eight

Alvaro mendapatkan sebuah ide. Dia akan memanfaatkan Clara dengan menjadikan wanita itu sebagai pion dari rencana liciknya.

Tentu saja dia harus membalas dendam bukan? Viandro tak bisa di biarkan begitu saja. Kali ini bukan dirinyalah yang mati, tapi kembarnya itu.

Alvaro tersenyum miring, "I will win this game."

***

Clara menangis seunggukan di dalam kamarnya. Kejadian tadi siang membuat dia sangat trauma berjumpa dengan Alvaro, dan bahkan Viandro. Mereka kan kembar. Mungkin saja Viandro juga punya sifat kaya Alvaro, batin wanita itu masih dengan menangis.

Tok

Tok

Tok

Rumah Clara terketuk oleh seseorang. Tak tau itu siapa, Clara memutuskan untuk keluar kamarnya dan melihat siapa orang yang mengunjunginya itu.

Clara melihat dari lubang kecil yang sengaja di buat untuk melihat siapa tamu yang berkunjung. Mata Clara terbelalak saat melihat Alvaro di sana.

Jujur Clara sangat emosi dan kesal melihat lelaki itu. Tapi dia tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya dan malahan menangis.

Clara tak memperdulikan Alvaro yang masih menunggunya di luar.

Tapi kemudian kaki Clara terhenti, "Bagaimana dia tau rumahku? Apa dia menguntit?" Duga Clara membuat dirinya merinding sendiri.

Pasalnya dia baru bertemu dua kali dengan Alvaro, dan itu pun tak pernah membahas apapun mengenai tempat tinggal atau semacamnya selain membahas pekerjaan dirinya yang berkerja di perusahaan Viandro.

Clara menutup mulutnya, dia tak mau terdengar oleh Alvaro yang ada di luar, biar saja Alvaro berfikir kalau dia tidak ada di rumah.

Pintu masih terketuk menandakan Alvaro masih di sana. Clara menjauh dari pintu dan bersembunyi di dinding sebelah pintu. Jantungnya berdegup kencang, rasanya dia semakin takut saja dengan Alvaro, seperti hantu saja.

Pintu yang dari tadi terketuk pun berhenti. Clara membuka tangannya yang menutup mulutnya itu, "Dia sudah pergi?" Tanya Clara dalam hati.

Clara berjongkok melihat ke arah celah pintu, apakah bayangan kaki Alvaro ada atau tidak. Kalau ada berarti dia masih menunggu dan Clara harus tetap diam.

Saat mengintip Clara mengumpat kesal. Celah pintunya tertutupi keset kaki jadi dia tak bisa melihat.

Ck, jadi bagaimana?

Clara kembali mengintip lagi melalui celah kecil untuk melihat tamu.

"Aaa!!" Jerit Clara melihat Alvaro tengah menatapnya dari celah itu dengan tatapan tajam.

"Clara buka!" Suruh Alvaro dengan suara beratnya yang mengintimidasi.

Clara menggeleng,

"Cepat buka!" Paksa Alvaro lagi.

Rasanya dia ingin kembali menangis, kenapa Alvaro begitu menyeramkan.

Alvaro menghela nafas sebentar sebelum dia kembali mengetuk dengan pelan,

Tok

Tok

Tok

"Clara maafkan aku. Aku terbawa suasana tadi," kata Alvaro dengan nada yang lebih baik dan bersahabat.

Clara masih mendengarkan.

"Aku hanya ingin memberikan mu kacamata yang tadi aku rusak. Aku harap kau suka," nada itu terdengar lebih lembut.

Dalam hati Alvaro ingin muntah. Dia tak pernah jadi lelaki selemah ini. Minta maaf, bayangkan saja dia bahkan tak pernah meminta maaf pada siapapun. Itu sangat merendahkan martabat dirinya.

Clara mendekatkan diri di pintu dan menempelkan telinganya ke pintu ingin mendengar apa lanjutan ucapan Alvaro.

"Maaf," akhir Alvaro. Alvaro meninggalkan paper bag yang berisikan kotak kacamata dan kacamata di dalamnya di depan pintu Clara. Dia pun pergi.

Clara merasa tersentuh, sepertinya memang Alvaro tulus mengatakannya.

Clara membuka pintu, "Maafkan saya juga karena teledor tadi Al- em maksudnya Tuan."

Alvaro tersenyum miring. Gotcha dia dapat mempengaruhi wanita ini dengan mudah, rencananya berjalan sempurna. Kembali lelaki itu mengatur ekspresinya dan kembali berbalik badan dan berjalan mendekati Clara.

Wajah senyum baik itu berubah menjadi bengis dan menatap tajam Clara membuat Clara membelalakkan matanya, "Oh, jadi kau tadi sengaja pura-pura diam, hm? Kau pikir kau siapa? Merasa hebat? Sudah bagus aku mengunjungi rumah kumuhmu ini dasar tak tau diri!" Bentak Alvaro.

Menyesal sekali Clara membuka pintu. Seharusnya dia tetap diam di dalam saja. Ish!

Clara menundukkan kepalanya, "Maaf," dan lihatlah, pada akhirnya jadi Clara yang minta maaf.

Alvaro menaikkan dagu Clara dan menatap tajam Clara. Memperhatikan wajah Clara dengan seksama, 'Tinggal di poles sedikit saja.' batin Alvaro menilai wajah Clara.

Alvaro melepaskan tangannya dari dagu Clara dan melipat kedua tangannya di dada, "Berapa gajimu di tempat Viandro?"

Clara menyerngitkan dahinya, kenapa jadi bahas gaji?

Alvaro memutar bola matanya malas, "Tinggal jawab aja apa susahnya sih?" tukas Alvaro dengan geram.

"10 juta Tuan." Jawab Clara cepat.

Alvaro menganguk, "Kerja denganku. Akan ku gaji 30 juta." Alvaro memberi tawaran.

Clara membelalakkan matanya, itu besar sekali!

Tapi Clara kembali mengingat sesuatu, tidak mungkin dia memutuskan hubungan pekerjaan dengan Viandro. Bagaimana pun Viandro terlihat lebih baik di bandingkan Alvaro, bisa-bisa dia akan makan hati bekerja dengan Alvaro.

Alvaro melihat keraguan di mata Clara, seperti seakan-akan ingin menolaknya. Ck, dasar wanita kurang ajar.

"Kau tak perlu banyak berfikir. Aku tau otak ku tak sanggup berfikir banyak, jadi terima saja tawaranku. Tak ada penolakan. Karena pekerjaan yang ku maksud adalah pekerjaan yang mudah," tukas Alvaro.

"Maksud Tuan?" Tanya Clara.

"Kau akan tetap bekerja di sana, kau hanya perlu membuat Viandro cinta mati padamu," sambung Alvaro.

Clara menggeleng. Bagaimana dia bisa membuat Viandro jatuh cinta padanya? Hei! Viandro adalah pujaan setiap wanita, dan bahkan wanita yang mendekatinya bukan sembarang wanita. Sedangkan Clara, dia hanya gadis biasa. Batin Clara menyangkal.

Alvaro mendengus malas, "Aku akan membantumu dalam hal itu. Lagi pun kau akan sangat di untungkan, jadi jangan sok sok-an menolak." Sinis Alvaro.

Alvaro membalikkan badannya, "Temuin aku besok di perusahaanku. Alamat ku ada di dalam paper bag kaca matamu. Pukul 8. Jangan terlambat jika tidak aku akan menghukummu." Tekan Alvaro segera pergi tanpa menunggu jawaban Clara.

Clara menggeleng tak percaya, "Menghukumku? Apa yang- maksudnya?"

Lelaki itu sudah sangat gila. Bagaimana dia bisa menghukum Clara dan memegang kendali atasnya dalam waktu singkat pertemuan?

Clara menggeleng tam terima dan masuk ke dalam rumahnya tanpa membawa paper bag yang di berikan Alvaro.

Clara tak perduli. Memangnya siapa dia?

Clara mengangguk, "Aku harus bisa melawan. Dia bukan siapa-siapa. Kau tak perlu takut."

***

Malam ini Clara menyantap makan malam dengan resah, kedatangan Alvaro membuat dia merasa sangat tertekan, "Dasar lelaki aneh!"

Clara menyelesaikan makan malamnya dan beralih menonton televisi.

Clara menonton mengenai kumpulan hal-hal mendunia yang di rangkum dalam sebuah episode setiap minggunya. Acara itu yang sering di tonton Clara.

Dan kali ini akan di bahas 7 keajaiban dunia dan juga orang orang yang paling berpengaruh dengan kekayaan yang menggelintir di dunia.

Clara sangat tertarik dan mengambil minumannya untuk di seruput. Dia rasanya ingin sekali menjadi salah satu orang sukses seperti mereka, tapi keinginannya itu tak pernah kesampaian. Ya udahlah tak apa.

Clara menyeruput minuman itu dan kembali melihat ke arah televisi.

Byurrr

Minuman itu langsung muncrat saat orang yang paling dia benci ada di televisi.

"Tuan Alvaro!!!"

Terpopuler

Comments

El Geisya Tin

El Geisya Tin

semangat kak. maaf baru mampir lagi

2022-05-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!