14

Mila mengerjapkan matanya saat sinar matahari pagi itu mengenai matanya. Ia bergegas melakukan aktivitas paginya dan melihat ponselnya. Wajahnya terlihat sedikit lesu.

Kenapa loe?

"Biasanya ada notifikasi Misi, tapi mulai sekarang udah nggak ada lagi jadi bingung mau ngapain."

Santai, nikmatin hidup loe.

"Nggak punya temen." Mila tetap keluar dari rumah.

Mendingan sekarang loe ke bank dan cek saldo loe. Via menyerahkan kartu berwarna gold.

Kini Mila sudah berada di salah satu bank ternama, ia masuk dan mengambil nomor antrian. Mila duduk menunggu dan memperhatikan keadaan sekitar. Semuanya orang asing, tidak ada satupun yang mengenalnya.

Mila menghibur dirinya dengan bermain ponsel hingga nomor antriannya disebutkan. Mila tak bergeming, ia terlalu asyik bermain ponsel. Seorang petugas wanita menghampiri Mila dan menepuk pundaknya pelan.

"Bu, tadi nomor antrian berapa?" tanya petugas wanita tersebut. Mila sedikit terkejut mendapat tepukan pada pundaknya.

"Eh, Saya dapet nomor antrian 124."

Perempuan itu menunjuk ke arah atas, sebuah layar menunjukkan angka 124. Mila segera berdiri dan menuju ke arah teller. Mila segera memberitahukan maksud dan tujuannya ke sana. Wanita dari balik meja itu memberitahukan jumlah saldo milik Mila.

"Baik Ibu, kartu gold ini milik Ibu Karmila Harmoni, betul?"

"Betul."

"Jumlah saldo didalamnya sebesar 1 miliar rupiah."

Mila menjatuhkan rahangnya, ia tidak menyangka jika dirinya akan menjadi sultan. Mila kemudian bangkit berdiri dan pulang, sebelumnya ia mengucapkan terimakasih pada teller wanita itu. Sesampainya di depan bangunan yang bertuliskan Bank itu, Mila memakai earbud nya dan mulai berbicara.

"Via, duit aku kok jadi banyak banget? bukannya kemaren cuma 500 juta?"

Bersyukur Ciripa, loe dikasih duit segepok kagak bersyukur gimana sih?!

"Masalahnya, orang-orang ngga ada yang tahu kalau aku dapet uang itu dari kerja nyelesaiin misi."

Itu urusan bos! udah gue bilang, loe nikmatin aja hidup loe sekarang.

"Nggak, aku harus balikin duit ini. Aku cuma butuh beberapa juta untuk membayar kuliahku."

Loe bego babget sih Ciripa! Loe udah pertaruhin nyawa loe untuk nyelesaiin misi, jadi ya itu hak loe dapat duren runtuh!

"Eh, duren? ngomong-ngomong dimana ya cari duren?"

Loe ikutan biro jodoh aja biar dapet duren!

"Loh, cari duren kok di biro jodoh?"

Emang bener ya, loe kalo cari Duda Keren alias Duren, boci aja dulu supaya mimpi dapet duren.

"Via! aku masih 18 tahun loh. masih nggak cinta-cintaan! Maksud aku tuh duren beneran."

Ohh, kalo itu mah di supermarket ada, di pasar juga ada, terserah loe mau pilih di mana.

"Ayo kita makan sampe puas hari ini." Mila berjalan dengan bersenandung riang.

Akhirnya hari ini dia dapat membeli dan makan apapun yang tidak bisa dibelinya dulu. Semua orang melihat Mila sendiri saja, nyatanya ada Via yang selalu menemaninya. Makanan pertama yang sangat ingin dia coba adalah Pizza.

Mila menatap tidak percaya jika dirinya dapat makan langsung di Pizza Wat. Pizza Chesseburger itu telah tersaji di atas meja. Aroma kejunya menguar, membuat perut Mila semakin keras memainkan musiknya.

Mila mengambil potongan pertama, keju mozarella itu meleleh memberikan sensai lengket. Dia membawanya masuk ke dalam mulut dan mengunyah pizza itu perlahan. Mila memejamkan mata, ia memberi waktu kepada indra pengecapnya untuk merasakan enaknya pizza itu.

"Akhirnya, aku nggak nyangka bisa makan pizza." Mila berbicara dengan mulut yang penuh pizza.

Miris banget hidup loe, pizza aja nggak pernah makan.

"Biarin! yang penting aku sekarang bisa makan pizza, daripada kamu cuma sistem mana bisa makan." Mila menjulurkan lidahnya, kemudian ia tertawa terbahak-bahak.

Awas loe Ciripa! Gue sumpahin loe sakit perut!

Mila tetap melahap pizza itu hingga tandas. Tidak berhenti di situ, ia menuju tempat lainnya yang menjual Ayam Ketaki. Ayam yang di tepungin lalu di ketak (di jitak).

Mila memesan bagian paha, ia memakannya dengan khidmat. Minuman bersoda menjadi teman makannya. Ia bersendawa keras saat makanannya tandas, beberapa orang melihatnya dengan tatapan jijik.

Mila hanya melebarkan senyumnya, dalam hatinya yang penting dia puas makan. Mila memutuskan untuk berjalan kaki di kota baru itu. Hari mulai sore, tetapi semakin banyak orang yang berjualan di pinggir jalanan itu.

"Eh es krim!"

"Bakso!"

"Nasi uduk!"

Ciripa! Sadar woi!! Loe mau makan sampe perutmu meletus?! Mila menyengir kuda.

'Masih segini aja dia udah kalap makan, apa kabar kalo gue ajak dia ngemall. Nggak kebayang gimana rakusnya dia.' Via berucap dalam hati.

Sepanjang jalannya, Mila membeli banyak makanan yang ia mau. Hingga matanya menangkap seseorang yang sedang berjualan durian. Seumur hidup, Mila hanya pernah memakan durian satu kali.

Itupun pemberian dari majikan sang Ayah. Hingga kini, Mila merasa durian adalah salah satu makanan istimewa. Harganya yang fantastis membuat Mila mengurungkan niatnya untuk membeli, dia memilih membeli obat untuk ibunya.

Saat ini Mila sedang makan durian dengan puas. Ia membeli 2 buah durian, 1 buah dia makan di tempat dan satunya lagi di bungkus untuknya saat tiba dirumah. Mila makan dengan lahap, seharian ini ia terlihat seperti orang yang tidak pernah makan.

Woi Ciripa! Kalo makan yang elegan dikit!

"Heg! Kenapa? Aku nggak peduli dengan pandangan orang terhadapku. Selama ini tidak ada yang menganggapku benar-benar ada."

Tapi ngga gini juga kali, gue eneg lihat loe makan kek Kebo!

"Kamu tega banget sih samain aku dengan kerbau."

Napsu makan loe kek Kebo!

"Gapapa deh, ini kan asupan buat si gunung kembar." Mila tertawa sambil menggoyangnya gunung kembarnya.

Via memberikan tatapan mata tajamnya ke arah Mila. "Cuma hari ini doang aku makan brutal." Mila mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

Sedangkan kedua alien tampan itu tampak menjatuhkan rahangnya melihat nafsu makan Mila. Deon merasa sedikit mual, sedangkan Elvan menggelengkan kepalanya perlahan.

"Wanitamu sungguh hebat, aku rasa dia memiliki sedikit black hole di perutnya," canda Elvan.

Deon meringis mendengar perkataan sahabatnya itu yang kemungkinan benar. Deon lebih tidak percaya lagi ketika dia mengetahui buah favorit Mila adalah durian yang merupakan salah satu makanan bumi yang ia benci.

Mereka berdua terus melemparkan candaan sambil berjalan menuju arah pulang. Mila yang sudah terbiasa berjalan kaki tidak merasa lelah, hingga dia tiba di depan rumahnya. Rumah Mila termasuk dalam kompleks perumahan elit, hanya saja rumahnya mininalis mengingat dirinya hanya tinggal sendirian.

Mila bergegas menyimpan buah favorit nya itu kedalam lemari es, kemudian ia membersihkan dirinya. Malam ini Mila tidur dengan sangat nyenyak, perutnya sedikit membuncit akibat makan brutalnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!