Swush!
Bug!
"Hugh!"
"Terlalu banyak omong kau!" Ucap Bumi merasa geram
"Ilmu baru seumur jagung sudah berlagak di depan ku!" Ucapnya lagi. Lalu kembali meluruh kearah komandan tersebut, dan berniat ingin langsung menghabisinya
Tapi langkah Bumi dihalangi oleh seorang komandan lain. Dengan marah dia berkata. " Lawan mu adalah aku!" Ucapnya menantang
"Oh!. Kebetulan tangan ku sudah gatal, ingin meremukkan mulut mu yang sombong itu!"
"Sudah terlalu lama menganggur, jadi agak sedikit kaku"
"Kebetulan kau datang, sekalian sebagai tempat karung latihan ku."
"Ayo kesini!. Biar aku kasi hadiah !" Jawab Bumi penuh ejekan
"Dasar manusia rendah!."
"Hiaat!" Teriak komandan tersebut emosi, karena tidak dianggap besar oleh lawannya. Tapi..
Plak!
Deez!
Bhug!
"Aarrkh!" Teriaknya kuat kuat. Lalu diam tak bergerak. Mati!
Hanya dengan satu kali tangkisan, dan dua kali pukul di tempat yang paling vital, komandan yang tadi menghalangi langkah Bumi mati seketika
Padahal sejatinya dia merupakan seorang petarung kuat. yang menempati rangking keempat setelah komandan Raju. Orang yang tadinya mau dihabisi oleh Bumi karena kesombongannya
Karena kekuatannya itulah dia diangkat menjadi seorang komandan, dengan jumlah bawahan mencapai dua ratus orang
Tapi kini dia telah mati, ditangan seorang komandan yang bernama Bumi, yang merupakan komandan pasukan elit Birawa Group. Tim yang terkenal kompak dan solid, hanya dengan dua kali pukulan
Anak buahnya yang melihat itu, tentu saja menjadi marah. Dengan beringasnya mereka meluruh ke arah Bumi, dan berniat ingin mengeroyoknya
Tapi justru tindakan mereka yang ceroboh seperti itu, menyebabkan nyawa mereka melayang. Musuh yang sedang mereka hadapi dengan mudahnya memberikan serangan. Apalagi orang yang dihadapinya cukup kuat sekali
Bagaimana tidak kuat. Orang tersebut adalah Ling Shia, Ling Ma dan Ling Hwa. Ditambah dengan Anjani dan dua belas anggota elitnya, serta beberapa petarung lainnya
Dengan mudahnya mereka menghabisi anak buah komandan itu, dan tidak diberi kesempatan untuk melawan
Sedangkan komandan Raju, yang kekuatannya menempati urutan ketiga, yang tadinya melawan Bumi juga bernasib sama
Nyawanya melayang setelah terkena tendangan cukup kuat, yang dilancarkan oleh Bumi di bagian dada, dan mati seketika pula
Melihat itu, Wisanggeni juga yang lainnya, yang sejak dari tadi hanya memantau jalannya pertarungan, menjadi sangat marah. Di depan matanya sendiri, anak buah yang selalu dibanggakan nya itu dihabisi, dan mati meregang nyawa, tanpa bisa berbuat apa apa
Tanpa berkata sepatah katapun, langsung berlari cepat menuju ke arah Bumi, dan langsung menyerangnya
Wus!
Plak!
Bam!
"Argh!" Teriaknya tertahan. Kemudian mundur terhuyung kebelakang, dengan seribu tanda tanya
Tak lama kemudian terdengar seseorang berkata. "Jangan membokong seperti itu!"
"Lawan mu adalah aku!"
"Kemari lah!. Biar aku ajari, bagaimana caranya bersikap sopan pada orang yang lebih tua!" Ucap Jenifer penuh ejekan
"Lagi lagi kau!. Katakan apa mau mu menghadang ku!" Tanya Wisanggeni marah
"Tentu saja ingin menghajar mu!" Jawab Jenifer menyakitkan
"Kurang ajar!. Nampak nya kau harus diberi pelajaran, agar tidak bersikap sombong dihadapan ku lagi!" Respon Wisanggeni semakin emosi
"Tergantung kau mampu atau tidak!" Jawab Jenifer mengejek lagi
Mendengar itu Wisanggeni menjadi semakin emosi. Kemudian merilis ilmu tertingginya, yaitu sihir api biru sampai ke level puncak
Mendadak udara ditempat itu menjadi panas, dan waktu seakan berhenti. Sedetik kemudian angin berhembus cukup kencang, hingga membuat kobaran api yang dibuat oleh Wisanggeni menjadi semakin besar, dan meliuk liuk sangat menakutkan
Banyak orang yang terpengaruh oleh tekanan kekuatan itu. Termasuk Anjani dan tiga petarung Shanghai, juga termasuk Bumi, Awan dan Langit, walau masih pengaruh tersebut masih bisa dihalau oleh kekuatan kesadaran mereka
Rudolf, Eric dan puluhan petarung Birawa Group lainnya, juga terkena imbasnya. Mereka yang saat itu tengah menghadapi gempuran ribuan petarung pihak musuh menjadi sedikit lengah. Hingga ada dua orang anak buahnya terkena pukulan cukup keras, dan terlempar jauh walau tidak sampai mati
Semua itu karena tekanan aura sihir api, yang dikeluarkan oleh Alisha atau Wisanggeni. Wanita cantik yang berjuluk Iblis Api tersebut
Dragon yang melihat itu segera bertindak. Dengan cepat mengirimkan formasi perlindungan, agar api yang muncul dari tubuh Wisanggeni, tidak mempengaruhi jalannya pertarungan
Sedangkan Jenifer yang saat ini ada di depan Wisanggeni, hanya diam saja, dan tidak terpengaruh oleh hawa panas api yang muncul dari sekujur tubuh lawannya
Sebagai jelmaan Phoenix api. tentu saja api lemah seperti itu tidak berpengaruh apa apa baginya. Malah semakin membuat tubuhnya nyaman
Alisha atau Wisanggeni yang melihat itu menjadi sangat heran. Dia tidak habis pikir, bagaimana seorang Jenifer, yang dia nilai lemah itu tidak terpengaruh oleh api yang diciptakannya
Padahal biasanya, lawan yang dituju akan merasa terbakar, dan keberaniannya mendadak hilang. Lalu menyerah kalah, dan segera dihabisi oleh Wisanggeni, walau mereka sudah menyerah
Namun kali ini situasinya berbeda. Lawannya tidak terpengaruh sama sekali
Karena rasa penasarannya yang cukup tinggi, Wisanggeni segera mengedarkan pandangannya ke seluruh arena pertempuran. Begitu dia memandang kearah lain, dia juga semakin tercekat diam
Pertempuran yang diperkirakan akan berhenti karena tekanan sihir apinya, terus saja berlangsung, tanpa takut hawa panas yang ditimbulkannya
Ini benar benar diluar dugaan, dan membuatnya merasa heran. Bagaimana sihir api panas yang selalu dibanggakannya itu, tidak bekerja dengan baik, dan mampu mempengaruhi orang orang sekitarnya
Karena kejadian itu, semakin membuat Wisanggeni menjadi emosi. Tanpa menunggu lawannya siap, langsung saja menyerang Jenifer dengan segenap kemampuannya
Tapi langkahnya mendadak berhenti. Didepannya muncul siluet Phoenix api, yang ukurannya cukup besar sekali, dengan paruhnya yang tajam, dan kuku kukunya yang tajam pula
Pandangan matanya sangat mengancam, dan api yang muncul di sekujur tubuhnya mampu menekan api yang diciptakan oleh Wisanggeni
Namun aura kekuatan tersebut tidak sampai merembes keluar, karena Dragon sudah memasang formasi disekitar pertarungan mereka
"Siapa kau sebenarnya?"
"Bagaimana mahluk mengerikan itu bisa ada padamu?" Tanya Wisanggeni sudah mulai takut
"Kau tidak perlu tahu siapa aku perempuan iblis!"
"Persiapkan saja diri mu untuk mati!" Jawab Jenifer cukup menyakitkan
"Hahahaha!. Jangan mimpi akan dengan mudah membunuhku perempuan sombong!"
"Kalau tadi aku sempat terpental, itu karena kau membokong ku dari belakang!"
"Tapi sekarang tidak akan lagi!"
"Aku mahluk keabadian, dan tidak akan mati selagi api ini tidak padam!" Respon Wisanggeni malah membuka kelemahannya sendiri
"Dasar bodoh!. Rasakan tamparan ku ini!" Ucap Jenifer merendahkan. Lalu merentangkan kedua tangannya seperti akan terbang, dan menghempaskan ke depan
Khiaakk!
Siluet burung Phoenix yang ada dibelakang nya pun ikut bereaksi. Kepakan sayapnya yang kuat menghantam tubuh Wisanggeni. Tapi entah bagaimana caranya, tiba tiba tubuh Wisanggeni berpindah tempat, dan balik menyerang Phoenix api itu
Pertarungan dahsyat segera terjadi. Baku hantam dan saling serang antar keduanya, terlihat sangat mengerikan
Api melawan api. Sihir api di lawan dengan semburan api, yang keluar dari paruh burung Phoenix. Tapi sejauh ini, Wisanggeni masih berhasil menghindarinya. Namun dia tidak berani bentrok langsung dengan semburan api tersebut
Semua orang yang melihat pertarungan mereka, sedikitpun tidak menyangka, bahwa Wisanggeni mampu mengimbangi jurus jurus yang dilancarkan oleh Jenifer
Melihat itu, Wisanggana yang belum mau turun tangan karena ingin mengawasi adik nya bertarung menjadi senang, begitu juga dengan Reksa dan Rekso
Mereka secara diam diam mengirimkan kekuatan. Sedangkan Wisanggana mengirimkan suara melalui hati dan pikirannya, agar adiknya tidak di celakai oleh lawannya
Dragon yang menyadari tindakan dari Wisanggana juga dua orang lainnya yang curang itu, memberikan perintah pada Abhicandra agar turun tangan
"Kacau kan konsentrasi mereka, terutama anak itu. Biar dia tidak bisa lagi memberikan tunjuk ajar pada perempuan api tersebut!" Ucapnya pada Abhicandra
"Siap laksanakan tuan muda!" Jawab Abhicandra patuh. Kemudian merilis kekuatannya, untuk menghantam balik kekuatan lawan, yang saat ini tengah sibuk membantu Wisanggeni
"Kurang ajar!. Ada yang berniat membokong ku!" Teriak nya marah
"Ada apa Gana?. Kenapa kau berteriak begitu?" Tanya Reksa pura pura keheranan
"Ada orang yang ingin mencari gara gara dengan ku ayah!"
"Tapi aku tidak tahu siapa orang itu!" Jawab Wisanggana berterus terang
"Mungkin salah satu dari belasan orang itu."
"Ayah lihat tadi dia sempat komat Kamit, seperti sedang membaca mantra!" Sambut Reksa apa adanya
"Yang mana satu ayah?" Tanya Wisanggana pula
"Orang yang berpakaian putih putih panjang itu."
"Kemungkinan dialah orangnya yang telah mengganggu mu tadi!" Jawab Reksa cepat
"Kurang ajar!. Gara gara dia konsentrasi ku jadi buyar!"
"Kalau aku tidak mampu menghabisinya, jangan sebut aku raja sihir!" Respon Wisanggana marah
"Jangan kau melotot seperti itu anak muda!"
"Sebaiknya kau perhatikan saja adik mu itu!"
"Kulihat dia sudah terdesak, dan kemungkinannya sebentar lagi akan mati!" Ucap Abhicandra mengingatkan
Benar saja apa yang dikatakan oleh Abhicandra itu. Di depan mereka pertempuran antara Jenifer dan Wisanggeni sudah terlihat berat sebelah
Banyak pukulan, tendangan dan cakaran serta hantaman sayap burung Phoenix masuk mengenai tubuh Wisanggeni, hingga membuat tubuh nya banyak mengalami luka
Melihat itu Wisanggana menjadi murka. Kemudian tanpa berpikir panjang terjun ke tengah arena, dengan niat ingin membantu adiknya
Namun langkahnya mendadak berhenti, karena secara tiba tiba Abhicandra sudah ada di depannya
"Lawan mu adalah aku anak muda!"
"Kebetulan tubuh tua ku ini sudah lama tidak digerakkan."
"Jadi izinkan aku untuk berolahraga sejenak dengan mu!" Ucap Abhicandra menohok sekali
"Dasar orang tua tidak tahu diri!. Sudah tua bukannya istirahat, malah senang berkelahi!"
"Kemari lah!, kalau kau benar benar ingin aku hajar!" Respon Wisanggana ketus
"Oh dengan senang hati!. Kebetulan aku juga ingin menghajar anak muda sombong seperti mu!" Balas Abhicandra tidak kalah ketus pula
"Bersiaplah!. Tubuh tua mu akan aku bakar dengan Sagara Geni ku ini!"
"Ucapkan kata kata terakhir mu, agar anak cucu mu tahu, bahwa kau mati di tangan orang kuat seperti ku!"
"Tapi catat baik baik, agar kau tidak mati penasaran!"
"Nama ku Verrel Wolf, atau yang orang kenal dengan sebutan Wisanggana!"
"Jika kau mati hari ini, katakan pada keturunan mu, agar mereka mencari ku untuk membalaskan dendam."
"Niscaya mereka pun akan aku kirim ke neraka seperti mu!" Ucap Wisanggana penuh ancaman, serta terkesan sangat merendahkan sekali
"Oh ho!. Mengerikan sekali!" Respon Abhicandra pura pura takut
Entah mengapa kali ini dia senang meledek calon lawannya, hanya sekedar ingin menguji, apakah lawannya mempunyai pengendalian jiwa yang tenang atau tidak
Ternyata apa yang dia harapkan tidak sesuai harapan. Lawannya itu mempunyai temperamen yang kasar. dan mudah terpancing emosi
Jika demikian halnya, maka mudah bagi Abhicandra untuk menghadapi sihir tingkat tinggi, yang berasal dari kitab Kalamurka, hasil curian yang dilakukan oleh leluhur Wisanggana tersebut
"Tunggu apa lagi Abi!. Mau sampai kapan kalian berbincang seperti itu!"
"Cepat habisi anak sombong itu, agar yang lain cepat masuk gelanggang!" Ucap Adiwilaga memberi teguran
"Siap senior!" Jawab Abhicandra bercanda
Setelah berkata seperti itu.Tanpa ba-bi-bu lagi. Abhicandra langsung menyerang Wisanggana, dengan ilmu yang hampir sama dengan ilmu Sagara Geni milik lawannya. Cuma bedanya berbentuk seperti petir yang meliuk liuk di udara
Aura yang ditimbulkan oleh ilmu itu sangat mengintimidasi sekali. Banyak orang yang berada di dekat pertarungan itu menjadi terpengaruh, apalagi setelah Wisanggana juga mengeluarkan ilmu andalannya
Sekejap saja terjadi benturan dua tenaga dalam tingkat tinggi, yang dikemas dengan ilmu yang dinamai dengan Sagara Geni, dan ilmu petir biru milik Abhicandra
Suara benturan itu sangat memekakkan telinga. hingga membuat pertempuran berhenti seketika. Tapi pertarungan antara Jenifer dan Wisanggeni, tidak terlalu terpengaruh
Mereka terus saja bergerak lincah, sesekali melemparkan api berwarna biru, dan dibalas dengan semburan api berwarna biru juga, yang bercampur dengan api berwarna merah milik Jenifer
Suasana pertarungan antara mereka, benar benar membuat orang orang merasa kagum. Tapi dalam hati mereka merasa ngeri
Jika mereka yang berhadapan dengan salah satu diantara mereka, mungkin sudah lama mereka mati
Api berhadapan dengan api, bukan malah berhadapan dengan air atau es. Tapi itulah kenyataannya
Namun kedudukan Jenifer sekarang jauh lebih mendominasi. Tiap dia bergerak, atau siluet burung Phoenix nya menyerang dengan paruh, cakar dan semburan apinya, Wisanggana selalu merasakan kesakitan
Hingga pada suatu ketika, saat kakaknya sedang bertarung, dan sedikit terdesak oleh serangan Abhicandra, saat itulah pukulan sekuat tenaga Jenifer, yang dilapisi dengan aura tenaga dalam tingkat tinggi masuk, dan melesak lurus hingga menembus dada Wisanggeni
Seketika itu pula dia mati, dengan mata melotot tidak percaya. Belum apa apa dia sudah mati, ditangan seorang gadis yang seumuran dengannya
Kalau masalah pengalaman mungkin dia kalah, tapi dalam masalah ilmu mungkin dia seimbang dengan Jenifer. Tapi perkiraannya jelas salah
Jenifer ilmunya jauh lebih tinggi dan banyak dari ilmu Wisanggeni. Cuma saat ini, Jenifer mengalami kesulitan, karena gerakan Wisanggeni yang lincah, dan menguasai medan pertempuran
Dilain pihak Wisanggana juga demikian. Di markasnya sendiri dia lebih mendominasi. Tapi saat adiknya terkena pukulan telak seperti itu. Membuat konsentrasinya menjadi buyar
Saat itulah sambaran petir biru, yang keluar dari tangan Abhicandra mengenainya
Sontak saja tubuhnya terlempar, dan jatuh didekat Reksa, ayah angkatnya itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Edy Nurmala
Mainkan Dragon
2023-03-18
0
Jimmy Avolution
Ayo...
2023-01-21
0
Aliono Yandi
ayo bumi,,pecahkan kepala mereka
2022-12-07
0