"Berikan kunci yang biasa!" Resepsionis segera memenuhi bahananya, dia nampak biasa mengerjakan. Tapi kunci yang diserahkan cuma satu. Maknanya, aku...?! Tidak..Tidak.. Mana bisa aku sebilik dengan lelaki, meski itu bossku sekalipun! Jika harus iya, lalu bagaimana?! Alamak!!!
"Tak perlu kau booking ofice boy, ada dia!" Bos garang menudingku, jadi yang biasa bersamanya itu, ofice boy.. Ngapain juga ada revisi, malahan aku yang jadi korbannya. Terancam tak ada bayaran lagi, huh! Tak boleh dibiarkan, aku tak ingin bikin kesilapan kali ini!
Seseorang berlari tergopoh ke arah kami. Dengan setelan jas terlihat necis, tapi nampak loyo setelah berdiri di depan kami.
"Tuan, kawasan Nongsa akan pemadaman listrik, lima menit lagi." Lelaki necis itu berkata dengan suara sedikit gentar.
"Ada masalah?! Bukankan hotel ada genset?!" Suara bos garang membahana di lobi. Ku lihat di sekeliling, sepi, tak ada tamu. Jika ada, ku pastikan mereka gagal check in di hotelnya. Sesiapa tak akan minat menginap, jika petinggi hotel garang begitu.
"It..ittu tuan, solar langka di seluruh Batam raya. Persediaan kita hab..habbis." Serasa ikut menahan nafas mendengar pria necis itu bicara. Tersendat seperti bengek. Kasihan lah.
"Bodoh!!! Kenapa tak ada cek?!" Geram rasa hatiku. Mudahnya dia bilang bodoh. Memang marahnya beralasan, tapi hargai sedikit harga diri bawahan. Dipanggil dulu kek, bawa dalam ruangan. Setelah itu sebebas dialah mau diapain. Setidaknya harus menjaga air muka bawahan.
Lelaki necis itu hanya menunduk dengan setengah sisa harga dirinya. Beberapa kacung hotel di lobi perlahan menyingkir, takut bila ikut terciprat marahnya.
"Berapa lama pemadaman?!" Lelaki necis itu sejenak berfikir.
"Ss..sembilan jam, tuan..." Haish.. lama juga!Ku lirik ekspresi bos garang. Rahang kokoh itu mengeras, matanya menyipit. Begitulah kira-kira ekspresinya sekarang, sebab aku di belakangnya doang. Hhe.he..he..Apa lah yang akan dibantingnya.. Aku yakin, jika ini sedang di ruang makan rumahnya, pasti lusinan gelas telah dilempar ambyar berserakan.
"Cari solar sampai dapat! Cari juga bantuan dari rekan hotel lainnya, mereka pasti punya cadangan. Kau ulang sekali lain kali, bersiaplah ku pecat tanpa upah!" Bab upah lagi ancamannya, dan itu menyeramkan. Tapi, bos garang smart juga, halah..namanya juga pimpinan, apalagi hotel ini miliknya. Jadi apapun dipikirkan, demi menghindari kerugian. Atau mungkin juga demi pelanggan.... Dua-duanya!
"Berapa lama lampu emergency kita akan bertahan?!" Bos garang menatap ke sekeliling ruangan, lampu-lampu emergency itu sedikit meredup. Pemadaman listrik telah dimulai!
"Sse..sepuluh jam, tuan. Keluaran paling super." Lelaki necis kembali gagap dengan gugup. Yaelah orang ini.. sepuluh jam kan lebih dari batas pemadaman. Dia harus dikasih diklat, bagaimana cara berbicara untuk beratahan serta melindungi diri sendiri. Gemes aku mendengar bicaranya.
"Ck..ck..ck...Bagaimana bisa kau lulus jadi kepala teknisi hotelku?! Apa kakekmu yang menginterviewmu?!" Kali ini aku sangat setuju dengan ucapan bos garang ganteng di depanku. Ku pandangi punggung lebarnya itu, lalu lehernya...kepalanya...rambutnya. Rambut itu lurus, hitam legam, dan teballl! Bos gantengku yang garang, ternyata smart juga!
Wusss... dia berbalik mendadak menghadapku. Melihatku sesaat, lalu berbalik lagi dan melangkah cepat meninggalkanku. Sempat ku lihat lelaki necis itu saat melewatinya, dia sedang memandangku dari ujung kaki hingga ujung kepalaku yang bertopi. Serta merta berubah ku syukuri kemarahan boss garangku padanya tadi. Sorot matanya padaku, terlihat benar-benar tidak sopan.
Ku seret koper bos dan ku bawa ranselku di punggung. Setengah berlari mengejar bos garang agar tak hilang dari pandangan. Ku gapai pintu yang telah bergerak menutup, sesaat setelah bos garang masuk ke dalamnya. Rupanya ini adalah tangga darurat, digunakan sebagai solusi tepat saat listrik tengah padam, seperti yang terjadi kali ini.
Bos garang sudah menaiki tangga, dan akan hilang lagi di kelokan menuju tangga berikutnya. Aku meniti tangga dengan langkah kaki lebih cepat. Namun bos garang belum juga terkejar olehku, bahkan semakin banyak anak tangga yang ditinggalkannya untukku.
Heran sekali, bos garang badannya besar, tapi langkahnya begitu ringan. Apakah dia punya ilmu melangkah di atas awan?! Hebat sekali, bisakah aku jadi muridnya? Hahaha..konyolnya, mana ada ilmu begitu di jaman milenial modern yang super canggih begini?
Kembali ku percepat lagi ayun kakiku. Lama-lama rasanya geram juga sama dia, ya iyalah jalannya super cepat. Lenggang kangkung bawa badan doang tanpa bawaan. Ingin ku lepas saja koper ini, biar terjun jatuh menggelundung. Tapi mana mungkin dia yang ambil, pasti aku juga disuruh ambil. Jadi aku lagi yang makin merugi.
Untung aku sudah terlatih. Pengalaman naik gunung sungguh berguna di kehidupanku. Seperti saat ini, sebenarnya beban koper ini ringan sekali, bahkan mungkin tidak ada sepuluh kilo. Apalagi tas ransel di punggungku, mungkin tidak sampai juga empat kilo. Jauh dari apa yang ku angkut saat mendaki. Tidak hanya selalu membawa tas carrierku yang size 55 liter itu. Tapi sering juga bertukar carrier 65 liter milik temanku, pendaki lelaki.
Aku bersemangat mengejarnya. Kini rasanya lebih ringan berlipat-lipat. Memang benar, sesuatu itu harus disertai dengan semangat dan tekad. Maka semuanya jadi mudah. Dan yakinlah!
Berapa kelok tangga dan berapa anak tangga yang telah ku lalui, tidak sempat menghitungnya. Tangga ini akan berakhir. Sempat jelas ku lihat, dia menghilang di balik pintu pucuk tangga, bukan pintu-pintu di ujung kelokan tangga di sebelah kanan kiri.
Sebuah pelataran sangat luas dan indah berada di balik pintu pucuk tangga. Rupanya tempat tujuan bos garang adalah rooftop hotel ini. Entah berada di lantai berapa aku tidak paham.Yang ku tahu, pendakian tangga ini cukup membuat nafasku terasa ngos-ngosan. Aku memang telah lama tidak lagi naik gunung. Meski godaan untuk mendaki selalu datang dari teman-temanku bergantian.
Bos garang telah berdiri di depan pintu sebuah kamar super besar di sisi tengah rooftop. Aku bergegas menyeret koper mendekatinya. Nafasku kembali normal saat sampai di depannya. Dengan tenang, ku balas tatapannya padaku cukup lama. Dia tidak saja menatap wajahku, tapi ke arah seragam di dadaku.
Ternyata seragamku terlihat basah sebab keringat. Aku tidak sadar keringatku sangat banyak, rasanya malu sekali. Kini aku lebih mengharap agar dia ilfeel saja memandangku. Dan merasa takut juling jika terlalu lama melihatku, seperti perlakuannya padaku tempo hari.
"Kau pasti bau sekali, mandilah! Tukar bajumu!" Dilemparkannya sebuah kunci padaku. Meski geram akan kata-katanya, tepat juga ku tangkap kunci itu. Dia bergeser pergi dan aku melangkah maju. Ku buka pintu itu dengan anak kunci di tanganku.
Ini bukanlah kamar, tapi sebuah rumah! Hah... leganyaaa..... Aku tidak sekamar dengannya, hatiku terasa sangat lapang. Jika hanya serumah saja itu tidak masalah! Ku cari langsung kamar mandi dengan hati sedikit bernyanyi. Ganjalan di hatiku berangsur pergi sama sekali. Ingin aku mandi sepuasku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Novelable uwwu
bos garang diganti namanya ajah thor,sp sih namanya,,belibet bacanya
2022-07-05
1
UTIEE
what's wrong?
2022-06-25
0
Cicih Sophiana
semangat thor💪💪💪🥰
2022-06-19
0