Dua lembar biodata yang terisi sempurna, telah ku simpan aman dalam ranselku. Aku senyum kecut, Garrick telah berkata bohong. Kertas form yang dia kata urgent dan segera di kirim, nyatanya harus ku simpan. Kirim apaan..kirim ke ransel?!
Nyesel gak kepikiran nyuri data dari dokumennya di koper, padahal ku seret ke mana-mana. Last jadi ketahuan , aku buta tentangnya. Alhasil, ancaman kerja rodi diucakapkannya barusan.
Sudah terlanjur, apapun, lebih baik tidur saja. Tidur adalah kegiatan bagus, bahkan keharusan yang sangat menyenangkan. Tidak butuh waktu lama, aku pun langsung tepar setelah menyentuh bantal. Melayang setengah sadar, dan akhirnya benar-benar tenggelam dalam benaman kasur empuk.
*****
Bang! Bang! Bang! Bang! Bang! Bunyi ketukan keras di pintu kamar. Dengan terkejut aku bangun dari tidur yang lelap. Itu bukan ketukan, tapi Garry pasti memukul-mukul pintu kamar dengan ujung sepatunya. Jadi, dia menendang-nendang pintu kamarku.
Garrick sangat tampan, nampak juga baru bangun tidur sepertiku. Wajah kussut massainya semakin menyembunyikan umurnya. Cute sekali. Jiwa yang separuh terbang, telah kembali utuh ke ragaku.
"Ada apa boss?!"
"Buatkan makanan! Lapar!" Aku berjalan keluar seolah hendak menabraknya. Garrick menepi dengan gesit. Itulah yang ku harap, paham dengan maksudku tanpa perlu bicara banyak padanya.
"Pedas!" Suara serak Garrick mengingatkanku.
"Asin?" Garrick menggeleng.
"Asam?" Garrick menggeleng.
"Manis?" Garrick hendak menggeleng, tapi berubah garang melihatku. Kuat ku rapatkan bibirku, agar jangan sampai keluar senyumanku.
"Kau mengerjaiku?! Aku akan benar-benar mencoret upahmu!" Jadi kerja rodi hanyalah ancaman belaka? Berulang-ulang dikatakan, artinya hanyalah gertak sambal, aku mulai tidak takut ucapannya. Abaikan saja jika tak suka, itu kata iklan di you tube yang memang mengganggu, dan harus dilewati.
Kulkas yang besar ini berisi banyak bahan makanan, rasanya cukup untuk sebulan. Siapa yang mengisi kulkas? Tidak mungkin dia belanja sendiri, bisa terus bentol jari tangannya.
Ponsel berbunyi dari kamar, dering panggilan milik Garrick. Pemilik ponsel nampak malas menuju kamarnya. Tapi keluar kembali dengan ponsel menempel di telinga. Wajah Garry nampak sumringah menemani senyum sempurna dari bibirnya.
"Iya.. ini mau makan..Kamu sudah makan?" Jadi mereka saling bertanya soal makan, obrolan tak ada guna. Itu kan jurus kuno milik ABeGe. Jadi ingin tahu, pacarnya umur berapa, rayuan model itu masih dipakai!
Fokus lagi ke panciku, gengsi jika kedapatan oleh Garrick saat melihat gaya pacarannya di telepon. Sayur kangkung dalam kulkas telah mutasi ke panci dengan potongan pendek sama panjang.
"Okeee..Jangan khawatir, aku akan makan yang banyak." Ku pertajam telingaku, agar aku tidak salah dengar. Obrolannya kembali tidak bermutu. Apakah mereka memang pacaran?!
Aroma bumbu sayur kangkung yang gurih, sedap, pedas dan nikmat mengudara di seluruh ruangan. Ku tambah dengan aroma terakhir, aroma telur dadar. Sungguh nikmat bagi perut yang keroncongan. Perut rata Garrick lah bidikanku.
"Iya.. Kau pakai baju yang mana lagi?" Obrolan apa itu, apakah mereka saling mencintai? Harusnya kan begini 'Kamu sangat cantik memakai baju yang kemarin, masih adakah bajumu yang seperti itu?' Pertanyaan ini terlihat bahwa mereka saling mencintai.
Aku memang jomblo sejati hingga kini, tapi sangat paham dengan model pacaran yang hakiki. Kakak perempuanku, Salsa Kandania, begitu terbuka padaku. Semua obrolan pesan bersama suaminya saat masih pacaran, bebas ku baca semauku. Kak Salsa tidak pernah masalah, bahkan sesekali bertanya padaku, bagaimana membalas pesan pacarnya. Begitu juga saat bertelepon, dia lebih suka mengobrol di dekatku.
"Belum.. pelayanku masih memasaknya." Aku meliriknya, Garrick juga sedang menolehku. Ku rasa perutnya memang lapar. Aku tidak tertarik lagi mengupingnya. Segera ku tata hasil sulap tanganku ke atas meja makan. Hanya menu sederhana, Garrick tidak minta macam-macam, jadi aku tak perlu lebih repot.
"Bagaimana kalau ku tutup dulu panggilan ini? Aku ingin ke toilet sebentar." Ku mendengar tak sengaja, alasan kuno itu lagi. Sebenarnya hubungan mereka itu bagaimana? Eh, kepo sekali aku, harusnya aku tahu diri.
"Sampai bertemu di dermaga." Garrick ku lirik tak sengaja. Ku dapati wajah itu datar semula seketika. Harusnya, wajah bunga-bunga itu masih ada jejaknya.
"Sudah siap? Aku akan makan!" Garrick telah duduk menghadap meja makan.
"Bos tidak jadi pergi ke toilet?" Reflek ku bertanya padanya. Seketika ku sesali kelancanganku. Garrick nampak tidak suka, matanya garang melihatku. Aku tersindir malu olehnya.
"Elsi! Kau jangan suka menguping! Itu urasanku!" Yah.. aku tidak semuanya menguping, suaranya sendiri yang meluncur masuk telingaku. Tidak terima!
"Saya tidak seluruhnya menguping lah boss. Lain kali mengobrol di kamar saja, tidak usah di luar. Atau berbisik saja bicaranya. Agar tidak ada yang mendengar." Puas aku menyanggah ucapannya dengan fakta yang ada.
"Pembangkang!" Garrick melempar skak mat padaku. Jika begini, jadi sadar apalah dayaku. Hanyalah kacung baru yang wajib mengangguk dan sesekali boleh menggunakan haknya untuk menggeleng.
"Maafkan boss. Saya lancang!" Aku harus pura-pura menyesali, demi upah tiga kali yang siapa tahu masih jadi rezekiku. Aamiin.
"Makan!" Yaelah..tinggal mengambil pun, aji mumpung banget, manja! Pura-pura tuli saja.
"Ambilkan makanku!" Kali ini Garrick meletak kasar piring kosongnya di meja dekat tempatku berdiri.
"Iya boss!" Akhirnya ku lakukan apa yang jadi keinginannya. Piring kosong itu terisi cukup nasi, banyak sayur kangkung dan dua potong telur dadar kocok. Ku sodorkan di meja dengan sendok di atasnya.
"Lepas ini, makanlah! Lepas ashar berangkat!" Aku diam sedikit menunduk. Garrick nampak makan dengan lahap. Piringnya telah kosong dalam sekejap. Ku ingat satu hal, segera ku ambil sebotol air mineral kemasan dalam kulkas, ku buka dan ku letak di mejanya.
"Kerjamu sedikit bagus!" Garrick melihatku sebentar setelah minum hampir setengah botol air dingin. Meski terkesan pelit, ku anggap itu pujian, pujian pertama yang ku dengar darinya.
"Setelah makan, kemaslah kamarku!" Garrick berdiri, berjalan masuk ke kamarnya.
"Iya boss!" Aku lebih mengeraskam suaraku, agar dia mendengarnya, dan aku bisa makan dengan tenang.
Garrick tengah bersiap dengan kemeja dan jas formalnya, saat aku masuk ke dalam kamarnya. Kasur yang berantakan ku rapikan selicin-licinnya. Baju bekas pakai yang berserakan di lantai ku punguti tanpa segan, ada juga underwear bekasnya.
Aku tak peduli dengan harga diriku yang terasa ternoda. Bukankah aku telah sering memegangnya juga saat setrika. Karena itulah aku terbiasa. Terbiasa sebagai kacung. Meski ini adalah pengalaman pertamaku.
"Letak itu di keranjang kotor dekat pintu!" Garrick melihatku tengah bingung memegangi baju bekasnya. Benar, ada keranjang baju di sana. Ku letak cepat ke keranjang, entah siapa yang akan mencucinya.
"Orang hotel akan melaundrynya!" Duh..Bossku! Sebenarnya Garrick punya sedikit kepekaan. Hanya garangnya saja kelewatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
😁😁😂
2023-03-16
1
Anonymous
syuka ceritanya....pov nya cm dr sisi elsi aja trs y...
2023-01-11
1
Bunda Nian
Ha hahahaha aku jadi membayangkan tingkah Garric yang menggeleng2 kan kepala dengan muka bantal nya.
2022-08-16
1