Eighteen

Clara segera terbangun saat mendengar suara bising di dapur, saat di lihatnya ternyata ada seorang anak kecil menjatuhkan botol. Ini anak siapa dan kok bisa di sini?

"Kamu siapa?" Tanya Clara dengan suara berbisik.

Anak itu tampak ketakutan dan mundur perlahan. Clara pun maju beberapa langkah pelan, "Tak perlu takut. Aku hanya bertanya." Clara mencoba untuk tidak menakuti anak itu tapi nyatanya malah semakin membuat takut dirinya.

Anak itu semakin takut dan mundur ke belakang.

Buk

Anak itu menabrak lemari di dapur membuat beberapa barang di atasnya terjatuh. Clara segera menarik anak itu agar selamat.

Prang tang tang...

Barang-barang yang terjatuh itu berbunyi. Walaupun tak terlalu banyak barang yang jatuh tapi suaranya cukup bising sampai di telinga Alvaro yang sangat tajam.

Alvaro segera membawa senapannya dan keluar kamar. Pasalnya ini sangat tak mungkin ada pelayan yang keluar kamarnya lewat jam 10 malam. Itu sudah menjadi ketentuan di rumah ini.

Siapa yang melanggarnya akan kena akibatnya.

Clara segera menyembunyikan anak kecil itu di dalam lemari kecil di bagian bawah.

Alvaro datang dengan menggunakan kaos hitam dan celana pendek dengan mengacung pistol,

Clara segera berdiri tegap dan membalikkan badannya melihat Alvaro, "K-kenapa?" Tanya Clara pada Alvaro.

Alvaro yang melihat Clara menaikkan salah satu alisnya, "Aku yang seharusnya bertanya."

"A-anu, tadi aku mau ambil gelas. Rupanya gak sengaja kesenggol barang yang lain, jadi jatoh deh."

Alvaro memicingkan matanya tak percaya. Alvaro mendekatkan wajahnya menatap Clara, "Jangan mencoba membohongiku."

Clara menggeleng, "Tidak kok, aku gak bohongin kamu."

Alvaro membuang wajahnya malas, "Terserah."

Alvaro pun menegakkan kembali badannya, melihat Clara bernafas lega, "Kamu tidur aja lagi. Maafkan aku menganggu waktumu. Aku akan bereskan semuanya."

Alvaro menatap datar Clara, "Perlu kau ketahui, peraturan di sini jangan pernah keluar setelah jam 10 malam, jika tidak aku akan menghukummu.

Clara mengangguk, "Aku mengerti."

Alvaro pun meninggalkan Clara.

Serasa di lihatnya sudah aman Clara mengeluarkan anak itu. Anak kecil itu menunduk, "Kamu namanya siapa?"

"Ian," jawabnya pelan.

Clara mengangguk, "Terus kamu di sini ngapain?"

Ian semakin menunduk, "Ian, tinggal di sini sama ibu."

Clara menyerngitkan dahinya, "Ibu? Nama ibunya siapa?"

"Nama ibu Ian Rara Bu," jawab anak kecil itu.

Clara terkejut, Rara? Wanita itu tampak masih muda ternyata dia sudah punya seorang anak?

Ian mendongakkan kepalanya dan segera berlari ke belakang Clara. "Ibu," gumam Ian.

Rara segera memeluk anaknya itu. Wanita ini sekarang bisa bernafas lega setelah menemukan anaknya yang hilang tadi, untung saja tidak kenapa-kenapa. Rara melihat ke arah Clara, segera dia menjumpai Clara dan sujud, "Terimakasih banyak Clara, kamu baik sekali."

Clara menggeleng sambil mengangkat Rara agar kembali berdiri, "Tidak tidak, aku sama sekali tak melakukan apa-apa. Tak perlu berterimakasih."

Rara menjabat tangan Clara, "Tentu aku perlu berterimakasih padamu, tadi aku mendengar suara berisik barang jatuh, aku yakin tadi Tuan Alvaro pasti bangun. Aku takut sekali ketakutan sekali tadi. Aku pikir Tuan Alvaro akan menyiksa dia..." Mata Rara mulai berlinang air mata.

Clara segera memeluk Rara, "Tenanglah. Kau tak perlu takut. Lihatlah, semuanya baik baik saja bukan?"

Rara mengangguk dan tersenyum, "Kau sangat baik. Aku beruntung pernah mengenalmu."

Clara dan Rara pun kembali ke kamar masing-masing. Mulai hari ini Rara akan menganggap Clara sebagai keluarganya sendiri, dia akan baik sama seperti Clara baik padanya.

***

Hari ini Clara masuk kerja di kantor Viandro. Hari ini dia ingin keluar dari pekerjaan ini, dia tak tahan lama-lama bekerja dengan Viandro. Harinya akan terasa terbakar setiap harinya nanti.

Alvaro melihat ke arah Clara, "Kembali ke kamarmu. Pakai makeup sana. Mau kerja kan?"

Clara mengangguk, "Iya, tapi ini akan jadi hari terakhirku bekerja dengan Viandro."

Alvaro memutar bola matanya malas, "Terserahmu."

Clara pun segera ke kamarnya dan menggunakan makeup simpel kemudian kembali ke ruang makan.

Clara melihat Alvaro sudah selesai makan dan bersiap untuk pergi, "Tuan! Saya gimana?" Tanya Clara, pasalnya dia tak tau mau naik apa ke kantor.

"Ya pikirkan sendiri. Kau pikir aku perduli," Kata Alvaro membuat Clara melongo.

"T-tunggu, maksudnya, kenapa aku tidak bisa pergi dengan Tuan saja." Saran Clara.

Alvaro menatap Clara dengan tajam, "Apa kau bilang? Jangan mimpi. Sekali lagi kau mengatakan hal itu tulangmu akan ku patahkan."

Clara kicep. Terpaksa dia mengalah, jika tidak dia akan kena hukuman nantinya.

Alvaro pun berangkat dan meninggalkan Clara.

Clara menghembus nafas lelah dan kemudian melihat ke arah jam tangannya, "Astaga!" Pukul 7 pagi, dia akan terlambat apalagi pakai kendaraan umum.

Clara berlari ke luar rumah dan mencari kendaraan umum agar lebih murah. Dan sialnya kendaraan umum itu pun lama sekali muncul.

O my God!

***

Viandro melihat ke arah Clara. "Kamu berkeringat, ada apa?"

Clara yang masih ngos-ngosan menahan diri sebelum dia bicara, cape juga lari-larian ke kantor tadi.

Viandro menuntun Clara untuk duduk di sebelahnya dan Clara pun mengikutinya. Viandro mengelap keringat Clara perlahan, sambil matanya menatap bagian yang berkeringat itu. At

Dari dahi, pipi dan kemudian Viandro berhenti di bagian leher Clara. Lelaki itu terpana melihat leher jenjang Clara yang begitu memikat.

Viandro kembali menatap wanita itu. Baru Viandro sadari bibir wanita ini begitu menggoda, juga matanya yang menutup itu seakan mengatakan dia pasrah untuk di sentuh.

Viandro tersenyum tipis dan mengelus rambut Clara membuat wanita itu membuka matanya. Viandro menyelipkan rambut Clara tanpa melepaskan pandangannya pada mata wanita itu.

Tiba-tiba saja jantung Clara semakin berdegup ke kencang terutama tangan Viandro mulai memeluknya, wajah Viandro semakin dekat dengan tangan kanannya menarik tengkuk Clara hendak mencium wanita ini.

Tep

Clara menutup wajah Viandro dengan kedua tangannya. "Jangan terlalu dekat. Jantungku bisa melompat keluar," ucap Clara dengan wajah yang sudah memerah.

Viandro menyarangkan sikap Clara. Lagi-lagi wanita ini menolaknya, dia sudah semakin bosan saja dengan wanita ini.

"Cla, kamu sebenarnya cinta gak sih sama aku?" Tanya Viandro dengan nada jengkel.

Clara hanya diam. Mengingat kejadian kemarin, hati Clara kembali terkoyak.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Clara Viandro pun melepaskan pelukannya, "Cla, sepertinya kita lebih baik pisah. Aku juga sadar sepertinya memang aku pun tak menyukaimu. Kota berbeda dan sama sekali tak ada kecocokan."

Clara tersenyum getir, "Ku pun berfikir seperti itu. Kita berbeda Vi. Sangat berbeda."

Viandro menatap Clara, dia tak menyangka wanita ini dengan mudah dapat menerima jika dia di putuskan begitu saja.

"Berbahagialah dengan kehidupanmu. Kau akan sadar akan hal yang baik untukmu kelak.

Dan.. Sepertinya aku juga ingin mengatakan suatu hal lagi. Aku akan keluar dari pekerjaan ini. Terimakasih untuk semuanya."

Clara segera bangkit berdiri membuat Viandro pun bangkit berdiri. Dia bingung dengan wanita ini.

Semudah itu huh?

Clara meninggalkan Viandro. Intinya dia takkan diam dan akan membalas dendam untuknya nanti.

Terpopuler

Comments

G💜

G💜

next. tetep jaga kesehatan thor

2022-06-17

2

Sang_Perindu

Sang_Perindu

Lanjutkan kak

2022-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!