bab 17

Rian tidak Tahu jika hidupnya mulai besok akan berubah drastis. dia masih berpikir jika itu hanya undangan peata biasa saja.

ke esokan harinya Rian dan keluarga di jemput dengan mobil Limousine, Rian terkejut saat melihat Mobil yang biasa di pake oleh keluarga kaya tersebut.

dia kemudian bertanya pada sang sopir " maaf pak.., apa bapak tidak salah menjemput orang ?"

sang sopir yang tidak lain adalah Bandi, kaki tangan Naraya tersenyum " Tuan Rian tenang saja , saya yakin, saya tidak salah orang !"

Tari juga sedikit gelisah, pasalnya mereka baru pertama kali naik mobil seperti itu, kalau winda jangan di tanya, dia malah kegirangan saat memasuki mobil tersebut.

Bandi kemudian menekan pedal gas dan mobilpun berjalan meninggalkan tempat tersebut.

...----------------...

" sial !!!" Danil di kamarnya sedang marah - marah gak jelas karena di tolak oleh Ayu semalam.

semalam Danil mengajak Ayu nongkrong, dia kemudian mengutarakan perasaannya pada Ayu, tapi Ayu menolaknya dengan alasan dia itu kakaknya dan Ayu sudah memiliki orang yang dia sukai.

" padahal aku sudah membuat bajingan itu cacad, tapi kenapa Ayu masih mengejarnya !, arghhhhh ...!"

Danil kemudian tersenyum " àtau ..aku bunuh saja bajingan itu ?!, ya..ya.. ya.., kamu memang pintar Danil " dia bicara dan di jawab sendiri.

Danil mulai kehilangan akal sehatnya karena rasa sukanya pada Ayu, padahal Ayu adalah adiknya ,walaupun bukan adik kandungnya sendiri.

Danil kemudian menelpon genk motor yang membuat Rian cacad, dia menyuruh mereka untuk menghabisi Rian.

" aku akan transfer separuh dulu !, sisanya setelah bajingan itu sudah lenyap !" Danil mematikan ponselnya dan tersenyum sinis.

...----------------...

Ayu mengendarai mobilnya menuju Rumah Rian, dia membawa bingkisan karena berencana menjenguk Rian.

tetapi saat dia sampai di rumah Rian rumahnya kosong, dia mengetuk dan memanggil - mangil Tari Rian tidak ada jawaban.

Ayu kemudian pergi ke tetangga Rian ,dia kemudian bertanya pada ibu - ibu yang sedang menjemur pakaian " Bu maaf.. mau nanya , Rian dan Tari pada kemana yah ?"

Ibu itu menjawab " mereka sudah pergi dari pagi nenk, pakaiannya rapi ,mau kondangan kayaknya ".

Ayu mengerutkan keningnya " oh gitu yah bu.. makasih bu infonya."

" iya neng sama - sama "

Ayu kemudian berjalan menuju mobil dengan bermonolog " pergi kemana yah mereka , masa iya kondangan pagi - pagi buta begini !"

Ayu memasuki mobil dan meninggalkan tempat itu, dia harus mengurungkan niatnya untuk mengunjungi Rian hari ini.

...----------------...

sementara Rian dan keluarga sudah sampai di sebuah grand Vila yang begitu besar, halamannya di penuhi tanaman Hias dan beberapa pohon Rindang yang membuat pemandangan Vila tersebut menjadi indah dan sejuk.

Mereka sangat terkejut saat mobil masuk ke halaman Vila tersebut, mereka kemudian turun di sambut beberap pelayan yang sudah berjejer rapi di depan pintu.

Bandi berjalan di depan dan mempersilahkan Rian untuk mengikutinya. saat Rian dan keluarga berjalan di tengah pelayan yang berjejer rapi ,para pelayan seketika membungkuk hormat pada keluarga Rian.

Rian dan Tari tidak tahu harus berbuat apa ,pasalnya ini pengalaman baru buat mereka di perlakukan seperti itu.

saat di depan pintu Rian melihat sosok yang dia kenal " kakek.. jadi anda yang mengundang saya !"

Naraya tersenyum " dia langsung memeluk Rian, selamat datang cucuku !"

Naraya kemudian menatap Tari dan Alveandra ,dia menyentuh pipi Alveandra " Maafkan buyutmu ini yang terlalu lama membuat kalian menderita ." sedikit terlihat wajah yang sendu saat Naraya mengucapkan kalimat tersebut.

Rian ingin bertanya ,atapi Naraya melambaikan tangannya dan menggendong Winda " Sini cicit kakek yang sudah besar , biar kakek gendong !"

Bandi yang melihat itu bergegas menegur dengan cemas " Tuan besar .. jangan terlalu bersemangat , hati - hati !"

" diamlah kau Bandi, tahu apa kamu tentang Rindunya aku dengan mereka !" Naraya menggendong Winda kemudian mengajak Rian dan Tari masuk.

Bandi menunduk " Maaf Tuan besar, sya salah bicara ."

banyak pertanyaan yang ingin di lontarkan Rian, tapi saat memasuki Vila ,pikiran itu menguap begitu saja, dia begitu takjub melihat Vila yang begitu megah dengan dekorasi klasik yang menghiasi setiap sudut ruangan .

Naraya membawa mereka ke meja makan ,karena dia sengaja menjemput mereka pagi - pagi, agar mereka belum sarapan.

Di meja makan sudah tersaji berbagai hidangan yang menggugah selera yang tersusun rapi di atasnya.

Naraya menurunkan Winda di tempat duduk dekatnya " kamu belum makankan sayang ?"

Winda mengangguk .Naraya mengelus puncak kepala Winda dan tersenyum " kalau begitu kita akan makan bersama "

Naraya kemudian duduk, dia melihat Rian dan Tari yang masih berdiri canggung di dekat meja makan " kenapa kalian masih berdiri ?, duduklah kita makan bersama !"

" tapi kek..!" Rian mencoba untuk protes.

tetapi Naraya memotongnya " aku tahu banyak pertanyaan yang ingin kamu tanyakan padaku, kita makan dulu nanati aku jawab semuanya , duduklah !"

Rian dan Tari kemudian duduk , mereka mulai menikmati hidangan yang ada di meja , Winda sangat bersemangat dia memgang dua paha Ayam di kedua tangannya.

Tari yang melihat itu menegur " Winda.. mana sopan santun yang ibu ajarkan !"

Winda menunduk hendak meletakkan paha Ayamnya ,tetapi Naraya membela Winda dengan penuh kasih " Sudahlah.. tidak apa - apa , biarkan dia menikmati makanannya, Ayo sayang makan yang banyak !"

" kalian juga makan yang banyak ,jangan malu - malu anggap rumah sendiri !" Naraya menatap Rian dan Tari yang masih makan dengan canggung.

setelah selesai makan, meja sudah di bersihkan pelayan ,Naraya mulai bercerita tentang masa lalunya dan orang tua Rian.

dia menceritakan semua yang dia tahu ,Dari bangkrutnya perusahaan Aditya grup hingga orang tua Rian yang terbunuh saat menghindari kejaran Rentenir.

" Jadi seperti itu Rian , Kakek minta maaf karena tidak bisa melindungi kalian !" Naraya berkata dengan sendu.

Rian kemudian bertanya " apa kakek tidak salah orang ? "

Naraya menggeleng " aku sudah mengumpulkan data tentang kamu beberapa bulan belakangan, dan semuanya membuktikan jika kamu anak Raina !"

Rian meneteskan air matanya, dia tidak tahu jika dulu orang tuanya pernah berjuang seperti itu.

Tari mengelus punggung suaminya " pih .."

Rian berdiri dengan tongkatnya " apa aku boleh memelukmu kakek "

Naraya berdiri dan menghampiri Rian ,dia langsung memeluk Rian, tangis di ruangan itu pun pecah, tapi bukan tangis kesedihan , melainkan tangis kebahagiaan mereka.

Winda mendekati ibunya dan berkata " ayah kenapa bu ?"

Tari menghapus air matanya " tidak apa - apa sayang " dia mengusap - usap puncak kepala anaknya.

Tari tidak menyangka jika Rian adalah keturunan orang berada , jika orang tua Tari mengetahui itu kususnya ibunya, mungkin dia akan menjilat omongannya sendiri.

Tari hanya bisa berdoa agar setelah ini keluarga kecilnya bisa hidup bahagia ,tanpa ada halangan yang berat seperti dulu lagi.

Terpopuler

Comments

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Lanjuuuutt Thor 😄💪👍👍👍

2023-03-21

0

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Takdir merupakan segalanya, namanya juga kehidupan manusia apapun bisa berubah sepanjang itu kehendak Allah SWT.... Aamiin Ya Rabbal a'laamiin 🙏

2023-03-21

0

re_tacky

re_tacky

definisi sicon + gila akut :v

2022-09-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!