! Betulkan bicaramu! Aku tidak berlibur, aku bekerja!" Garrick menatap tajam pada Anang.
"Iya boss, salah. Maaf, boss." Anang menunduk sebentar lalu berjalan pergi dengan gontai.
"Anang!" Anang berbalik sangat semangat.
Lalu menyambut dengan kedua tangannya saat Garrick melepar kertas padanya. Kertas rupiah yang hanya selembar, tapi berwarna merah, cukup memuaskan!
*****
Garrick telah menyerahkan dua lembar biodata dari ranselku, pada seorang petugas imigrasi yang khusus mendatangi kapal pesiar ini. Petugas imigrasi kedapatan mengamatiku sambil memandang Garrick sekilas dan berlalu sambil menyapa.
"Selamat berlayar, tuan Garrick. Semoga perjalanan anda menyenangkan dan tidak ada masalah pada kapal anda." Garrick menyambut tangan petugas imigrasi sambil menyelipkan beberapa lembar uang pelicin untuknya. Petugas berlalu, sumringah nampak menempel di wajahnya.
"Garrick! Kau sudah datang..Aku berulangkali menelponmu, apa kau tak merasa?" Suara manja terdengar dari belakangku.
"Aku barusan sangat sibuk, sorry aku tak dengar. " Garry memasang muka melow, sesuai dengan bicaranya. Sungguh lucu ku lihat.
Sosok tubuh sangat wangi telah melewatiku. Kini berdiri di depanku dan mengamatiku.
"Garrick, siapa dia?" Dia terus menatapku, kutangkap sinyal tidak suka dari sinar mata itu. Garrick mengacuhkan pertanyaannya.
Akupun terang-terangan mengamati. Rambutnya lurus panjang sedada, berwana hitam legam seperti hitam arang. Rambut itu berponi tebal dan lurus segaris. Wajahnya kaku, dengan mata bulat namun tidak terlalu lebar dan nampak tajam penuh selidik. Gaya itu mengingatkanku pada tokoh viral sepanjang masa, yang ngetrend dengan gaya potong rambutnya. Ya, dia seperti Dora! Aha..ha..ha...
"Elsi! Bawa barangmu!" Hish, belagu banget si Garrick. Ingin ku lempar saja koper silvernya ke laut. Yang disuruh bawa kan barangku saja! Tapi tetap saja ku seret keduanya dengan separuh tenaga. Tidak perlu sepenuh tenaga, kan tidak berat..
Aku mengikuti sejoli itu memasuki lift dalam kapal. Tak ada penumpang lain yang menggunakannya. Mungkin ini khusus tersedia untuk mengangkut Garrick pribadi. Si Dora berdiri merapat di samping Garrick.
Mata angkuhnya sesekali memandangku. Garrick tidak peduli, hanya sesekali tersenyum hangat pada si Dora. Dora menerima senyum itu dengan tersipu. Aku seperti baygon kadaluarsa yang tak mempan. Berdiri diam dengan tontonan kuno yang sama sekali tidak menyenangkan.
Lift mengantar kami ke sebuah ruang yang terdapat geladak luas di baliknya. Geladak indah paling atas, dipenuhi banyak fasilitas. Bahkan ada kolam renang di tengahnya. Sejenak lupa bahwa kini sedang ada di atas sebuah kapal. Beberapa tanaman hias di tanam dalam pot mewah, ditata rapi terlihat indah dan sehat.
Garrick menuju sebuah bangunan menyerupai rumah mungil dari kayu, yang terlihat berdiri kuat di atas geladak. Konsep ini mengingatkanku pada bentuk kamar hotel pribadi Garrick di rooftop, rupanya si garang menyukai suasana rumah tinggal model terbuka seperti itu.
Memang menyenangkan. Boleh juga selera bos ganteng. Bertentangan sekali dengan sifat aslinya yang garang. Atau justru sifat asli Garrick sebenarnya cukup ramah? Mengingat perlakuan Garrick pada si Dora melow lebay.
"Mau masuk dulu minum teh bersama?" Garrick bertanya hangat pada Dora di depan pintu. Terkesan menahan Dora agar berfikir dulu sebelum masuk.
"Boleh..sebentar saja." Dora mengiyakan dengan gaya anggun menawan yang terkesan dipaksakan.
"Elsi, masukkan barangmu. Buatkan kami teh hangat!" Garrick memerintah dengan memandangku sekilas.
Ku seret koper silver miliknya dengan hati kembali ingin melemparnya ke lautan. Tapi tetap saja ku pegang dan ku bawa masuk lewat pintu kayu. Di dalam, ada dua pintu lagi ku temui. Kini aku tidak ragu, ku tebak bahwa salah satunya adalah kamar kecil milikku. Benar, kamar kecil dengan ranjang yang lebih kecil lagi dari ranjangku di hotel. Haha..haha... mengaku punya ranjang di hotel konon. Konon..
Aku meluncur ke dapur dengan membiarkan koper silver milik Garrick ikut berada di kamarku. Itu adalah barangku. Ku lirik mereka berdua yang tengah duduk di beranda kapal, di balik bangunan. Beranda pribadi yang sangat privacy, dan tak terlihat oleh siapapun dari sisi manapun. Karena bangunan ini terletak di dek kapal paling atas. Sangat indah, aku sungguh sangat beruntung. Naik kapal pesiar pertama kali dengan tanpa biaya sama sekali. Ah..Alhamdulillah ya Rabb!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Haryani Yuliwulansih
😅😅😅
2022-12-26
1
Puput Nurhayati
lanjut thor
2022-12-14
2
Bunda Nian
Ini thor ada yg melenceng.
2022-08-16
1