Malam ini terasa begitu tenang. Alvaro tersenyum miring mengingat sesuatu, Gladis.
Wanita itu masih hidup di jaman ini bukan? Wanita yang selalu dia cintai dan dia di beri kesempatan kedua untuk kembali bersama Gladis.
Alvaro mengambil Hpnya dan hendak menelpon kekasihnya itu. Namun tiba-tiba ada nomor asing yang menelponnya sebelum saat dia menelpon Gladis.
Alvaro mengangkat teleponnya, "Siapa?" Tanya Alvaro dengan nada tak suka.
"Selamat malam Alvaro. Ini aku Clara, tadi siang kamu suruh aku telpon jam 9 bukan? Ada yang ingin kamu sampaikan?" Jelas Clara seraya bertanya pada Alvaro.
Alvaro mendengus. Kenapa juga tadi siang dirinya menyuruh Clara menelponnya, menyesal juga jadinya.
"Nanti saja telponnya. Aku ada urusan lain, " Alvaro memutuskan telepon Clara dan kembali mencoba menelpon Gladis.
Kembali Clara menelponnya tapi segera di matikan Alvaro. Lagi lagi Clara menelponnya dan di matikan lagi oleh Alvaro. Dan kemudian di telepon lagi oleh Clara membuat lelaki itu mengeraskan rahangnya emosi, Alvaro pun mengangkat teleponnya, "Apa?!"
"Hehe, save nomor aku ya Al," Clara cengengesan.
Astaga, wanita ini sangat menyebalkan!
Alvaro mematikan Hpnya. Seketika moodnya yang tadinya baik jadi rusak karena Clara.
Sedangkan Clara yang berada seberang sana tersenyum kecil, dia senang. Akhirnya dapat mengetahui seseorang yang sangat dekat dengan Viandro, lelaki yang sudah mencuri hatinya itu. Dia ingin lebih dekat dengan Viandro dan ingin menjadi wanita yang dapat menjadi pengisi hari Viandro.
Clara merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, walaupun Alvaro terlihat galak tapi Clara yakin dalam hati Alvaro menyimpan sesuatu yang lembut dan kebaikan, oleh sebab itu Clara tak terlalu mempermasalahkan itu.
Hari ini serasa mimpi, dia sangat senang.
***
Clara terbangun dan melihat ke arah jam dan sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Sial, dia bisa terlambat!
Clara melonjak dari tempat pembaringannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi dan semuanya di rasa sudah selesai Clara berangkat ke kantor dengan menggunakan motornya.
Clara masuk ke dalam ruangan Viandro untuk memberikan berkas yang kemarin belum sempat dia berikan lantaran Viandro sudah pulang deluan.
Clara mengetuk pintu,
Tok
Tok
Tok
"Permisi pak, izin sebelumnya. Saya sudah membawa berkas untuk pertemuan hari ini dengan klien pak," ucap wanita itu sopan.
"Masuklah," jawab Viandro dari balik pintu dan Clara pun masuk.
Matanya terkejut melihat Alvaro yang tengah berada di ruangan ini. Alvaro tampak berwajah datar seperti biasa sedangkan Viandro wajahnya terlihat dengan senyuman walau tipis.
Clara tersenyum dan masuk memberikan berkasnya di atas meja Viandro, "Berikut ini berkasnya pak."
Viandro mengangguk, "Terimakasih."
Rasanya mendengar Viandro berterimakasih saja sudah membuat Clara berbunga-bunga. Wajah tampan lelaki itu selalu saja bisa mencairkan hati siapa saja yang melihatnya, terutama dengan senyuman tipisnya yang menawan. Berbeda dengan kembarannya yang terlihat begitu jutek, kaku dan tampak sangat judes.
"Kenapa matamu? Tidak senang dengan keberadaanku?" Tanya Alvaro dengan sinis.
Clara segera menggeleng dan menunduk, "T-tidak pak."
Clara segera melihat ke arah Viandro, "Saya akan kembali ke ruangan saya pak. Permisi pak."
Viandro mengangguk, "Silahkan."
Clara mempercepat langkahnya, dia takut di serang lagi oleh kata-kata bengis lelaki itu.
Viandro terkekeh singkat, Clara selalu saja menghiburnya.
Namun tawa lelaki itu membuat telinga Alvaro risih, "Apa yang lucu? Dia terlihat bodoh."
Viandro mengangguk, "Memang. Kau tak salah."
Alvaro melipat kedua tangannya di dada, "Mempekerjakan orang sepertinya sungguh memalukan."
Viandro memutar bola matanya, "Bukan urusanmu. Ingat kau ke sini cuma mau menghinaku atau apa?" Tekan Viandro.
Alvaro mengembuskan nafasnya, "Well, lusa malam ada acara keluarga. Dan jangan sampai kau membawa si bodoh itu, dia sangat memalukan."
Viandro tertawa mendengar ucapan Alvaro, "Tentu saja aku takkan membawanya. Aku bahkan tak mau tampak berdua dengannya jika di tengah keramaian, bahkan sekalipun di kantor aku takkan pernah melakukannya."
Viandro menunjuk ke arah pintu bekas Clara keluar, "Dia itu hanya ku manfaatkan saja, tak lebih. Kalau dia mau berfikir lebih ya terserah dia, aku sama sekali tak perduli. Intinya selama aku masih memanfaatkannya sebagai pesuruh kenapa tidak?" jelas Viandro santai.
Alvaro menatap datar Viandro, "Tapi kenapa kau selalu bertingkah baik padanya? Jika kau menyukainya katakan saja. Kalian akan tampak sangat serasi, satu adalah lelaki lemah satu lagu wanita bodoh. Sangat cocok." Jelas Alvaro membuat Viandro mengeraskan rahangnya.
"Bibirmu terlalu cadas, kau berkata seolah kau lebih hebat. Kau pikir kau sehebat itu huh? Aku juga bisa mendirikan perusahaan, bahkan bisa lebih besar dari pada milikmu itu."
Sentak Viandro.
Alvaro tersenyum miring, 'Karyawan yang menjadi pekerja mu saja terlihat sangat di bawah kualitas, bagaimana kau melawanku?' Batinnya. Kata-kata Viandro seakan terdengar seperti mimpi di siang bolong.
Viandro memicingkan matanya, kenapa segala perilaku kembarnya ini begitu mencurigakan? Ck.
"Baiklah aku harus pergi," tutup Alvaro dengan senyuman miring.
Tanpa menunggu jawaban dari kembarnya itu Alvaro pergi begitu saja.
"Br*engsek," gumam Viandro kala Alvaro meninggalkan ruangannya.
Alvaro berjalan melewati koridor kantor Viandro namun kembali dia mendengus kala seorang wanita menabraknya karena terburu-buru.
Lagi-lagi si bodoh ini. Rasanya Alvaro ingin menembak kepalanya dengan senjata milikinya, "Apa kau tak punya mata? Selalu saja teledor." Bentak lelaki itu membuat mereka menjadi sorotan.
Clara menjadi gagap, terutama saat kacamatanya terjatuh. Clara membungkuk-bungkuk meminta maaf, "Maaf Al- m-maksudnya Tuan."
Alvaro berdecih, dia sungguh malas dengan tingkah Clara, rasanya kesalahan yang terus terulang seperti ini tak bisa di maafkan. Jika saja Clara bekerja di tempatnya pasti sudah di pastikan wanita ini akan di pecat dengan tidak hormat!
"Maaf? Kau pikir maaf itu cukup? Kau sungguh tak berguna dan sangat bodoh! Apa kau tak malu dengan dirimu sendiri, huh? Aku yang melihat mu saja sangat malu. Apa kau sebut dirimu adalah sekretaris? Kau bahkan lebih cocok jadi pembantu!"
Deg!
Kalimat Alvaro sungguh sangat melukai hati dan martabat Clara. Kata-katanya sungguh tak manusiawi.
Alvaro melihat ada kacamata Clara yang berada tepat di bawah kakinya.
Ptak
Kacamata itu di injak Alvaro dengan geram membuat Clara mengepalkan tangannya. Clara mendongakkan kepalanya dan melihat Alvaro menahan emosinya.
"Kena-" kalimat Alvaro terpotong saat melihat wajah Clara tanpa menggunakan kaca mata.
Mata Clara begitu menenggelamkan dirinya.
Mata Clara seakan menghipnotis Alvaro sepersekian detik.
Air mata Clara menetes karena tak tahan lagi menahan gejolak emosinya. Kemudian Clara pergi meninggalkan Alvaro.
Alvaro tak perduli dan kemudian melihat orang sekitar yang memperhatikan mereka seperti menonton adegan mereka. "Apa yang kau lihat?" Mereka yang di tegur Alvaro segera mengalihkan pandangannya dan kembali bekerja.
Alvaro pun pergi meninggalkan kantor ini dengan wajah dinginnya.
Alvaro kembali berfikir dalam perjalanan. Sepertinya dia memiliki suatu ide untuk menghancurkan Viandro untuk balas dendamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
G💜
gw fav thoorrr
2022-06-17
1
Nulis terus✍️💪
jaga kesehatan Thor. lajut 💪
2022-06-16
0
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™
CYT Sudah mampir yah kk ✌️
2022-05-25
2