Clara menangis sejadi-jadinya. Dia duduk di kursi taman sambil mengisi kebodohannya, ternyata yang di katakan Alvaro benar, wanita itu rasanya sangat hancur melihat jati diri Viandro yang sesungguhnya. Dia ingin marah pada Viandro tapi ini juga salahnya sendiri kenapa dengan mudah memberikan seluruh hatinya pada Viandro. Kini dia sangat terbuka dan terpukul.
Clara memukul dadanya, rasanya sesak sekali.
Alvaro datang menghampiri Clara, Alvaro menghembuskan nafasnya, akhirnya jumpa juga. Lelaki itu duduk di sebelah Clara sedangkan wanita itu masih saja menangis.
"Diamlah. Kau sangat berisik," hina Alvaro risih mendengar tangisan yang menganggu itu.
Clara menghentakkan kakinya. Di tambah lagi kembarannya ini yang sangat menyebalkan semakin membuat Clara merasa sangat kesal, bukannya disemangati gitu malah di rendahi lagi.
Pletak
Alvaro menjitak kepala Clara, "Diam. Balas dendam kan bisa, bego."
Clara terdiam. Dia kembali melihat Alvaro, sungguh lelaki ini selalu membuka matanya. Clara segera duduk tegak dan menunduk, "Ajari aku menjadi wanita seutuhnya. Aku akan berusaha keras untuk itu, aku akan balas dendam!" Tekad Clara membulat.
Alvaro memutar bola matanya malas, "Itu yang selama ini ku lakukan padamu. Tapi kau terlalu keras kepala makanya semuanya membal."
Clara menunduk, "Maaf, aku mengaku salah. Tapi aku mulai detik ini akan menjadi lebih baik lagi. Aku janji!"
Alvaro menaikkan salah satu alisnya meremehkan, "Sebenarnya aku malas sekali menyetujuinya. Karena aku muak denganmu."
Clara menggeleng dan semakin menunduk, "Ku mohon maafkan sikapku dulu. Aku akan lebih berusaha lagi! Kumohon setujui ini..."
Alvaro tersenyum miring, ternyata pancingannya mendapatkan hasil. Apa Alvaro bilang, dia selalu memang bukan?
Lihatlah. Ini akan menjadi lebih mudah karena wanita ini kini sangat bergantung padanya.
***
Clara kembali bersama Alvaro ke rumah lelaki ini. Clara jadi pendiam dan tak banyak bicara, tentu saja dia sedang merasa terpukul sekarang.
Alvaro keluar mobilnya di ikuti Clara. Alvaro melihat ke arah Clara dengan wajah datar, "Gunakan pakaian pelayan jika berada di rumah ini. Kau tak lebih dari pada mereka disini. Paham?"
Clara mengangguk, terserah, yang penting dia bisa balas dendam pada Viandro.
"Cepat ganti baju sana. Sudah di sediakan di rak baju pelayan."
Clara mengingat ruangan itu karena tadi siang memang dia membersihkan ruangan itu.
Wanita itu mengambil baju dan menuju kamarnya lalu membersihkan diri dan segera mengenakan pakaian itu, pakaian putih hitam polos.
Dia membawa beberapa baju tadi untuk persiapan ganti baju kalau-kalau baju itu kotor.
Clara duduk termenung di atas tempat tidur sambil termenung, tiba-tiba hpnya bergetar membuat Clara melihat hpnya itu. Mata Clara kembali memanas, saat melihat nama Viandro menelponnya. Apa coba maksudnya?
Clara kesal sekali tapi dia coba tahan emosinya dan membalas telpon Viandro, "Halo."
"Hai, gimana kabar kamu?"
Clara tersenyum sinis, keadaannya? Tentu tidak baik-baik saja. Dasar lelaki kurang ajar.
"Baik."
Viandro merasa sedikit bingung, bisanya wanitanya ini selalu membuka pembicaraan dan panjang lebar bicara.
"Sungguh?"
"Ya, kenapa?" Sambung Clara singkat.
"Gak apa. Kamu lagi ngapain?"
"Sibuk ngerjain laporan. Udah dulu ya. Nanti pekerjaan ku gak siap-siap."
Viandro mengangguk, "Hm. Baiklah. Bye."
Clara langsung mematikan teleponnya dan menangis. "Tega banget kamu Vi, aku pikir aku berbeda di mata kamu, bahkan ternyata sama sekali tak kamu pandang. Lihat saja aku akan membuatmu menyesal pernah menyakitiku!"
Alvaro yang berada di depan kamar Clara tersenyum kecil, dia mendengar semuanya, pasti wanita ini merasa sangat kecewa. Itu akan menjadi kekuatan Alvaro paling kuat untuk mengalahkan Viandro.
Alvaro mengetuk pintu Clara,
Clara mendongakkan kepalanya dan kemudian bangkit berdiri menghampiri pintu kamar.
Clara membuka pintu dan melihat Alvaro, "Kenapa?"
"Ini list daftar apa-apa saja yang perlu kau lakukan di rumahku." Alvaro memberikan secarik kertas dan di terima Clara.
Clara membacanya, Clara harus menyiapkan sarapan khusus untuknya dan merapikan pakaian Alvaro. Setelahnya dia bebas mau apa saja, yang penting dia harus mengikuti apapun yang diperintahkan Alvaro.
"Pekerjaan mu tak terlalu berat karet ada juga asisten rumah tangga yang akan memasak makanan dan mencuci pakaianku, yang utama yang perlu kau lakukan adalah menyiapkan makanan ku segera di kamar dan juga baju kerjaku. Paham?"
Clara mengangguk, "Baiklah."
Alvaro segera pergi meninggalkan Clara.
Mengingat ini sudah malam Clara segera pergi ke dapur untuk menyediakan makan malam.
Clara membantu memasak. Kehadiran Clara membuat suasana dapur yang tadinya ribet kini lebih singkat karena Clara selalu meringankan beban mereka dengan mengerjakan semuanya dengan cepat.
Mereka ingin bicara banyak dengan Clara, tapi tuntutan pekerjaan mereka yang tak boleh banyak bicara jika bekerja membuat mereka tak mencoba memulai pembicaraan.
Alvaro berjalan ke ruang makan. Lelaki itu terlihat menggunakan kemeja silver santai dengan celana selutut berwarna hitam. Sangat eksotis di kulitnya yang sawo matang.
Clara memberikan sepiring makanan untuk Alvaro dengan air hangat pada lelaki itu. Alvaro melihat makanan itu dan mengalihkan pandangannya, "Buatkan aku kopi, aku tak selera makan."
Clara merasa tersinggung, "Tapi Tuan ini sudah ada makanan yang enak. Coba saja cicipi satu sendok."
Sedangkan semua pelayan hanya menunduk. Mereka sudah katakan pada Clara tadi untuk memasak steak untuk makan malam Alvaro, tapi wanita itu mengatakan bahwa makanan indo itu lebih enak dan segera menyiapkan bumbu rendang yang pastinya akan terasa sangat nikmat dinikmati malam-malam.
Alvaro menatap tajam Clara, "Lidahku tak cocok dengan masakan lokal. Pergilah dan buatkan aku kopi, jangan memancing emosiku."
Clara terpaksa menunduk. Lelaki ini begitu judes, bisa-bisanya dia tak menyukai rendang, kan rasanya nagih. Ya sudahlah biarkan saja.
Clara mengambil piring dan gelas air putih tadi dan menyiapkan kopi untuk Alvaro.
"Bawa ke kamarku," sambung Alvaro dan pergi meninggalkan tempatnya itu.
Clara pun membawakan kopi itu ke dalam kamar Alvaro. Clara meletakkan kopi itu di atas meja kerja Alvaro. Clara tak sengaja melihat foto yang di pajang di sana, ada foto seorang wanita yang kalau tak salah pernah juga dia lihat.
"Ini pacarku, cantik dan pintar." Kata Alvaro membanggakan pacarnya itu di hadapan Clara.
Clara tersenyum kecil,
"Kenapa kau tersenyum?" Alvaro menatap sinis Clara.
Clara mengangguk, "Tuan sangat beruntung punya pacar sepertinya dan dia pun sama beruntungnya."
Clara melihat Alvaro, sebejat-bejatnya Alvaro setidaknya dia memiliki sifat yang tampaknya setia. Lihat saja foto pacarannya saja di pajang begitu, beda banget sama Viandro yang sama sekali tak pernah memajang wajahnya bahkan berfoto pun tak pernah dengannya.
Alvaro memutar bola matanya, "Sudahlah. Pergi ke kamarmu. Tugasmu sudah selesai."
Clara mengangguk, "Baik Tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Wiwuk Putri
dia gak ingat yg nolong sblm putar waktu itu clara?
2023-03-22
0
Sang_Perindu
First kak
2022-05-18
0