Kuterbangun selepas maghrib. Secepat angin berhembus kukejar maghrib yang hampir terlepas, semoga Allah menerima sholatku. Perutku terasa melilit yang hampir seharian tidak makan, padahal hari ini sedang tidak puasa. Pagi tadi terbirit-birit mengikuti sang calo yang akan mengantarku ke rumah megah ini. Nasi kotak yang diberi caloku lupa tak kusambar. Caloku menyuruhku buru-buru seakan takut ketinggalan kereta. Padahal jelas-jelas di pulau Batam tak ada rel kereta!
Baru kusadari jika kamarku sangat horor. Lampunya begitu temaram, bahkan lampu kamar mandi pun tak berfungsi sama sekali alias gelap gulita. Pantas saja kamar ini amat kotor dan tidak ada yang berani menempati. Kurasa hanya dirikulah yang terpaksa harus bernyali untuk tinggal.
Parah lagi, ada kolam kotor di depan kamarku. Saat gelap begini, kolam itu berkilat sebab pantulan sinar dari langit. Kamar dan kolam ini adalah paket seram yang sengaja dihadiahkan untukku.
Namun, aku tidak merasa takut dan tidak ingin terpengaruh. Kerjaku adalah keluar masuk hutan saat gelap melanda bumi di malam hari.
Biasanya aku paling merasa susah payah menahan lapar. Badanku akan berkeringat dingin plus gemetaran saat menahannya. Jika dibiarkan, bisa jadi aku terkapar. Sebelum itu terjadi, aku harus cepat mendapat mangsa apa saja.
Segera kupasang semua atributku. Hanya baby doll panjang ini yang membedakan penampilanku dengan pagi tadi saat apel. Jalanku sangat cepat menuju lorong yang terang. Kuyakini dari sanalah adanya sumber makanan.
Ini adalah motto kami saat naik gunung, di mana ada terang di situ ada jalan untuk makan. Sekilas mirip-miriplah dengan buku Ibu Kartini, habis gelap terbitlah terang. Bangga dong kami sebagai anak gunung!
Yak betul, lampu gemerlap ini berasal dari dapur. Kakiku gegas meluncur ke sana, hanya bayanh makananlah yang terus memenuhi kepalaku.
Dapur seterang ini bisa-bisanya tidak ada orang satu pun. Padahal, bau sedap ini begitu harum. Di mana penghuni dapur, tak ada manusianya mana bisa aku makan, pantang kucuri makanan.
Prang!!!
Bunyi gelas pecah sepertimana pagi tadi. Cepat kuayunkan kaki menuju ruang sebelah dapur. Ck..ck..ck.. Ternyata ruang makan ini begitu luasnya.
Kutoleh di sebelah kiriku, ada barisan serupa pagi tadi. Inikah apel malam?! Hmm,, kerajinan banget euy!
Eits,, mata tajam itu tengah mengirisku, boos besar yang telah memecahkan gelas mahalnya pagi tadi.
"Heh, kau!!!"
Kupelantingkan diriku masuk di barisan paling belakang. Ada tiga barisan yang entah barisan itu di susun berdasar apa, dan aku masuk dalam barisan kategori apa.. Pasrahlah, asal baris saja sudah kan??
"Heh, kau!!!"
Eits! Aku kembali dapat panggilan alam, panggilan si bos yang betul. Kaki ini maju mendekat seperti gayaku pagi tadi.
"Ratih!!!"
Itu nama wanita setengah baya yang tidak menyukaiku, dia juga dapat panggilan alam. Syukurin!
"Mana seragamnya?!!!"
Bos dengan tampang ganteng maksimal itu menatapku dengan ilfil. Aku puas dengan tatapannya, bermakna atribut yang ku pasang ini benar-benar berguna.
Telah kusadari, semua kacung guna seragam sama persis. Warna saja yang berbeda, ada pink, kuning dan biru. Patutlah ada tiga barisan, warna itulah pembedanya. Aku jadi kepo dengan makna tiga barisan warna itu. Nanti sajalah kuselidiki apa makananya yaa,, jika ingat euy..
"Maaf tuan, semua seragam habis stok."
Ratih menjawab dengan gemetaran. Hemmm, dengan kacung baru saja dia berani belagu! Dengan aku tuh, sombongnya minta ampun. Ini baru sama bos ya, belum sama malaikat penjaga kubur, bisa ingin hidup lagi dia kelak!
"Kau berani berbohong?! Seragam anak baru, yang terakhir kabur kemarin, mana?!!"
Suara bos yang sememangnya seksi berat itu menggelegar. Benar-benar menyaingi halilintar.
Halilintar dilawan,, kalah dong si boss! Jangan coba-coba melawan hukum alam ya!! Camkan itu boss!!!
"Turut dibawanya lari juga tuan"
Suara Ratih semakin gemetaran, sedikit kasihan kurasakan. Aduh, ngapain juga aku iba, tidak! Dia tak ada baik-baiknya pun padaku. Sorry saja lah ya!
"Lina!!"
Empunya nama Lina muncul, wanita berumur tiga puluh tahunan. Dari terawanganku, wanita ini baru melahirkan. Aroma terapi minyak telon, semerbak menghembus seluruh ruangan. Aku terlena, serasa ditimang-timang oleh ibuku. Serasa bermain dengan Kimbo, keponakan lelakiku yang cakep. Anak lelaki mbak Salsa, kakakku. Ah, sadar jika itu hanya khayalan yang tercipta karena aroma terapi minyak telon punya Lina. Merana sangat rasanya, tiba-tiba merasa rindu berat pada kota kelahiran!
"Buatkan seragamnya secepat mungkin!!!" boss tampan tetapi galak itu melengking memerintah.
Oh Gusti, bersuara pelan saja apa susahnya?!
Bos besar memandangku teramat sangat sekilas, takut matanya akan juling jika melihatku sebentar saja.
"Siap, warna apa tuan?"
Suara Lina pun tak kalah gemetaran dari Ratih.
"Apa saja, terserah!!!"
Suara bos ganteng itu terlalu sangat garang. Cocok banget pada mukanya yang tegang. Apa gunanya ganteng tapi tegang nggak ada lemes-lemesnya kan?!
Lina telah mengukur size tubuhku di semua bagian. Pengukuran langsung di hadapan bos ganteng meskipun aku tidak diliriknya sama sekali, cukup membuatku jadi kikuk. Tak ada kesempatan untuk memanipulasi size tubuhku barang satu senti meter pun.
Apel malam telah berakhir, apel yang cuma buat ngabsen nama-nama kacung doang. Meski bos kami juga sambil melakukan makan malam di antara kegiatan apel malam. Ah, orang berduit itu manja sekali!
"Heeh, kau!!!" Kembali gelagar suara berat mengudara dan menyambar.
Suara seksi berat itu benar-benar tak ingin ku dengar. Kulirikkan mata ini padanya. Sudah kuduga, lagi-lagi dirikulah yang dipanggilnya. Hah! Malas sangat rasanya jika tak ingat dialah yang akan membayar kekacunganku.
"Bersihkan!" lengkingnya.
Seperti pagi tadi, dengan gerak sapu jagad, kusambar tisu di depannya. Kubersihkan dengan gerak cepat kedua tanganku, sama persis dengan gerakanku pagi tadi.
Momok itu telah datang, lapar gemetaran datang melanda menyerangku. Keringat dingin mengucur deras, tubuhku sukses menggigil tak terkontrol. Aku mulai hilang kesadaran dan sepertinya akan pingsan. Kini aku sedang menderita kelaparan sebenar-benarnya.
Seseorang, tolonglah akuuuuuu .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Debbie Teguh
bahasanya keren, artistik
2023-09-19
0
Ulil
nih nasi pecel satu bungkus atau bungkus nasi pecel 😜😜
2023-03-04
1
Azzalea Hermawan
ntar kamu yg lemesin si bos
2023-01-18
1