Gamya melepas tangan Cindekia setelah yakin wanita itu tidak akan berani menggamparnya, dia tersenyum puas menatap Cindekia. Kali ini aku melepaskanmu, tidak untuk lain kali. Batin Gamya.
Cindekia muak melihat senyum yang diberikan Gamya kepadanya. Pria itu terlalu sadis membalas perbuatannya. Ia merutuki kebodohannya, mengapa sebelum tanda tangan kontrak, dia lupa menambahkan aturan Gamya juga tidak boleh melakukan kontak fisik kepadanya? ini tidak adil.
Aaakkk!! apa boleh Aku menendangnya?... tidak.. tidak.. orang ini akan membalasnya dengan lebih gila lagi. Apa aku membiarkannya begitu saja berbuat semena mena? itu tidak boleh, orang jahat sepertinya harus diberi pelajaran. Cindekia bermonolog, dia meremas jemarinya dengan penuh emosi.
"Dia pasti sedang berhalusinasi mematahkan leherku," gumam Gamya dalam hati, dia mengulum tawanya melihat Cindekia yang fokus dengan sesuatu yang tak terlihat di tangannya.
Setelah dua jam perjalanan, mereka tiba di restoran tujuan, Pak Isman membuka pintu Gamya setelah memakirkan mobil. Gamya turun dari mobilnya dan segera berjalan membukakan pintu untuk Cindekia.
Cindekia masih belum selesai dengan halusinasinya mematahkan leher Gamya. Ia tersadar setelah Gamya menjentikkan jarinya di depan matanya.
Cindekia turun dan berjalan menuju pintu masuk restoran, dan mengabaikan Gamya.
"Hey kau marah kepadaku?" Gamya berjalan beriringan dengan Cindekia.
"Menurut Bapak?" Cindekia menoleh ke arah Gamya dengan mata berkaca kaca.
"Aku hanya membalasmu, bukan kah kau yang lebih dahulu melakukan kontak fisik?" Gamya membela diri. Dia tidak bermaksud melecehkan Cindekia, karena berpikir gadis itu sudah terbiasa dengan hubungan fisik.
"Saya tahu saya salah, tapi Bapak kan bisa balas memukul saya, kenapa Bapak mencium kening saya?"
Gamya sontak terkejut, dia lebih memilih dipukul daripada aku menciumnya? dia benar-benar...
"Aku minta maaf.... " ucap Gamya melunakan suaranya dan terdengar tulus dari hati yang paling dalam, dia berjalan mendahului Cindekia. Dia tidak akan mencium sembarangan wanita, Ia mencium Cindekia karena wanita itu adalah Cindekia. Wanita yang pernah ingin dinikahinya pada pandangan pertama.
Cindekia menatap punggung Gamya yang berjalan menjauh ke depan. "Dia minta maaf?" gumannya.
Mengapa permintaan maafnya membuatku jadi merasa bersalah?
****
Rombongan Dyan dan teman-temannya sampai di restoran dan disambut oleh pelayanan restoran. Mereka langsung dibawa menuju ruang vip.
Gamya memasang senyum bersahabat di wajahnya menyambut para dosen muda tersebut. "Selamat siang Bapak dan Ibu dosen, terima kasih sudah mengijinkan kami berdua ikut bergabung dalam acara makan bersama tim Bapak Ibu," ucap Gamya berbasa basi.
Ketiga teman Dyan terkesima dengan kerendahan hati atasannya Cindekia. Tidak hanya wajah yang rupawan ternyata pria itu juga memiliki hati yang rupawan.
Cindekia yang tadinya dilanda kegalauan, tersenyum melihat ekspresi kagum yang dipancarkan teman temannya Dyan. Ia telah terbiasa dengan Gamya yang bersikap seperti itu kepada mitra dan calon mitranya.
Cindekia memilih duduk di sebelah kiri Sandra, Gamya kalah cepat dari Dyan. Ia terlebih dahulu duduk di sebelah kiri Cindekia.
Pelayan restoran datang menghidangkan hidangan pembuka, lima potong gorengan berbahan dasar udang giling berbentuk lonjong ukuran kecil yang dilumuri mayonaise.
"Selamat menikmati, Bapak Ibu telah bekerja keras untuk mencetak generasi bangsa berpotensi tinggi, Saya sangat senang bisa menjamu teman temannya Kia, semua menu dipilih oleh Kia," ucap Gamya.
"Terima kasih Pak Gamya, sepertinya Nona Kia bukan karyawan biasa di perusahaan Bapak," Jamaluddin mulai menyantap hidangan di depannya.
Gamya membalas komentar Jamaluddin dengan senyuman penuh arti. "Benar, dia adalah karyawan spesial,"
"Kia, kau selalu ingat dengan cemilan kesukaanku ya, terima kasih," Dyan menatap Cindekia dengan tatapan mengagumi, Ia menyusul Jamaluddin menyantap hidangan.
Cindekia tersenyum tersipu malu. "Tentu saja, karena enak. Jadi kupikir semua juga suka."
Sandra dan Harshil yang merasakan aura ketegangan antara Gamya dan Dyan hanya dapat hening menikmati hidangan pembuka hingga hidangan penutup.
"Saya dengar perusahaan Pak Gamya bergerak di bidang distribusi... apakah perusahaan Bapak juga menjalin kerjasama sama dengan universitas?" tanya Jamaluddin mencairkan suasana.
"Ya, tetapi tentu saja kami memilih universitas dengan hati hati agar tidak merusak citra perusahaan," Gamya melirik Cindekia, "saya menyerahkannya kepada sekertaris saya, tetapi sepertinya profil kampus Bapak tidak sampai kepada saya,"
Cindekia yang jabatannya disebut, dibuat tertegun, orang ini memang ya... ahli dalam berkata pedas... dia terang terangan mengatakan kerja sama dengan kampusnya Dyan akan merusak citra perusahaannya.
Apa boleh aku menarik kembali pujianku untuk orang ini? Guman Sandra dalam hati.
Jamaluddin menjadikan sindiran halus Gamya sebagai bahan untuk diangkat ke dalam forum rapat mutu kampus. Ia tetap semangat menyantap hidangan utama yang disajikan pelayan restoran.
Acara jamuan makan siang tersebut berlangsung dengan damai.
Cindekia yang masih belum memaafkan Gamya duduk diam dan jaga jarak di sebelah Gamya. Mereka kembali pulang menempuh perjalanan selama dua jam.
Gamya tersenyum simpul menatap Cindekia yang tertidur di sebelahnya. Ada dua hal yang membuat Cindekia cepat tertidur, yaitu kelaparan dan kekenyangan. Ia tentu tidak akan melewatkan untuk mengabadikan momen Cindekia yang tertidur pulas.
Cindekia terbangun saat mobil yang mereka tumpangi hampir sampai di rumah kontrakannya, "eh.. sudah sampai"
"Tidurmu nyenyak?" tanya Gamya,
"Iya," Cindekia menyapu area mulutnya, kali aja ada ilernya, "sampai jumpa besok, Pak," ucap Cindekia yang nyawanya belum terkumpul semua.
Ia membuka pintu dan turun dari mobil setelah mereka tiba di depan kontrakannya. Pak Isman membantu menurunkan barang bawaan Cindekia dari bagasi.
Setelah mobil Gamya menghilang dari pandangannya, Cindekia mendapat pesan masuk di ponselnya. Gamya mengirimnya pesan dan foto.
Mata Cindekia terbelalak kaget melihat layar ponselnya, para nyawanya yang masih nyangkut entah dimana bergegas pulang, seluruh nyawa Cindekia berkumpul menyaksikan foto dirinya yang tengah tertidur pulas dengan mulut yang sedikit tenganga.
Cindekia terpaku membaca balasan terakhir dari Gamya, dia gila! memangnya kita memiliki keturunan yang sama?
Cindekia menggaruk kepalanya frustasi, "Cindekia!! mengapa kau bisa tertidur di sebelah iblis?!" teriaknya.
"Mama takut...." terdengar suara anak kecil tak jauh dari Cindekia, anak dari salah satu penghuni rumah kontrakan. Ia terlihat ketakutan dengan Cindekia yang tengah berteriak.
Ibu si anak memeluk anaknya erat. "Ayo Nak, cepat masuk! tante itu kesurupan. Sudah Mama bilang kan? klo mau Magrib jangan keluyuran!" Ibu itu bergegas membuka pintu pagar kontrakan dan menuju rumahnya meninggalkan Cindekia yang masih berdiri dipinggir jalan depan kontrakan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
raema
🤣🤣🤣
2024-10-10
0
نور✨
dikira kesurupan 🤣🤣🤣🤣
2022-05-30
1
نور✨
keren ceritanya 👍.... Kia dan Gamya lucu gemesss
2022-05-30
1