Alvaro sudah pulang dari luar kota. Kini dia langsung pulang ke rumahnya dan akan melanjutkan segala aktivitas lagi setelah sampai nanti.
Sesampainya di rumah matanya di jamukan oleh pemandangan yang berbeda. Senyumannya terbit kala melihat seorang wanita yang dari dulu mewarnai kehidupannya, "Hai."
Wanita itu mengerucutkan bibirnya, "Kamu gak pernah kabarin aku. Aku rindu tau."
Kata-kata Gladis membuat Alvaro tersadar. Memang karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan juga rencana untuk membunuh Viandro dia sampai melupakan kekasihnya ini.
Gladis segera memeluk Alvaro melepas rindunya. Alvaro tersenyum kecil dan membalas pelukan wanitanya ini.
Gladis melingkarkan tangannya di leher Alvaro sedangkan lelaki ini mengeratkan pelukannya di pinggang Gladis. Alvaro mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir manis pacarnya itu dan Gladis menutup matanya bersiap menerima ciuman Alvaro.
Buk
Terdengar suara benda terjatuh dan berserakan membuat mereka menoleh ke sumber suara.
Wanita yang di sana itu terdiam sambil menganga dengan wajah bodohnya. Alvaro memutar bola matanya, kenapa dia selalu melakukan hal yang bodoh dan menganggu!
Clara bergerak kaku dan seperti salah tingkah. "A-Anu. Tadi saya cuma mau nganter paket doang. M-maaf," Clara berbalik badan sesegera mungkin. Ah sial, kenapa dia malah datang di saat yang tak tepat begini.
Clara memukul-mukul kepalanya dan berlari keluar. Padahal rencananya dia mau ngasih surprise gitu, gak terlalu bagus sih, cuma mau ngasih kue dan bunga doang. Tapi jadi begini. Haduh... Malah dia tak tau lagi kalau Alvaro sudah punya kekasih.
Waktu mau pergi juga Clara melupakan sesuatu, "Aduh. Kenapa barang tadi ngak aku bawa sih. Waduh... Bahaya kan kalau pacar Alvaro mikir yang enggak enggak."
Clara berjalan masuk lagi ke dalam dengan sedikit berlari.
Bruk
Keseimbangan Clara rasanya jadi hilang saat melihat mereka tengah berciuman panas. Kekakuan kembali terjadi saat mereka mengentikan ciuman mereka dan melihat Clara. Terutama Alvaro yang menatap Clara dengan tajam, 'Tamat riwayatku,' batin Clara.
"A-anu, b-barang-nya ketinggalan. M-maaf." Clara segera mengambilnya semua barang-barangnya dan berlari keluar rumah Alvaro.
Ah sial sekali. Ini sangat memalukan!
Alvaro mengumpat dalam hatinya. Lihat saja kau nanti, aku akan menghukummu! Batin Alvaro geram.
***
Sesampainya di rumah Clara segera mandi. Dia menyiram kepalanya dengan air karena terasa sangat panas mengingat kejadian tadi, Alvaro yang ciuman kenapa dia yang baper. Dasar idiot. Otak Clara malah traveling ke arah lain, tiba-tiba saja dia terbayang bagaimana jika dia yang ciuman... Tapi dengan Viandro. Arhhh... Apa dia gila?!
Clara menggeleng dan kembali menyiram kepalanya.
Setelah mandi Clara segera merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Dia mencoba langsung tidur saja, walaupun ini masih jam 7 malam dia paksakan untuk tidur. Dari pada malah mikir yang aneh aneh, lebih baik tidur bukan?
Clara mengangguk, "Positif thinking. Positif thinking!"
Clara menutup matanya dan mencoba menenangkan diri.
Drett
Hp wanita itu bergetar membuat sang empunya menoleh dan melihat siapa gerangan yang menelponnya.
Clara terkejut bukan main. Alvaro menelponnya.
Clara panik sekali, baru saja dia hampir melupakan kejadian tadi malah jadi teringat kembali.
Dengan tangan bergetar Clara menjawab telpon, "Iya ada apa Tuan?"
"Keluar. Aku di depan."
Deg!
Mata Clara terbelalak, "Mampus," gumam Clara terdengar oleh Alvaro.
Alvaro menggerutu, tentu saja wanita itu harus takut, dia sudah cari gara-gara tadi.
"Cepat!" Tekan Alvaro membuat Clara melonjak kaget.
"Siap Tuan!"
Clara segera bangkit berdiri dan keluar rumahnya menjumpai Alvaro. Alvaro sudah menatap Clara berapi-api.
Kaki Clara semakin lama semakin bertambah berat saat dia mulai dekat ke Alvaro.
Clara berhenti tepat 2 meteran dari hadapan Alvaro, dia takut jika terlalu dekat akan di toyor kepalanya oleh Alvaro. "I-iya. Maafkan aku yang tadi," kata Clara.
"Sini!" Suruh Alvaro dengan suara tinggi membuat Clara tersentak.
Clara menggeleng, "Gak bisa Tuan, kaki saya sedang sakit. Jadi gak bisa banyak gerak." Clara membuat alasan agar lelaki ini tidak menghukumnya.
"Masih bisa jalan kan? Atau perlu aku patahkan kakimu hm?" Alvaro jadi semakin terlihat horor.
Clara menggeleng, ""G-gak Tuan. Saya akan mendekat."
Clara pun berjalan satu langkah kecil, "Sudah kan Tuan?"
Alvaro menatap tajam Clara, apa wanita ini mempermainkannya? "Sekali aku bergerak kau akan ku jadikan makanan hiu." Ancam Alvaro.
Clara menggeleng cepat dan dengan segera pergi lebih dekat dengan Alvaro.
Alvaro membungkukkan badannya menatap wanita ini dekat. "Kau tau bukan kalau aku membenci dirimu ini huh?"
Clara mengangguk pelan.
"Dan kenapa kau malah mencari-cari cara lagi untuk aku semakin membencimu?" Nada lelaki itu sangat mengintimidasi.
Clara menunduk, "Sudah ku katakan. Aku tak sengaja datang."
Alvaro menarik Clara dan membuat wanita itu kesakitan, "Aw sakit. Pelan pelan Al."
Alvaro semakin marah, "Siapa yang suruh kau banyak tingkah?"
Alvaro tak perduli rengekkan Clara dan segera memasukkan Clara ke dalam mobilnya. Alvaro pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat Clara menutup matanya. Dia takut sekali dengan kecepatan mobil Alvaro, seram sekali kencangnya.
"Al aku takut mati!" Jerit Clara tak perduli lagi.
Alvaro tersenyum miring. Dia senang melihat wanita ini menderitanya, tentu saja, wanita ini harus di ajari untuk sopan santunnya.
Alvaro menambah kekencangannya, mati kau!
Clara menutup matanya dan menjerit, "Tolong!!!"
Alvaro tertawa iblis, senang sekali rasanya.
Dan setelah sampai di rumahnya dia keluar mobilnya dan menarik Clara yang masih syok ketakutan.
"Ini mau ke mana?" Tanya Clara masih ketakutan.
Tanpa menjawab Alvaro menyudutkan Clara dengan menatap wajah Clara dingin menusuk, "Kau. Jadi. Babuku. Mulai. Hari. Ini." Tekan Alvaro membuat Clara spontan terbelalak.
"Gak bisa begitu."
"Aku tak menerima bantahan! Diam dan kerjakan apa yang ku mau."
Alvaro kembali menegakkan badannya dan meninggalkan Clara, "Bersihkan seluruh rumah ini dan juga halaman. 2 jam. Dan setelah itu kau langsung masak. Kerjakan sekarang juga!"
"Tapi-"
"Push up 100 kali."
"Al-"
"200 kali!"
Aish. Semakin Clara membantah semakin bertambah berat hukuman lelaki brengsek ini.
Aaa...
Dia bisa gila kalau begini.
"Ini negara hukum. Kamu tidak bisa seenaknya padaku."
Langkah kaki Alvaro terhenti. Lelaki itu menoleh ke belakang tanpa melihat Clara, "Aku bisa melakukan apapun. Termasuk membalikkan hukum. Paham."
Deg!
Lelaki itu selalu mengancam dengan kekuasaannya. Ish!
"Kerjakan semuanya!"
Clara terdiam dan sambil mendengus kesal. Apakah nasibnya selalu menjadi bawahan? Selalu saja begini.
Sangat tak adil!
Buk
Sebuah bola kecil menghantam kepala Clara, "Cepat! Masih melamun juga huh? Mau aku tambahkan hukuman."
Clara menggeleng, "T-tidak. Baiklah akan ku kerjakan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Sang_Perindu
Semangt kak
2022-05-15
0