Apel pagi kali ini, bos garang tak butuh memanggilku. Hari ini tak perlu ada gelas pecah. Karena penyebab gelas ambyar itu hanya keterlambatanku. Rupanya bos garang kami tidak mengampuni keterlambatan sedikit pun. Karena aku kacung baru, jadi keberuntungan ada di tanganku. Setelahnya, pasti tidak akan ada ampun untukku.
Barisan telah bubar. Para kacung bersarapan setelah bos garang menghilang. Tak ada sapaan untukku dari teman kacung seprofesiku. Tak ada tawaran mengisi perut padaku. Satu inilah kelemahanku, phobia perut kosong. Kecuali aku niat puasa sekalian.
Aku nampak Ratih, dia makan di pojok ruangan. Aku mendekati dan izin ingin makan.
"Kak, aku ingin makan."
"Ambil sampah, buang!"
Hemmh setinggi apa sih jabatannya?! Tetap ku ambil kantong hitam isi sampah. Ku lempar kembali ke bak penampung sampah di belakang. Segera aku kembali ke hadapannya. Berharap mendapat jatah makan pagi ini.
"Apa!? Cucilah piring! Dasar, pembantu sampah!"
Eh dia manusia apa bukan? Dia makan sebab apa, lapar kan.. Tak paham apa, akupun lapar!
"Tapi aku lapar lah kak!"
Aku berjuang demi perutku. Tak ingin jadi kucing sekarat lagi macam tempo hari.
"Jilat ludahmu! Cucilah piring!"
Rasa-rasanya ingin ku banting saja dia, sesama kacung pun belagu! Apa yang dibanggakan dengan menindasku hah!? Enak aja aku dibuat pelampiasan. Coba sama bos, mana berani. Huh!
Ku fokuskan cuci piring, lagi-lagi segunung. Ah sabar..sabar.. aku yakin derita ini hanya sementara. Jika tiba saatnya, sengsara akan membawa nikmat. Harus yakin. Nawaitulillah deh pokoknya!
Tangan bulat kecil menyentuh bahuku tiba-tiba. Uni Wel, uni Welvia... Uni Wel meletakakan sepirin nasi dan lauknya! Hemmh.. dengan semangat ku habiskan cuci piringku. Meski super kilat, ku jamin bersih. Segala noda, lewat.
Ku sambar piring isi nasi pemberian uni Wel. Ah semua sedap, nikmat Allah mana lagi yang aku dustakan jika begini.Hemm..perutku kini terasa nyaman dan hangat. Oh uni Wel, semoga engkau selamat dunia dan akhirat. Amin.
"Elsi, bawa ini!"
Suara rese itu memanggilku. Tak masalah, aku siap, perutku aman sudah. Ku pandang wajah Ratih. Sebal sekali. Andai mungkin, ku cakar saja dengan jari lentikku. Biar semakin mendung saja mukanya. Makanya, jadi orang tuh senyum, pelit banget senyum. Orang jadi gemes kan lihatnya!
Ku bawa karpet super lebar itu ke depan. Ratih minta dijemur di pagar depan. Ku rentangkan di atas rumput-rumput hijau mini. Membentang dari ujung kulon hingga ujung timur. Halaman ini luas sekali.
Tiiiiiiii!! Tiit!! Tiiit!
Klakson mobil di belakangku bising gila. Oh bos ganteng yang garang. Duduk menjeling padaku bersama sopirnya. Sopir itu tersenyum padaku, lumayan manis.
"Mbak, bos lewat dulu. Angkat dulu karpetnya, nanti kotor lho mbak."
Busyet! Karpet raksasa begini... Ku lipat sedapatnya agar mobil bising itu berlalu. Ku lirik bos garang ganteng, Wajahnya lurus tak melihatku. Padahal aku siap memberi senyumku. Dengan rela ku lempar saja pada sopir yang justru senyum padaku.
Karpet kembali membentang panjang dan lebar. Dari ujung timur ke ujung kulon. Ku balik, biar tak bosan. Siap sudah, aku tak suka berpura-pura lama. Segera ku kembali ke barisan kacung di dapur.
Ku dapati uni Wel tengah mencacah kangkung yang berikat-ikat banyaknya. Ku niatkan membantunya. Namun Ratih datang padaku dengan muka masamnya. Mataku menatap matanya.
"Kau ikut aku!"
Dia bicara tak ada manis-manisnya. Padahal sepertinya orang Jawa, tidak cocok dengan wajah jawanya. Ku ikuti langkahnya dengan diam, aku malas padanya.
"Diam saja kau di sini, setrika hingga habis." Hanya masalah setrika pun, sadisnya minta ampun. Tak apalah, selama dia tak menyakiti tubuh indahku. Apapun okelah.
Hampir semua baju yang ku elus itu milik bos garangku. Bahkan ********** sekali pun juga ada. Baju-baju itu sangat besar. Postur badan bosku memang atletis sekali. Pacarnya juga pasti banyaknya.
Baju kerja dan baju santai itu telah tertumpuk dengan indah. Tak ada selisih sesentipun dalam lipatanku. Besi panas itu telah ku tepikan. Aku tak tahu, di mana baju bosku harus di simpan..
Ratih menyuruhku kembali ke dapur utama tempat uni Wel. Uni Wel tengah duduk, wajahnya sembab memerah.Ku rasa uni Wel demam. Benar, sangat panas saat ku tempel punggung tanganku ke dahinya.
Ku minta uni Wel istirahat, ku gantikan untuk masak. Tapi ditolaknya, memasak adalah tugasnya. Bos garang telah biasa dengan rasa masakannya. Ku yakinkan pada uni Wel, aku jago masak, hanya masalah percaya atau tidak. Dengan kurang percaya, uni Wel setuju padaku.
Ku antar uni Wel ke kamarnya. Kamar berderet-deret banyak sekali. Aku tak paham, kenapa aku ditempatkan di kamar belakang sana. Padahal banyak kamar kosong di depan sini.
Aku kembali berhadapan dengan cacah kangkung di dapur. Uni Wel, ku suruh tidur dengan nyenyak di kamarnya. Aku mulai mengeluarkan keterampilanku mengolah sayur kangkung.
Ratih sesekali datang mengawasiku. Matanya menyelidik tak percaya padaku. Aku acuh pada sikapnya terhadapku, toh nanti akan bosan juga padaku.
Kangkung adalah sayur favorit bos garang ganteng setelah sambal pokak.Begitu yang uni Well sempat bilang padaku.
Kangkung hasil masakanku sangat menakjubkan. Kangkung yang sangat empuk, dengan teksturnya yang keluar, tapi warna hijaunya demikian sempurna. Pecinta vegetarian pasti akan terliur-liur melihat penampilan hasil masakan kangkungku. Tapi itulah bagiku, memanglah, promo kecap tetap akan jadi nomor satu selamanya.
Apel malam yang sebenarnya masih pukul lima sore itu membuat Ratih panas dingin.Tetap tak percaya dengan hasil kerjaku yang nyata-nyata sempurna di pandang mata.
Bos garang super ganteng datang. Kali ini seorang wanita setengah tua ada bersamanya. Bisa jadi dialah ibunya.
Hanya aku yang berani memandang diam-diam. Teman kacung lainnya sibuk dengan jari-jari kaki mereka yang jorok kurang rawatan. Setakut apa mereka, hingga semenunduk tak nyaman begitu.
Ku jeling bos garangku yang tengah menyuap sayur kangkung ke mulutnya. Tak ada ekspresi apapun. Piringnya kosong dalam sekejap. Bahkan di isi lagi piringnya drngan lebih banyak sayur kangkung. Ups..aku bangga sekali.Ku harap Ratih melihat hal ini.
Begitupun dengan wanita yang bersamanya. Yang mungkin ibunya. Hanya sayur kangkungku yang kemudian diambilnya. Tentu..tentu aku bangga sekali lagi. Aish Ratih..kau berbaris di mana ?! Lihatlah..lihat!
Ah uni Wel, kau harus bangga padaku. Semoga kau lekas sehat. Orang sebaik kamu tak boleh sakit lama-lama. Kalo boleh, Ratih saja yang sakit menggantimu. Itulah kamu Ratih, jadi orang sadis amat. Doa tak baik yang kau dapat!
####
Terimakasih udah nge klik karyaku. semoga mampu menghiburmu.
Harap dukung aku..relakan like..komen..vote..favorite atau apa'apalah yang bida membuatku senang menghiburmu.
Wassalam ❤🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Azzalea Hermawan
walaupun dia ngedumel mulu, tapi aku suka 😍
2023-01-18
1
Puja Kesuma
dumelelan kacung baru yg teratur. suka deh ma dumelannya
2022-08-20
1
Siti aulia syifa Az_zahra
alhamdulillah,, dapet cerita yg menghibur, mana MC ceweknya selalu santuy dlm keadaan apapun, kecuali soal makan dan uang😁😁😁😁😁
2022-08-15
1