Bos garang menatapku setajam samurai. Rasanya tiada semangat melanjutkan hari ini ataupun hari esok. Hidup segan matipun kagak.
"Bersiaplah bekerja free padaku, pembangkang!" Suara dahsyatnya menikam jantungku.
Terasa sangat direndahkan.Rasa hina yang ku tanggung, membuatku sangat ingin menangis. Tak ku bayangkan bekerja pada orang sepertinya. Banting tulang di tempat yang atasan tidak melindungi pekerjanya sedikitpun. Bahkan kini telah merampas hakku sebagai pekerjanya. Aku benci sekali dengannya!
"Cengeng! Ratih, apa tidak ada lagi selain dia?!" Mungkin dia sempat melihat kaca-kaca di mataku, sebelum ku usap dengan cepat. Tak sudi terlihat lemah di matanya.
Ratih menatapku, aku juga menatapnya.
"Elsi, kau keberatan?!" Sebenarnya ini kesempatan, tapi akibat jika ku tolak, mungkin lebih menyengsarakan.
"Tidak." Aku menggeleng cepat. Resiko besar jika mengangguk.
"Ratih! Suruh dia berkemas, aku berangkat siang ini!" Aku terbengong mendengarnya, begitupun Ratih.
Bos garang menjelingku tajam sebelum akhirnya berbalik. Tapi badannya memutar lagi sesaat.
"Mengemasi barangku, bukan barangnya!" Keterangannya berguna, ku pikir mengemas barangku. Aku pun menatap pada Ratih yang mengangguk padaku.
"Elsi, kau follow boss!" Ratih memerintahku. Aku mengangguk sambil melangkah cepat maju menyusul bos garang meninggalkan ruang makan.
Aku merasa telah jago jalan cepat, nyatanya bos garang hampir menghilang dari pandangan. Bergegas setengah berlari mengejarnya. Rupanya telah naik tangga melewati sebuah ruangan luas, mewah dan bersih.
Ku berlari bising menuju tangga dan naik cepat-cepat. Hilang lagi, namun sempat ku lihat kelebat tubuhnya masuk ke kamar di sebelah. Terdengar pintu ditutup pelan, fix dari situ. Bos garang memang mirip garangan, jelas dia ingin menghilang dariku. Jangan harap! Aku pasti dapat.
Tok! Tok! Tok! Tok!Tok!
Ku gedor keras pintu kamarnya, plin plan, tadi suruh berkemas. Jika aku menyerah dan turun ke bawah, Ratih pasti menyuruhku naik lagi. Bos garangan itu berkesempatan membullyku. Tidak akan terjadi seperti itu.
Ceklek! Pintu terbuka. Mata coklatnya heran memandangku. Ku balas dengan menaikkan alisku melotot padanya.
"Berkemas." Satu kata untuknya, tubuh besarnya bergeser dengan pintu di tangan, pintu terbuka lebih lebar.
Aku masuk dan diam menghadap penuh siaga. Bersiap menerima perintah dengan kata kunci 'berkemas' darinya.
Bos garang melewatiku, cemas akan menabrakku dengan badan besarnya, ternyata hanya mitosku belaka.
"Setrika!" Segunung baju yang semula rapi di almari, ditariknya satu-satu hingga menggunung tinggi berantakan.
"Boleh ku rapikan saja? Bukankah sudah disetrika?" Aku harus protes. Aku hapal baju-baju yang dipilihnya, akulah yang menyetrika. Masak ku lakukan dua kali? Lebay!
"Membangkang?!" Suara dingin menusuk itu mengingatkanku pada gaji zonk ancamannya. Takut dong!
Ku rengkuh gunungan baju di dekapan, segera ku bawa keluar dengan jalan perlahan. Aku tak mau tersandung lalu jatuh bergulingan. Aku ekstra jaga diri dengan hati-hati.
****
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
Kembali ku buat bising di lorong kamarnya. Tak juga dibuka atau setidaknya respon sebuah sahutan. Sunyi... Ku buka saja sendiri dan masuk ke dalam kamarnya.
"Lamban sekali kau!" Haish, baju di dekapan hampir saja ku lepaskan. Bos garang tanpa baju berdiri di depanku. Kulit langsat cerah tubuhnya telah menodai mataku. Meski mataku tidak suci lagi, susah payah ku kendalikan ekspresiku. Memang sering melihat lelaki tanpa baju saat di pantai. Tapi kan tidak terlalu dekat begini. Untung dia sudah pakai underwear, jika belum, tumpukan baju ini mungkin telah menumpuk di lantai.
Eh, mau apa dia? Bos garang berjalan mendekatiku. Tubuhnya sangat wangi, aku terhipnotis padanya.
Sreet.. Bos garang hanya mengambil baju paling atas di tanganku. Dengan santai memakainya di depanku. Bulu ketiaknya terlihat jelas olehku. Dia tidak mempedulikan mataku. Jadi, aku bebas melihatnya sesukaku.
"Kemaslah dalam koper!" Nada bicaranya tidak pernah terdengar rendah. Ngegass terus suaranya.Tapi aku sudah mulai terbiasa.
Setumpuk baju telah rapi berpindah tepat dalam koper. Ada setumpuk dalaman di kasur samping koper. Dia tidak meminta, tapi dengan cepat, semua underwear itu ku lipat sangat ringkas. Dan segera ku selip rapi dalam kopernya. Aku terhindar dari perintah menyetrika **********. Aku tersenyum. Tugasku mungkin sudah selesai.
"Apa kau yang selalu menyetrika bajuku?!" Pertanyaannya mengagetkanku. Aku mengangguk kecil pengganti jawabku. Bos garang diam memandangku.
"Kita berangkat!" Apa?! Bengang sangat ku rasa. Meski aku cuma kacung, tapi kan juga wanita. Harus berdandan rapi jika pergi, apalagi diangkut kapal pesiar...
"Tapi saya ingin mandi.." Aku bingung harus beralasan apa, agar bisa mampir sebentar dalam kamar hororku.
"Seperempat jam!" Lega rasanya, aku melesat keluar kamar. Ingin bersiap dengan cepat.
Nyatanya aku tidak mandi, masih belum ada tiga jam dari aku mandi pagi tadi. Bahkan wangi sabun mandi masih tercium wangi di tubuhku. Aku hanya cuci muka dan berbedak sangat tipis. Lipstik peach tersapu tipis merata di bibir merona indahku. Semangatku memang tiba-tiba naik beratus persen kali ini. Dengan buru-buru ku pilih beberapa stel baby doll panjang, dalaman serta mukena. Ku letak dalam tas ransel seperjuanganku. Ku tinggalkan kamar horor dengan hati agak berdebar-debar.
Bos garang telah duduk menunggu di kamarnya. Aku datang tepat waktu saat lima belas menit masih tersisa sekian detik.
Tanpa bicara, bos garang melangkah keluar menuju pintu. Koper baju ditinggal begitu saja di lantai kamarnya. Tanpa ragu ku sambar pegangan koper, dan kutarik keluar kamar mengikutinya.
Bos garang menunggu di luar, lalu mengunci pintu dengan kode angka setelah aku menyusulnya. Koper miliknya tidak berat, tapi sebagai lelaki baik, harusnya dibawanyalah sendiri.
Apakah ini serangkaian contoh layanan yang harus ku berikan? Orang kaya terkadang sedikit malas! Tapi bukankah aku di bayar untuk sikap mereka yang begitu? Kompensasi dari usaha mereka menghasilkan uang yang melimpah.
********
Mobil yang membawaku ikut bos garang, telah sampai di pelataran hotel megah. Aku yang duduk di depan, turun mengikuti sopir. Bos garang telah berdiri standby di depan pintu lobi. Ku akui gerakan bos garang gesit sekali.
"Pindahkan tanaman itu ke pojok dalam!" Bos garang memerintah seorang satpam yang nampak berdiri santai tidak tegap. Eits, hotel ini milik siapa..bos garang? Memang betul, security melakukan perintahnya dengan tergesa. Nampak sangat saltingnya.
Sopir telah berlalu bersama mobil. Tinggallah bos garang saja bersamaku. Dia berjalan masuk dan ku ikuti di belakang punggungnya.
Beberapa kacung hotel dan resepsionis berdiri membungkuk padanya. Secara tidak langsung mereka membungkuk juga padaku. Ahahaha... berkhayal jadi nyonya boss, sah-sah aja kan?! Tapi bukan nyonya boss garang, namun boss lain yang baik hati.
"Berikan kunci yang biasa!" Resepsionis segera memenuhi sabdanya, nampak sudah biasa. Tapi kunci yang dibawanya cuma satu. Maknanya, aku...?! Tidak..tidak.. mana bisa aku sebilik dengan lelaki, meski itu bossku sekalipu. Jika iya, lalu bagaimana?! Alamak!!!
#######
❤❤❤❤ Harap dukungannya!!!!!! Kasih otor like. komen. favorite dan vote yang banyak yaaaa!!!🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Azzalea Hermawan
elsi lucu
2023-01-18
1
Etik Etik
mbak Thor aku ngelike n favorit nih,,,,tak lanjutne ke bab selnjutnya
2022-10-14
1
Siti aulia syifa Az_zahra
ngakak mulu aku😂😂😂😂, dapet pahala nih Authornya bikin orang seneng, asal gk dikirain gila aja ketawa2 sendiri😁😁😁😁
2022-08-15
1