Two

Viandro menatap geram Alvaro, sungguh memuakkan sekali bersama kembaran brengsek satu ini.

Ada satu hal terbesit dalam benaknya. Seperti suatu hal yang kemungkinan anak terjadi, sepertinya Alvaro akan mendapatkan bagian yang lebih besar darinya.

Itu mungkin akan terjadi. Tapi kemudian Viandro mengalihkan pikirannya, tidak, jika itu terjadi Viandro tak akan tinggal diam. Bagaimana pun Viandro juga ingin pembagian harta yang sama rata.

Mereka berdua masuk ke dalam ruangan meeting sang Ayah tanpa ada pembicaraan sama sekali.

"Wah.. Kalian sudah datang," salam Devano melihat kedua anaknya datang bersama. "Silahkan duduk."

Sebelum di mulai, Devano melipat kedua tangannya dan menatap Alvaro dan Viandro yang ada di hadapannya bergantian.

Devano memberikan map berisikan surat pengalihan kekuasaan dan kekayaan yang ada padanya.

"Alvaro," panggil Devano sambil menatap anaknya itu yang kini menatapnya serius.

"Ayah ingin kamu memegang 2/3 bagian dari perusahaan dan kamu Viandro memegang 1/3 lainnya."

Alvaro tersenyum miring sedangkan Viandro membolangkan matanya tak terima, "Ayah Vian tidak terima. Seharusnya ini di bagi rata dan adil yah!" Kata Viandro dengan menggebu-gebu.

Devano menutup matanya sambil menghela nafas, "Viandro, ini sudah kesepakatan bersama antar perusahaan yang kita pegang. Demi kemajuan perusahaan akan lebih baik jika Alvaro yang memegang lebih dari perusahaan yang ada."

Alvaro tersenyum miring dan menepuk pundak Viandro, "Bahkan perusahaan yang sedang kau pegang pun tak dapat di lihat perkembangannya dengan signifikan adikku. Jangan merasa mampu jika kau tak memiliki kemampuan. Kau akan menjadi penghambat." Simpul Alvaro dengan sombongnya.

Viandro menatap tajam Alvaro dan kemudian beralih ke Devano, "Jangan merendahkan ku Ayah. Aku bisa menangani semuanya! Aku akan buktikan! Jadi berikan aku tanggung jawab yang lebih besar atas perusahaan milikmu!" Desak Viandro. Dia bersikukuh bisa menang di bandingkan Alvaro tanpa menyadari ketidak mampuannya.

Alvaro terkekeh geli melihat Viandro yang segera di tatap sinis oleh Viandro, "Baiklah, begini saja buat perjanjiannya. Buat ayah terkesan dari 1/3 perusahaanmu itu dalam waktu setahun ini, maka seluruh perusahaan yang ayah punya akan menjadi milikmu." Alvaro menantang. "Tapi jika kau gagal bahkan 1/3 perusahaan yang seharusnya menjadi milikmu itu pun akan menjadi milikku, bagaimana?" Alvaro menaikkan salah satu alisnya menunggu jawaban bodoh dari mulut Viandro.

"Cukup Al, jangan membuat adikmu-"

"Aku setuju! Aku akan mengambil tantanganmu itu!" Viandro mengambil berkas pembagian harta sementara dan pergi meninggalkan Devano dan Alvaro.

Devano memijat pucuk hidungnya, pusing memikirkan anaknya itu, dia mudah sekali terpancing oleh Alvaro yang suka mencari kesempatan dalam kesempitan.

Alvaro tersenyum puas, lelaki itu akan kalah dalam tentang ini, kemampuan bodohnya itu sama sekali tak akan membantu apapun. Itu sangat mustahil di lakukan Viandro. Lelaki itu bahkan tak memiliki kemampuan yang cukup hebat untuk melakukan semuanya dengan matang.

Devano tau watak Viandro, anaknya yang satu itu sangat rakus ingin memiliki semuanya tanpa memperdulikan tanggung jawab dan juga efek kedepannya.

"Alvaro, ayah harap kau tak menganggap serius apa yang-"

"Tentu saja itu hal serius Yah. Dia sudah besar dan tau apa pilihan dari tindakannya. Jika dia gagal itu resikonya," potong Alvaro tak perduli. Tentu saja dia tak perduli, karena pasti itu akan menjadi keuntungannya.

Alvaro bangkit berdiri dan menundukkan kepalanya singkat, "Alvaro berangkat ayah. Terimakasih buat hari ini."

Sang ayah hanya menghembuskan nafasnya berat dan kemudian mengangguk, "Hati hati."

Alvaro mengangguk, "Baik yah."

Alvaro pun pergi dengan santai.

Baru saja dia sampai di lantai bawah Alvaro di tabrak oleh seorang wanita. Wanita itu mendongak dan senyumannya segera terbit kala melihat Alvaro, "Selamat sore Tuan." Kata wanita itu. Wanita itu segera merapikan rambut dan pakaiannya dan mengulurkan tangannya, perkenalkan nama saya Riana."

Alvaro menatap dingin Riana. Pasalnya dia membenci wanita, dan bahkan menjadi sangat alergi terhadap lawan jenis. Alvaro memiliki dendam pada wanita karena pernah mengalami pengalaman terburuk saat memiliki pasangan.

Sebenarnya dia tidak membenci kekasihnya itu, tapi dia membenci kenyataan pahit yang dia terima saat dia mengenal cinta.

Gladis, wanita yang dia cintai mati tragis karena kecelakaan pesawat saat terbang ke Hongkong. Alvaro memang dari awal tak menginginkan Gladis pergi jauh darinya saat itu, dia merasa melanjutkan pendidikan di Hongkong sebagai penerima beasiswa di sana. Namun wanita itu terus meyakinkan Alvaro bahwa dia akan baik baik saja dan tetap akan menempuh pendidikan di sana.

Dengan berat hati Alvaro melepaskan Gladis untuk pergi mengapai cita citanya itu. Tapi suatu kejadian naas terjadi setelahnya, terjadi kesalahan dalam sistem penerbangan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang tak terelakkan.

Gladis meninggalkan Alvaro untuk selamanya. Semenjak itu Alvaro membenci apapun yang bersangkutan dengan cinta. Bahkan melihat wanita saja dia merasa malas dan ingin menjauh.

Alvaro tak menjawab dan hendak pergi.

Tep

Tangan lelaki itu kembali di tahan oleh Riana, "Maaf Tuan. Tuan belum menjawab salam saya." Riana sedikit kesal karena di acuhkan.

Alvaro menepis tangan Riana dan menatapnya lekat mengintimidasi, "Bukan urusanku. Dan jangan menggangguku."

Deg!

Tatapan elang itu sangat menakutkan hingga membuat Riana terdiam dan mematung.

Alvaro kembali melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Riana sendiri.

Riana mendengus dan mencengkram roknya merasa emosi karena baru kali ini dia di tolak dengan cara tidak hormat seperti ini.

Riana kembali teringat apa yang di katakan Viandro mengenai Alvaro, lelaki itu tak dapat tersentuh. Namun kemudian Riana tersenyum miring dan berkacak pinggang, "Oh ya, kau menolakku Al? Ha ha. Aku akan membuat mu menyesal karena menolakku."

Riana kembali masuk ke dalam perusahaan ini. Wanita ini memang sudah lama bekerja di sini, oleh sebab itu dia dapat mengenal keluarga Devano dengan sangat baik. Walaupun seperti itu Riana tak kunjung mendapatkan kemenangan untuk merebut hati anak Devano itu.

Padahal sudah melakukan segala cara.

Namun itu akan menjadi sebuah sejarah. Dia sangat yakin dapat menguasai anak pemilik perusahaan ini dengan tangannya dan akan mendapatkan kekayaan dari keluarga konglomerat ini. Masa depannya pasti akan bersinar.

***

Alvaro menengadah ke langit-langit kamarnya sambil memegang tengkuknya yang kaku sehabis berkutat dengan laptop seharian. Semakin hari semakin dia rasakan tubuhnya semakin tak dapat di ajak bekerja sama.

"Seperti sudah jompo saja," gumam Alvaro memaki dirinya sendiri.

Alvaro bangkit berdiri dan mengambil air putih di atas nakas yang berada di sebelah cermin besar. Mata elang lelaki itu menangkap sosok yang tengah membidiknya dari jarak jauh.

Dor!

Alvaro mengelak dari timah panas itu. Dan segera berguling ke bawah meja kerjanya.

Lelaki yang menembak itu berdecak geram. Bagaimana Alvaro dapat mengetahui keberadaannya di malam gelap ini? Dia harus melakukan rencana lainnya.

Terpopuler

Comments

👑Ria_rr🍁

👑Ria_rr🍁

harta emang membawa Mala petaka

2023-01-18

1

tiya

tiya

Harta adalah penyebab malapetaka dan hancurnya keluarga

2022-12-28

0

Axella

Axella

aku mampir kak

2022-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!