Twenty

Gladis menggenggam tangannya erat. Emosi sekali, "Kamu keterlaluan!"

Alvaro tersenyum miring dan melihat ke arah Gladis, "Kalau aku keterlaluan, kau apa? Jala*ng?"

Wanita itu segera pergi meninggalkan Alvaro dan Clara. Lihat saja dia akan kembali mendapatkan lelaki itu lagi. Alvaro harus menjadi miliknya.

Alvaro kembali melihat Clara, wanita masih membatu dengan pipinya yang memerah. Alvaro memutar bola matanya malas dan menggeleng, "Kembalilah ke rumah, dan lupakan saja ciuman itu."

Clara segera tersadar, "Heh! Kamu mengambil ciuman pertama ku! Seharusnya itu untuk suamiku nanti!" Clara tak terima sambil mengusap bibirnya. Astaga bibirnya sudah ternodai!

Alvaro menaikkan salah satu alisnya, "Ciuman pertama?" Sungguh kampungan pola pikirnya.

Clara mengangguk emosi. "Kamu keterlaluan! Belum lagi pada pacarmu itu, kata katamu sangat kasar!"

Alvaro mendengus malas dan menatap Clara datar, "Dia bersetubuh dengan lelaki lain di belakangku, terus ku sebut dia apa? Wanita baik."

Clara terdiam. Kemudian kembali berbicara, "M-mungkin kamu salah tanggap. Itu mungkin hanya gosip."

"Nyata di depan mataku."

Deg!

Dia tak mampu berkata apa-apa lagi. Dia tak sangka wanita itu sangat tak bermoral.

"Baiklah, tapi itu urusan kamu. Kenapa jadi aku yang kena? Kenapa jadi aku yang di cium? Aku tak terima!"

Ck, wanita ini sungguh rewel. Alvaro menarik tengkuk Clara dan mencium kembali Clara, "Aku kembalikan ciuman pertamamu yang berharga itu. Pergilah. Jangan membuatku menghukummu nanti."

Clara kembali terdiam. Dia di cium lagi? Apakah benar ciuman pertamanya kembali?

***

Clara sedang berjalan jalan di luar. Dia mencari pekerjaan lain yang pastinya akan membuat dirinya lebih berguna di bandingkan hanya diam di rumah Alvaro.

Clara tersenyum melihat toko kue yang menampilkan berbagai macam jenis kue dengan bentuk yang cantik. Clara masuk ke dalam toko kue itu dan terlihatlah lebih beraneka-ragam kue yang sangat indah di pandang.

Clara memesan pancake dan menunggu pesanannya di kursi pengunjung. Kemudian saat sampai pesanannya itu Clara memakannya dengan syahdu, enak sekali...

Clara jadi mendapatkan ide. Bagaimana jika dia jualan kue saja? Dia lumayan pandai juga kok buat kue, juga dia pandai merias kue, mungkin jika dia jualan online akan banyak pembelinya.

Sekarang yang perlu dia lakukan adalah memperbanyak ilmu tentang memasak kue.

Ya. Dia pasti bisa!

Setelah habis makan, Clara kembali jalan-jalan melihat baju, kata Alvaro dia harus terus terlihat cantik agar membuat Viandro menyesal meninggalkannya.

Saat Clara mencoba beberapa baju mata Clara tertegun melihat Viandro dengan seorang wanita tengah memilih-milih baju. Rasanya mata Clara sangat panas begitu pun hatinya terbakar api cemburu. Bisa-bisanya dia sudah memiliki kekasih lain padahal belum genap seminggu mereka putus. Dasar lelaki bajingan!

Clara mengalihkan pandangannya dan pergi dari tempat ini. Menyesal juga datang ke sini, moodnya jadi berantakan.

***

Pukul 9 malam, dan Alvaro masih belum pulang. Dia sepertinya masih di rawat di rumah sakit beberapa hari nanti, tapi Clara kasihan juga melihat Alvaro, sungguh tega wanita yang menyelingkuhinya. Padahal yang Clara tau Alvaro itu adalah lelaki yang setia terbukti dari dia yang memasang foto pacarannya di ruangan kerjanya. Hal kecil namun sebenarnya terlihat romantis bukan?

Tega sekali pacarnya itu.

"Ah, mungkin karena pacarnya itu Alvaro jadi sakit ya? Ck ck ck. Kasihan juga jadinya. Ternyata lelaki seperti Alvaro bisa juga lemah di buat wanita." Clara bermonolog sendiri mengutarakan pandangannya.

Clara mengangguk, "Eh sepertinya aku harus memberikan sesuatu pada Alvaro kalau dia sudah pulang nanti."

"Bagaimana buat kue juga! Hitung-hitung aku sekaligus belajar membuatnya."

Clara pun mencoba mengumpulkan beberapa bahan dan mengadonnya. Dia yakin makan ini pasti akan terasa enak.

Setelah mencampur beberapa bahan dan juga mulai memanggangnya dengan oven Clara pun mulai menghiasi kue itu dengan balutan coklat leleh dan juga hiasan cream putih di atasnya juga terdapat batangan coklat kecil dengan bentuk bunga kecil. Terlihat simpel tapi menawan.

Clara tersenyum melihat maha karyanya. "Oh iya, aku foto saja ya."

Clara mulai memfoto makanannya itu dan mempostingnya di media sosial baru miliknya khusus penjualan kue.

"Al kamu pasti akan suka sama kue ini. Ya iyalah, kue ini kan enak banget." Clara memuji dirinya sendiri melihat maha karyanya.

Clara coba memotong kue dan menyedoknya ke dalam mulutnya, "Em.. enak sekali."

Kemudian Clara teringat, "Rara kan punya anak. Aku kasih saja ke mereka pasti mereka suka!"

Clara menuju kamar Rara dan mengetuk pintu kamar wanita itu, "Rara... Pstt Rara." Bisik Clara takut membangunkan pelayan lainnya, itu akan menganggu mereka bukan?

Rara membuka pintu kamarnya dan Rara membuka pintu perlahan, "Clara?"

Clara mengangguk, "Ini kue untuk anak kamu juga kamu. Aku harap kalian suka, tadi udah aku cicipi. Enak kok."

Rara menutup mulut Clara lalu menarik Clara ke dalam kamar.

Rara menutup pintu kamarnya, "Cla, aku lupa mengatakan ini padamu. Sebenarnya keberadaan Ian tak di ketahui oleh Tuan Muda, Tuan Muda benci anak-anak. Aku membawanya diam-diam, aku tidak mungkin meninggalkan anakku sendiri. Ayahnya sudah meninggal begitupun aku hidup hanya sebatang kara, tak a akan ada yang merawatnya jadi aku membawanya ke sini. Hanya kamu yang mengetahui ini Clara, dan aku harap kamu bisa menjaga rahasia kita berdua," Rara mengatakannya sambil menahan tangisnya.

Clara meletakkan kue di meja dan memeluk Rara, "Aku takkan memberitahukan ke siapapun. Ini hanya rahasia kita. Dan jagalah anakmu itu." Kata Clara merasa iba, hidup Rara pasti sangat berat.

"Baiklah aku akan kembali. Makanlah kuenya ya."

Rara memeluk erat Clara, "Terimakasih banyak untuk semuanya. Kamu sangat baik Clara, aku harap kamu pun bisa hidup bahagia sebagai kamu selalu membahagiakan orang lain."

Clara mengangguk, "Amin. Aku pergi dulu."

"Baiklah. Terimakasih banyak."

"Sama-sama."

***

Hari ini Clara menjenguk Alvaro, lelaki itu masih tertidur saat Clara datang, "Kamu sangat kelelahan sepertinya. Ini aku bawakan buah segar dan bunga, oh ya ada jus juga... Buahnya jangan lupa di makan dan minum ya. Cepat sehat," kata Clara.

Mendengar suara membuat Alvaro terbangun, "Kau sedang apa di sini?"

Clara tersenyum, "Aku bawakan buah, jus dan juga bunga. Semoga Tuan suka."

Alvaro melihat ke arah barang yang di bawa Clara, ternyata wanita ini lumayan perduli padanya. Tentu saja dia kan majikannya.

Clara menuangkan jus guava ke dalam gelas Alvaro, "Coba minum. Ini akan menambah semangatmu."

Alvaro menyedot dengan sedotan dan kemudian menyemprotkannya ke wajah Clara, untung saja Clara menghindar, "Apa kau gila?! Kau mau membuatku diabetes huh?! Ini terlalu manis! Jangan pernah memberikan aku gula di dalam jus! Aku tak suka!"

"Ya bilang dong dari awal. Kan aku ngak tau. Malah di sembur!" Clara tak terima.

"Makanya jangan bego! Punya mulut ya di tanya!"

Ish. Lelaki ini tak tau berterima kasih!

Clara berjalan hendak meninggalkan Alvaro.

"Mau kemana?" Tanya Alvaro.

"Pulang," Jawab Clara kesal.

Alvaro menyerngitkan dahinya, "Siapa yang menyuruhmu pulang? Potongkan buah ini. Apa kau tak lihat tanganku di infus?"

Dih, udah minta tolong malah ngegas. Batin Clara dongkol.

"Cepat!"

Dengan terpaksa Clara memotong buah itu dan kemudian menyulangkannya ke dalam mulut Alvaro. Buah pilihan Clara memang terasa segar dan manis alami. Dia menyukainya, beda dari biasanya.

"Kau beli di mana buahnya?" Tanya Alvaro sambil mengunyah dan menelannya.

"Dia pasar buah. Tadi ada diskon," jawab Clara singkat Yaang seketika membuat Alvaro mual-mual.

"Lah kenapa?" Clara panik.

"Dasar bodoh. Ini pasti tak higenis. astaga, kenapa kau sangat tak berguna."

Clara menyerngitkan dahinya, Please deh, lebay banget.

"Maaf ya Tuan, ini buah sudah saya bersihkan sebelumnya. Dan semuanya sudah higenis, tak ada bedanya beli di supermarket dengan di pasar. Toh juga sama-sama buah." Kesal Clara.

"Ya beda lah. Awas saja kalau perutku sakit. Aku akan membunuhmu," ancam Alvaro.

Ya ngak akan lah. Buahnya kan ada kulit juga sih, kulitnya juga udah di buang. Batin Clara mengomel, tapi tetap saja dia tak berani mengatakannya, bisa-bisa dia kena hukuman lagi. Ck.

"Tidak Tuan. Saya sudah sering makan buah seperti itu, lihatlah saya baik-baik saja. Tak ada sakit sama sekali malahan saya sehat," Clara menjelaskan dengan sangat sabar.

"Itu kan kau bukan aku," Bentak Alvaro.

Ah terserah lah! Emosi juga jadinya!

"Ya udah nanti aku yang makan buahnya semua, lain kali aku ngak usah bawa apa-apa. Dan bahkan gak akan datang lagi juga."

"Lancang sekali kau. Kau harus terus datang dan merawat ku. Sampai aku sembuh!"

Oh lord, kenapa Tuanya ini sangat menyebalkan dan membuat emosi setiap saat.

Terpopuler

Comments

Author SUPERSTAR

Author SUPERSTAR

Revenge in Marriage is here

2022-06-07

0

FlapTzy(Kang Santuy)🏚

FlapTzy(Kang Santuy)🏚

up

2022-05-27

1

🦄♘♕꧁🄵🄴🄻🅈꧂♘♕🆄᭄ᶰᶦᵠ࿐

🦄♘♕꧁🄵🄴🄻🅈꧂♘♕🆄᭄ᶰᶦᵠ࿐

lanjut terus kak

2022-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!