Viandro terdiam. Cantik sekali...
Clara melambaikan tangan di hadapan Viandro, "Kamu baik-baik saja?"
Viandro menggeleng, "Em, maaf. Apakah Clara ada di dalam?" Tanya Viandro konyol membuat Clara spontan menahan tawanya.
"Ini aku Clara," kata wanita itu membuat Viandro terkejut,
"Oh ya? M-maaf. Kamu terlihat beda," kata Viandro masih dengan senyuman tanpa memudar.
Clara memegang wajahnya, apakah dirinya terlihat aneh? "Sungguh? Aneh ya? Aduh.."
Viandro terkekeh dan mengusap rambut dan wajah Clara, "Cantik, aku suka."
Clara segera merona mendengar pujian Viandro. Pasalnya baru kali ini dia mendapatkan pujian itu.
"Oh ya, tadi kamu ke sini ada apa Vi?" Tanya Clara penasaran.
Clara sebenarnya ingin memanggil Viandro dengan sebutan Tuan, tapi Viandro sendiri yang mengatakan padanya untuk jangan memanggilnya dengan sebutan Tuan, itu terdengar sangat tua.
"Oh, tadi aku mau nanya mengenai berkas yang kamu berikan kemarin padaku, tapi kamu gak datang hari ini karena sakit," jelas Viandro.
Clara mengangguk, "Baiklah aku akan mengambil berkas lainnya. Kemarin memang kurang lengkap sepertinya, makanya ada yang ku tambahin." Clara hendak berbalik namun di tahan Viandro.
Well, ada yang lebih penting dari berkas sekarang.
Viandro menarik pinggang Clara hingga mereka berdua saling menyatu satu sama lain,
Tak Viandro sangka Clara bisa sangat menggoda seperti ini dalam satu malam, bahkan Viandro ingin sekali menerkamnya sekarang.
"Apa aku boleh masuk?" Tanya Viandro dengan senyuman kecil.
Pipi Clara sangat panas terutama saat lelaki itu berbisik padanya. Kenapa jadi seintens ini?
Clara mendorong Viandro, "Tidak baik kalau seorang lelaki masuk ke rumah wanita di malam hari. Lebih baik kamu tunggu di depan saja, duduk di sana sebentar." Ucap Clara sopan sambil menunjuk kursi tunggu yang ada di depan rumahnya.
Viandro tersenyum, "Baiklah. Aku tunggu."
Clara segera masuk ke dalam dan mengambil berkas itu. Sedangkan Viandro masih bergelayut pada bayangan wajah Clara, "Aku harus mendapatkanmu," batin lelaki itu.
Clara pun keluar dan memberikan Viandro berkasnya. Viandro bangkit berdiri dan tersenyum, "Makasih."
Clara menganguk, "Sama sama."
Melihat kondisi yang terjadi sepertinya Clara masih belum bisa segera di ajak untuk melakukan hal lebih sekarang juga. Dia butuh waktu untuk dapat menerima Viandro dan akhirnya akan segera memberikan seluruh dirinya pada Viandro. Pikir Viandro.
'Mungkin tidak malam ini,' batin Viandro. Baiklah hari ini lebih baik dia pulang saja.
"Bye Cla..."
"Bye Vi..."
***
Dalam pesta perjamuan makan malam keluarga di undanglah beberapa keluarga dan kerabat terdekat Dirgantara. Mereka semua adalah kalangan orang sukses dengan kekayaan yang melintir, terutama Alvaro yang terkenal sebagai seorang yang paling berpengaruh di usia mudanya.
"Bagaimana keadaanmu Alvaro?" Tanya seorang wanita yang berusia lebih dari setengah abad itu.
Wanita itu bernama Rayahana, seorang tante Alvaro yang bertempat tinggal di Los angeles. Wanita ini bersama suaminya Morgan yang berdarah Francis-Amerika, mereka pasangan yang bahagia.
"Baik Tante," jelas Alvaro dengan senyuman tipis khas-nya.
Viandro mengamati-ngamati Alvaro dan siapa-siapa saja yang berinteraksi dengannya. Viandro sangat benci ketika orang-orang berpengaruh itu malah menegur Alvaro dan bukan dirinya, kenapa harus Alvaro? Dia juga hebat bukan? Cih!
"Bagaimana keadaan Tante?" Tanya Alvaro balik.
"Oh baik sayang. Dan, tante dengar perusahaan kami sedang dalam tahap pengerjaan proyek baru ya. Semoga semuanya sukses seperti biasanya kamu lakukan," wanita itu menepuk-nepuk pundak Alvaro. Dia bangga pada keponakannya ini.
Alvaro tersenyum tipis, "Terimakasih."
Sepasang insan itu pun pergi meninggalkan Alvaro dan kembali menjumpai tamu lain di pesta ini.
Viandro menatap Alvaro dengan tatapan tak suka, bagaimana bisa hanya Alvaro yang di tegur? Apakah tantenya itu buta?
Dia begitu geram, semakin lama Alvaro semakin menjadi. Ini tak bisa di biarkan, Viandro harus segera melancarkan aksinya lebih cepat.
***
Pagi ini mood Viandro terasa sangat buruk, pikiran kejadian kemarin terus saja terbayang di benaknya. Selain dari pada tak di anggap dia juga semakin tersingkir kala sang ayah yang selalu saja berbicara mengenai Alvaro kepada semua tamu undangan.
Sedangkan dia, dia hanya seperti pajangan berkarat saja.
Viandro mendengus geram dan membanting pulpennya. "Br*engsek!"
Tak lama berselang Clara masuk ke dalam ruangan dengan mengetuk terlebih dahulu pintu. Viandro mendongakkan kepalanya yang tadinya merunduk, melihat Clara yang terlihat lebih menarik membuat Viandro melupakan sejenak pikiran buruknya. Namun tetap saja raut wajah Viandro menandakan dia sedang tak baik baik saja.
Clara memberikan dokumen yang di kerjakannya, "Selamat pagi pak. Berikut dokumennya."
Viandro mengangguk, "Terimakasih."
Viandro kembali menatap Clara dengan lembut, "Tapi aku harap kamu jangan pernah lagi panggil aku bapak, panggil Viandro saja, kita sedang berdua."
Clara tersenyum kikuk dan mengangguk, "Baiklah."
Viandro Tersenyum tipis dan menggeser kursinya ke kanan, "Kamu ambillah kursimu. Duduk di sebelahku, aku ingin mengobrol denganmu.
Clara mengangguk dan mengambil kursi dan duduk di sebelahnya, "Ada apa Vi?"
Ntahlah, setiap kali melihat Clara rasanya dia ingin menuangkan semua keluh kesahnya. Setiap kali dia bercerita dengan Clara hatinya terasa lebih ringan dan lebih tenang.
"Cla, aku rasa aku semakin lama semakin banyak pikiran, dan setelahnya aku semakin membenci semua orang. Mereka terlihat menyebalkan," kata Viandro dengan wajah murung.
Clara mengangguk, "Vi, aku tau kamu pasti sedang tertekan belakangan ini. Wajah kami terlihat berbeda. Tapi aku yakin kamu pasti bisa. Apapun hasilnya."
Viandro menatap mata Clara. Terhadap keteduhan di sana, Viandro tersenyum dan mendekatkan dirinya pada Clara. Lelaki itu memeluk Clara spontan membuat Clara terbelalak.
Viandro merasakan kehangatan tubuh Clara semakin merasa teduh. Dia merasa perhatian Clara begitu menyejukkan hatinya, dia sangat perhatian.
Viandro tersenyum tipis, "Kamu tau, aku sangat senang kamu di sini."
Clara hanya dia mendengarkan. Jantungnya berdegup kencang sekali seperti mau copot rasanya. Bahkan debaran jantung Clara terasa begitu kentara di dada Viandro.
Viandro menahan tertawanya gemas, "Cla, kamu mau ya jadi pacar aku?"
Deg!
Mata Clara terbelalak dan fixs jantungnya akan copot sekarang juga.
Karena tak kunjung mendapatkan balasan dari Clara Viandro melepaskan pelukannya dan menatap wajah Clara intens, "Jadi pacar aku ya?"
Wajah Clara mengalihkan pandangannya, bagaimana ini? Dia semakin tak karuan.
Viandro mengenggam tangan Clara, "Aku akan buat kamu bahagia."
Perlahan Clara menatap mata Viandro, dengan wajah yang memerah malu Clara mengangguk.
Seketika itu juga bibir Viandro melengkung ke atas karena jawaban Clara, "Serius?"
Clara mengangguk dan menutup wajahnya, "Iya."
Viandro terkekeh kecil dan segera menarik Clara dalam pelukannya, "Aku sayang kamu... Love you."
Oh astaga. Clara sangat senang sekali!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
El_Tien
panjangnya bab
2022-11-05
0
El_Tien
ah aku malah mikir kalo ketukar Clara... ati ati
2022-05-14
0
G 💚
ayooo
2022-05-09
0