Setelah mengantar pulang Cindekia dengan selamat sampai di rumahnya, Gamya menjalankan mobilnya menuju rumahnya. dia sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kemarahan Ganeeta.
Gamya mendapati rumahnya sepi, tidak ada tanda tanda Ganeeta ada di rumah. Dia belum pulang? Batin Gamya.
Dia pun berjalan menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.
"Aaakk!!" teriak Gamya kesakitan
Belum sempat Ia membuka pintu kamarnya, Ganeeta telah lebih dahulu menjambak rambutnya dan naik ke punggungnya. Kedua kaki Ganeet melingkari pinggangnya, dan lengan kiri melingari bahunya. Tangan kanan Ganeeta menarik rambutnya.
Dan adu kekuatan antara kakak dan adik itu berlangsung selama sepuluh menit. Setelah kehabisan tenaga, keduanya duduk di sofa. Gamya menyumbat hidungnya dengan tissue, Ganeeta merapikan rambut kebanggaanya.
"Tunanganmu beruntung tidak jadi menikah dengan wanita sepertimu," ujar Gamya bernada sarkasme memulai pembicaraan.
"Adikku Sayang, kau begitu mencintai kakakmu sehingga ingin menjadi pasangan palsuku seumur hidup," balas Ganeeta bernada satire.
Gamya tidak menanggapi sindiran Ganeeta. "Kembali lah!" Dia memasang wajah datar.
Ganeeta sudah cukup bermuka tebal, Gamya selalu mengusirnya. Dia bukannya tidak memiliki uang untuk memiliki rumah sendiri, Dia hanya tidak ingin tinggal sendiri. "Mengapa kau selalu menyuruhku pulang? Apa papa yang meminta mu?"
"Ya,"
Ganeeta tersenyum menyeringai tidak percaya. "Sejak kapan kau menjadi anak yang berbakti?"
Gamya balas tersenyum simpul. "Sejak orang tua itu berkata akan memberikanku warisan."
Ganeeta kehabisan kata kata mendengar kejujuran Gamya. Dia berdiri dan bersiap ingin menghajar Gamya sekali lagi. Tetapi Ia urungkan niatnya. "Aku tidak ingin melakukan pernikahan bisnis," lirih Ganeeta kemudian.
Gamya berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Ganeeta. "Kembali dan menikahlah. Cobalah bertahan selama setahun."
"Kalau aku tidak mau? Kau juga tidak punya kekasih," kata Ganeeta menantang Gamya, dan menghempaskan tubuhnya kembali duduk di sofa. Gamya tidak bisa memaksanya.
Gamya menghentikan langkahnya dan menyeringai. "Siapa bilang aku tidak punya?"
"Hahaha, Kau bercanda ya? Sejak kapan?"
"Barusan saja."
Ganeeta tersenyum mencemooh. "Aku tidak percaya ada wanita yang mau denganmu setelah mengetahui kau adalah oria kejam yang memiliki tempramen buruk. Sekertarismu saja tidak sama sekali tertarik denganmu tuh!" Ganeeta menatap Gamya dari atas hingga ke bawah.
Dilihat sekilas pasti banyak wanita yang akan tergila gila dengannya, tetapi siapa yang akan tahan dengannya setelah melihat sifat aslinya. Batin Ganeeta.
"Baik, aku akan kembali dan menikah jika kau benar benar telah memiliki kekasih yang mencintaimu dengan tulus."
"Aku harap kau tidak menarik kembali kata katamu." Gamya menyeringai.
"Tapi, Jika tidak. Kau yang akan kembali menjadi anak oapa dan menikah,"
".... "
"Kenapa? Kau tidak berani menerima tantanganku?"
"Setuju."
Kedua belah pihak yakin dengan apa yang mereka yakini saat ini. Ganeeta yakin bahwa Gamya tidak akan mendapatkan kekasih dalam waktu dekat. Sementara Gamya yakin bisa membuat Cendekia menjadi bagian dalam permainan taruhan mereka. Hidup penuh dengan kepalsuan dan kepura-puraan.
****
Candika berbaring di tempat tidurnya, setelah selesai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian. Ia mengingat kembali kejadian aneh yang baru saja di alaminya.
"Bagaimana bisa kami berakting senatural itu?" gumamnya tidak percaya. Padahal tidak ada persiapan sebelumnya.
Cindekia sadar Gamya tengah memanfaatkan dirinya untuk dapat berbincang ringan dengan pemilik perusahaan Kosmetik. Ia pun demikian, saat teman temannya SMA nya menatapnya tidak percaya dirinya bisa berteman dekat dengan orang seperti Gamya, Cindekia tidak tahan untuk membuat mereka semakin panas dan penasaran. Ia pun mengikuti sandiwara Gamya.
Tetapi, kebetulan sekali kami memakai baju warna yang hampir sama. Batin Cindekia.
Dia tertawa, lalu kemudian terdiam dan bermuram durja. Dirinya sudah dipecat.
Satu satunya sahabat yang bisa dihubunginya adalah Lindri sahabatnya. Dia tidak menelepon orang tuanya di kampung. Jika orangtuanya tahu putrinya menjadi pengangguran di kota, orang tuanya akan memaksanya pulang kampung. Sejak tamat SMP, Cindekia melanjutkan SMA nya di kota mengikuti pamannya.
Cindekia mengambil ponselnya, Ia mengaktifkan mode hening ponselnya sejak tadi pagi. Ternyata Ia telah menerima banyak pesan masuk. Salah satu diantaranya pesan dari Dyan.
Dyan?
Cindekia membelalakan matanya, seluruh nyawanya terkumpul membaca pesan masuk dari Dyan. Bagaimana dia tahu?
Apa dia akan cemburu seperti biasanya? Batin Cindekia. Mereka adalah teman kuliah, Dyan yang dikenal Cindekia selama kuliah menjadi teman dekatnya yang selalu membantunya dan cinderung posesif kepadanya. Hubungan mereka menjadi sedikit renggang setelah tamat kuliah dan sibuk dengan karir masing-masing. Dyan melanjutkan studinya dan kini menjadi seorang dosen.
< Dyan: 😊>
Cindekia melotot tidak percaya membaca pesan terakhir dari Dyan. "Apa?! Dia tersenyum?!" seru Cindekia.
Senyum yang bermakna ganda. Batin Cindekia.
Cindekia kembali mengetik pesan kepada Dyan. Ia harus segera mengklarifikasinya.
Ada makna tersirat di dalamnya. Batin Cindekia menganalisis dari kalimat yang dikirim Dyan.
Cindekia meneggigit jempolnya harap harap cemas menunggu balasan dari Dyan. Dia menyukai orang lain?
Sembari menunggu balasan dari Dyan, Cindekia membuka group chat teman SMA nya. Isinya dipenuhi dengan pembicaraan mengenai dirinya. Cindekia segera mengirim pesan klarifikasi di group chat tersebut.
Setelah memberikan klarifikasinya Cindekia tidak memperdulikan tanggapan dari teman teman SMA nya. Ia menghubungi Lindri, seseorang yang dapat membantu nya kaluar dari garis kemiskinan.
< Cindekia: Lin lin my love my honey my bunny my soul temanmu ini sudah resmi jadi pengangguran >
< Lindri : Boo, serius? Kejam parah itu boss. >
< Lindri : Keluarkan senjata pamungkas. Kalau gagal, Kau bisa kerja di tempatku >
< Cindekia : Kalau gagal, doakan temanmu ini bisa keluar hidup hidup >
< Lindri : Ok, fighting! >
Hingga larut malam, Dyan tidak lagi membalas pesan Cindekia yang terakhir. Cindekia tidak pernah menelepon Dyan karena takut pria tersebut sedang sibuk dan tidak ingin mengganggunya.
Pria itu selalu saja sibuk bekerja, komunikasi mereka yang semakin jarang tidak melunturkan perasaan Cindekia kepada Dyan.
Cindekia melihat layar ponselnya sekali lagi sebelum memutuskan untuk tidur, tetap tidak ada balasan dari Dyan. Ia menghela napas dan memutuskan untuk tidur.
Tidak berapa lama setelah Cindekia tertidur lelap masuk ke alam mimpi, ponsel Cindekia berbunyi tanda pesan masuk.
< Dyan : Minggu besok ada acara? Kalau tidak ada, Aku jemput ya >
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Andi
Aku mampir kak yg dari ig kak Sus. baru baca sampe sini eh kelupaan likenya malah terus baca. mau puter balik capek
2022-09-20
1
Nhia Nhuer
mkin tdk sabar ja nunggu d up lg
2022-04-23
1
Ahmad dae Rhobi
lanjut thor semangat 💪
2022-04-23
1