"Turunkan aku!" pinta Daisy.
Sherly acuh tanpa memperdulikan permintaan Daisy, ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi atas perintah Excel.
"Aku bilang turunkan aku!" Kali ini Daisy setengah membentak.
Aroma pewangi mobil membuat perut Daisy bergejolak ingin muntah. Rasa mual yang sudah ia tahan sedari tadi rasanya ingin keluar saat ini. Excel acuh tak menurunkan perintah, membuat Sherly juga terus fokus pada setir kemudinya.
Hueekk ...
Terpaksa Daisy mengeluarkan cairan dalam perutnya di dalam mobil dan lebih parahnya cairan itu mengenai tubuh Excel. Celana dan jas yang digunakan basah, membuat Excel mengeratkan giginya.
"Kamu!" geram Excel.
"Sherly berhenti!" titah Excel.
Setelah mobil berhenti, Daisy berusaha mengeluarkan gejolak dalam perutnya. Tubuhnya sampai gemetar karena tak ada cairan lagi yang keluar. Keringat jagung pun bercucuran, saat ini dia butuh air mineral.
Sementara itu di dalam mobil, Excel merasa jijik langsung melepaskan jas beruntung ia masih mengenakan kemeja dan kaos putih sebagai lapisan dasar. Excel berusaha keras mengelap cairan yang mengenai celana.
"Sepertinya Nona Daisy sedang sakit, Tuan. Lihatlah dia muntah di luar sana," ucap Sherly.
Mata Excel mengedar ke luar, melihat Daisy yang sudah lemas. Ia pun segera turun menghampiri Daisy.
"Minumlah!" Excel menyodorkan sebotol air mineral.
Tanpa pikir panjang Daisy segera meneguk air tersebut, karena ia sangat membutuhkan.
Wajah Daisy terlihat sangat pucat, membuat Excel enggan untuk berdebat dan mempermasalahkan kejadian tadi, mungkin ada benarnya ucapan Sherly jika Daisy sedang sakit.
"Masuk!" titahnya pada Daisy setalah dia merasa membaik.
"Dimana kamu tinggal?"
Tak ada cara lain selain mengatakan yang sejujurnya kepada Excel jika saat ini dia tinggal di rumah pamannya. Di tempat ini Daisy tidak tahu tempat lain selain tempat pamannya, apalagi saat ini Daisy tidak memiliki uang banyak.
Mobil melaju menuju alamat rumah pamannya. Setelah sampai Excel ikut turun bersama Daisy, membuat Daisy menautkan alisnya.
"Mau apa kamu?"
"Aku mau bilang bahwa aku ingin membawa mu pulang ke Indonesia," balasnya.
"Tidak perlu. Aku tidak akan pulang ke Indonesia. Aku ingin menetap sini," ketus Daisy.
Excel terkekeh pelan sambil melewati Daisy yang masih terpatung. "Kamu lupa, kita masih suami istri yang sah. Aku suami mu dan aku berhak atas dirimu saat ini."
Daisy tersenyum sinis, ingin menertawakan hidupnya saat ini yang sangat miris.
"Nona, apakah anda ingin tetap berdiri disini?" Sherly mengagetkan lamunan Daisy.
Tanpa menjawab, Daisy meninggalkan Sherly tanpa mengajaknya untuk masuk kedalam.
Sesampainya di dalam Daisy merasa heran dengan pandangan yang ada, dimana Excel dan pamannya terlihat sangat akrab. Apakah ini adalah tipuan dari Excel untuk mengambil hati pamannya,?
"Daisy, sini!" panggil paman Wien.
Daisy menurut dan duduk di dekat pamannya. Alangkah bahagianya saat pamannya mengetahui bahwa Excel adalah suami dari Daisy.
"Paman tidak tahu jika Tuan Excel ini adalah suami kamu. Menurut paman, ada baiknya jika kamu ikut pulang bersama dengannya. Tidak baik seorang istri kabur-kaburan. Maaf paman bukan mengusir kamu, kamu masih istri sah dari Tuan Excel, Nak."
Daisy tidak percaya dengan ucapan pamannya yang tidak jauh beda dari ayahnya. Mereka mampu menukar kebahagiaan demi harta dan tahta.
"Tidak paman, Daisy tidak mau," tolak Daisy.
"Meskipun paman memang berharap kamu untuk tinggal di sini, tetapi paman tidak berdaya saat suami kamu menjemputmu, Nak. Dia lebih berhak dari pada paman," tegas paman Wien.
Daisy sangat kecewa dan memilih meninggalkan mereka masuk kedalam kamar. Bibi Linlien segera mengejar keponakannya. Dia tahu bagaimana hati Daisy saat ini.
Bibi Linlien menenangkan hati Daisy. Berat memang untuk melepaskan Daisy kembali bersama Excel lagi. Bibi Linlien tahu bagaimana sakitnya Daisy berada dalam penjara istana milik Excel, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Daisy masih istri sah-nya Excel.
"Syi, maafkan Bibi, Sayang. Bibi sangat menyayangi kamu, Bibi juga berharap kamu bisa tinggal disini dan membesarkan anak kamu tetapi ingat Nak, dia suami kamu. Dia berhak sepenuhnya atas kamu."
Daisy mendongak sambil menitihkan air matanya. Mengapa semua orang tak ada satu pun yang mau memihak kepada dirinya saat ini.
"Bi, kenapa Bibi malah mendukung Excel? Excel itu jahat, Bi. Dia tidak mencintaiku! Dia hanya menjadikan aku sebagai jembatannya untuk balas dendam. Bibi tolong jangan katakan itu kepadaku, ku mohon, Bi."
Bibi Linlien memeluk tubuh Daisy. Dia tahu bagaimana perasaan keponakannya, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Bibi yakin, kamu anak yang baik. Kamu bisa meluluhkan kerasnya hati Excel saat ini. Semua butuh kesabaran, Sayang. Teruslah berdoa semoga Tuhan meluluhkan hatinya Excel. Apalagi saat ini ada darah dagingnya yang sedang hidup di dalam rahim mu, Nak. Dia nanti yang akan merubah Excel," pesan bibi Linlien panjang lebar.
"Tapi Bi- "
"Sstt ... Dengar kata bibi, tugas kamu saat ini adalah meluluhkan hati Excel. Sekeras apapun laki-laki dia pasti akan luluh kepada istrinya, apalagi jika dia tau kamu sedang hamil. Jadilah istri yang penurut. Bibi yakin Excel sebenarnya orang yang baik."
Daisy tersenyum tipis. "Bagaimana aku bisa meluluhkan hatinya, sedang aku saja di perlakukan layaknya seorang palayan di rumahnya. Kamarku tak ada bedanya dengan kamar pelayan Bi," isak tangis Daisy pecah saat ia mengingat bagaimana dia diperlakukan di rumah Excel. Bahkan masih teringat dengan jelas saat Daisy dikurung di dalam gudang satu hari tanpa di beri makan.
Bibi Linlien memeluk Daisy untuk meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Satu jam lamanya Excel sabar menunggu Daisy. Mau tidak mau hari ini dia akan membawa Daisy pulang ke Indonesia.
"Tuan, Excel maaf harus menunggu lama. Tolong di maklumi saja ya." Paman Wien sudah merasa tidak enak karena Daisy yang lama.
"Tidak apa-apa, saya bisa memakluminya. Dia memang seperti itu, super lelet dalam mengerjakan sesuatu," balas Excel.
Tak berapa lama Daisy sudah keluar bersama dengan bibi Linlien. Atas bujukan dan nasehat bibi Linlien akhirnya Daisy mau pulang ke Indonesia, namun dia mengajukan syarat terlebih dahulu. Daisy yakin jika Excel tidak akan mau untuk menyanggupi permintaan Daisy.
"Maaf Tuan Excel, anda harus lama menunggu Daisy," ucap bibi Linlien.
"Tidak apa-apa, Bibi. Saya mengerti," balas Excel.
"Tapi ... Sebelum itu ada permintaan dari Daisy, jika anda setuju maka dia akan ikut anda pulang ke Indonesia, tetapi jika anda tidak setuju, maka dengan berat hati saya juga tidak mengijinkan Daisy pulang bersama anda."
Mata Wien membulat lebar saat istrinya sudah lancang berani mengajukan permintaan kepada Excel.
"Tidak masalah, katakan saja," jawab Excel santai.
.
.
.
.
🌹 Bersambung 🌹
Hayo ... mana jejaknya 🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
beby
kayakanya daisy ini sysi yg dicari excel
2022-12-08
0
Sheng
arggghh aku murka anjayy, berpihak nya ama tuh singa
2022-07-06
2
Wirda Lubis
Daisy semoga dapat kebahagiaan
2022-06-05
2