Celinguk ke sana dan celinguk ke sini. Ku cari-cari kamar mandi tidak juga ketemu. Yang ada, set dapur serta wastafelnya. Ruang makan mini. Ruang santai berisi set sofa dan telefisi. Nampak juga teras luar hotel yang luas, itu bukan balkon, tapi halaman di atas hotel.
Sebenarnya di manakah sumber air itu? Apa tersembunyi di sana, ada dua pintu ku temui dalam rumah. Mungkin keduanya adalah kamar..lalu kamar apa? Kamar rooftop..kamar hotel...atau kamar rumah...ah sudahlah.. terserah. Aku harus pilih salah satu.
Ceklek! Tidak dikunci. Tubuhku masuk sebagian, ku amati sebentar. Rasanya ini tidak cocok untukku. Kamar ini begitu besar. Dindingnya hijau tosca, sangat segar dipandang mata. Tempat tidurnya amat besar, muat lima orang!
Aku mundur keluar, ku tutup pintu rapat-rapat kembali. Ingin berkesan, seolah aku tidak pernah membukanya. Aku bergeser ke kamar sebelah, tepat ada di samping. Ku buka buru-buru pintunya. Barulah kamar ini yang terasa cocok ku gunakan. Cat dinding warna putih dengan ranjang sepertiga dari ranjang kamar sebelah. Kamar ini memang sengaja disediakan untukku! Menghibur diri sendiri boleh saja kan? He..he..he.. 🎵Samina..mina..e..e..waka..waka..e..e..🎵 Aku masuk kamar mandi dengan bernyanyi sebisaku. Lirik lagu piala dunia milik Shakira yang viral kala dulu, dan selalu latah ku dendangkan.
Habis mandi, rasa di badan segar sekali. Kepalaku, kini tidak bertopi. Bukan ku sengaja, tapi jatuh ke bak mandi tak sengaja. Topi basah kuyub, tak mungkin ku kenakan. Rambut panjang hitamku tergerai dan basah di punggungku. Poni semak panjang di dahi, menyingkir sendiri ke tepi saat basah. Ah biarlah, aku akan jadi diriku yang apa adanya. Tidak enak juga rasanya kena buli, karena penampakan muka yang kurang mencukupi selama ini.
Aku bertukar ke baju tidur panjangku. Rasanya nyaman sekali dengan badan sangat bersih. Aku berniat keluar kamar, siaga dengan perintah bos garang. Khawatir dia akan uring-uringan, jika lama dalam kamar.
Baru membuka pintu, bos garang telah diam di depan pintu kamar. Kaget! Suka sekali begitu, berdiri diam-diam sangar kayak gitu.
"Kau tidur? Ambil koperku di luar!" Dengan bengong akupun pergi ke luar. Tidak berkata-kata karena suaraku tercekat ditimpa rasa kaget.
Koper silver teronggok di luar, di posisi terakhirku berdiri tadi. Ini kecil, tidak berat, berkira tenaga sekali dia padaku! Aku mulai tidak ikhlas kembali. Segera ku seret malas ke dalam dengan rasa berat berlipat-lipat.
"Ini boss!" Pura-pura hormat dan patuh sebenarnya hal cukup berat, tapi jadi mudah ku lakukan.
"Bawa ke dalam!" Dia berkata begitu, tapi ngapain pergi ke kamar yang sudah ku anggap punyaku. Maksudnya apa?
"Kamar situ! Showernya rusak!" Dia berkata seolah menjawab tanya hatiku. Dengan santai saja masuk dalam kamarku. Duh, bossku!
Ku lanjut seret koper itu, masuk ke dalam kamarnya. Ku letak di atas kursi, ku buka menganga, agar dia mudah mengambilnya. Sudah beres, melaju keluar dari kamarnya, malas jika dia keburu masuk.
Sempat termenung setelah keluar, bos garang masih di dalam kamarku, mungkin belum selesai mandinya. Lalu, apa yang patut ku lakukan? Aku bersih-bersih saja.
Aku keluar rumah, mencari-cari barangkali ada peralatan bersih-bersih. Ada sebuah ruang di sana, ku lajukan kakiku. Jadi ini gudangnya, segala peralatan kebersihan ada di sini. Aku hanya mengambil sapu dan penadahnya. Juga ku sambar sekotak tisu kering untuk mengelap apa saja dalam rumah.
Aku masuk rumah saat bos garang baru keluar dari kamarku. Lama juga mandinya. Lelaki mandi lama-lama ngapain aja... Ah, ngapain juga diurus, biarin saja, ini kan rumahnya. Hak dia sepenuhnya.
"Elsi!" Bos garang memanggilku. Aku yang sedang menunduk dengan sapu, sigap menoleh padanya.
"Iya boss!" Aku meniru gaya bicaranya yang keras. Aku tak mau terlihat gentar di depannya. Hanya satu yang membuatku berdebar, aku lupa mencari tahu nama bosku!
"Isikan kertas formulir di meja itu!" Dia menunjuk sebuah kertas di atas meja sofa.
"Sebentar ya boss, saya menyapu dulu, tanggung!" Aku bergegas menyapu dengan cepat.
"Isikan sekarang, itu harus segera didaftarkan!" Bos garang memang anti dibantah.
Ku letak sapuku di belakang lemari pendingin, mencuci tanganku di wastafel hingga bersih. Bos garang yang tadi mengawasiku, terlihat bergerak menuju kamarnya.
Kertas yang berjumlah dua lembar itu, hanya selembar saja yang telah ku isi. Sedang sisa satu, hanya ku pegang-pegang, belum ku isi dengan huruf apapun. Ini adalah formulir pendaftaran asuransi untuk melakukan perjalanan berlayar. Sedang data yang harus ku isi bermula dengan kata Nama dan Umur, padahal aku mana tahu keduanya. Alasan apa yang cocok agar bisa meminjam dokumen data dirinya? KTP misalnya..
Ceklek! Bos garang keluar dengan aroma wanginya, langsung mendekat dan duduk di sofa sebelahku.
"Sudah?!" Diambil kertas formulirku di meja, dibacanya sebentar. Lalu memandangku.
"Mana punyaku?!" Diulurkan tangannya meminta kertas di tanganku. Bagaimana ini.. tapi aku tidak terbiasa berbohong.
"Belum saya isi boss..maaf.." Jujur ada rasa was-was, siap-siap mendapat marahnya.
"Belum.. Ada kendala?" Hah.. Bos garang bertanya biasa saja, tidak melengking seperti nada di setiap pertanyaannya.
"Maaf, saya belum tahu nama anda boss..".Akhirnya aku pasrah mengakui.
"Jadi, kau memang pantas tidak usah ku bayar?!" Ya Tuhan, kata-kata itu akhirnya keluar betulan darinya. Aku yang salah, menunduk saja tanpa bantah. Mungkin dia sedang melotot ilfeel ke arahku.
Tap! Sebuah buku passport terlempar kasar di atas pangkuanku. Aku paham, segera ku buka dan ku baca. Ku isikan pada fomulir dengan bungkam tanpa kata. Nama:Garrick Julian Jusuf/ Umur: 31 tahun
Jadi itu nama bos garang gantengku, umurnya sudah 31 tahun, tapi terlihat muda kerena tampang gantengnya. Terlebih dengan harta melimpah, menjadikan dia nampak muda. Hanya saat marah dan melengking saja dia akan terlihat tua.
Aku berkata-kata dalam hati, dengan tangan terus bergerak menuliskan isi biodatanya. Foto dalam paspornya terlihat cool, jauh beda saat dia marah. Ku tutup buku kecil itu, pertanda tugasku selesai.
Garrick, ya itu memang namanya, membuang pandangan dariku saat ku dongak wajahku padanya.
"Selesai boss!" Garrick mengambil passportnya tanpa melihatku.
"Simpan kertas itu, istirahat di kamarmu!" Garrick berdiri, tubuhnya menjulang melihatku.
"Buatkan dulu kopi pahit di gelas kecil!" Garrick menuju kamarnya.
"Boss! Kopinya nanti ku letak mana?!" Aku pun terbiasa berbicara keras.
"Antar ke kamar!" Garrick benar-benar lenyap di kamarnya. Bergegas ku bikin kopi seperti keinginannya. Siap sudah, ku ketuk pintu kamarnya, tak ada sahutan. Ku ulang lagi beberapa kali, sama hasil akhinya. Ku putuskan masuk saja
"Okee..Iya...Tunggulah di dermaga." Rupanya dia sedang asik bertelepon.
"Tidak...Aku sendiri.." Garrick menoleh padaku.
"Hanya dengan salah seorang pelayanku.." Hei bisa bicara pelan juga dia. Mungkin sedang ngobrol dengan pacarnya. Hahha..ha... rasanya lucu..sikapnya tidak pantas melow begitu!
"Iya..sampai jumpa.." Terdengar mesra, rasanya tetap lucu.
"Elsi, kau bisa cepat keluar?!" Eh, aku diusir. akupun hanya mengangguk keluar dengan menahan senyumku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Anonymous
emang ternyata blm ada nm bos yg kesebut sebelumnya y....
2023-01-11
1
Etik Etik
Thor...,.
2022-10-14
1
Siti aulia syifa Az_zahra
kok aku ngerasa Bos Garang ini suka sama Elshi dari cara dia bersikap🤔🤔🤔🤔🤔🤔
2022-08-15
1