Cindekia masih merasakan seluruh tubuhnya terasa lemas dan keringat dingin saat tersadar. Meski belum sepenuhnya sadar, dia dapat melihat Gamya sedang menggendongnya. Cindekia memutuskan kembali menutup matanya dan tiduran hingga tertidur benaran di mobilnya Gamya.
"Saya tidak tahu obat apa yang diminumnya!"
Suara teriakan Gamya kembali membangunkan Cindekia, dia membuka matanya dan menyadari dirinya tengah terbaring di sebuah ruangan yang serba putih.
Gamya melihat Cindekia membuka mata. "Dia sudah sadar, Dokter bisa tanya langsung."
Pria berpakaian setelan berwarna biru yang tadi mengintrogasi Gamya menoleh ke arah Cindekia, "Anda sudah sadar? Apa yang Anda rasakan?"
Cindekia melihat ke arah Gamya, Dokter yang peka mempersilahkan Gamya keluar dari tirai bilik pemeriksaan.
Selang beberapa menit, dokter keluar dari bilik pemeriksaan. Dan perawat yang menemaninya membuka tirai bilik pemeriksaan.
"Ibu Cindekia baik baik saja, lima belas menit lagi sudah bisa pulang." Dokter jaga itu memberi penjelasan kepada Gamya.
"Dia pingsan lebih dari 10 menit, saya ingin dilakukan pemeriksaan CT scan, kepalanya terbentur... tidak, lakukan MRI scan, mungkin otaknya juga perlu diperiksa!"
Mendengar penuturan Gamya yang terlalu berlebihan, dokter itu mengalami de javu.
"Ibu Cindekia pingsan karena stress yang berlebihan, kelelahan, dan juga kekurangan asupan makanan," ucap dokter jaga, "CT scan tidak disarankan jika tidak mengalami gejala yang mengharuskan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut...dijaga kondisinya jangan sampai stress, saya permisi."
"Terima kasih." Gamya mempersilahkan dokter jaga itu pergi, "stress?" Gamya melihat ke arah Cindekia yang masih berbaring dengan tatapan tidak percaya.
Dia stress?
Cindekia mengangguk. "Benar, Bapak membuat saya stress."
Gamya duduk di kursi sebelah tempat tidur Cindekia. "Pekerjaan sekertaris tidak cocok untukmu."
Bukan saya yang tidak cocok, Bapak yang semena mena. Sekretaris Bapak sebelumnya memilih mengundurkan diri tuh!
"Sepertinya begitu, apa Bapak bisa memindahkan saya pindah ke departemen lain saja?" Cindekia sangat berharap di pindahkan ke departemen lain yang lebih santai kerjanya.
"Tidak." Gamya langsung menjawab dengan tegas, "karyawan lamban sepertimu, akan mengelami stress dimana pun."
Lamban? Benar, sepertinya aku harus belajar karate agar bisa mematahkan mulutnya.
"Ya terserah Bapak saja deh, dokter bilang saya tidak boleh stress." Cindekia berharap hasil diagnosa dokter membuat Gamya tidak lagi memaksanya kerja rodi.
Gamya mengangguk mengerti. "Karena sekarang aku terikat kontrak kerja sama dengan mu, aku akan bermurah hati kepadamu."
Cindekia menatap Gamya tidak percaya, ternyata orang ini memiliki sisi baik.
"Mulai sekarang aku akan menjadi mentor mu."
"Men-tor?"
Tiba-tiba Aku mendapatkan firasat buruk, batin Cindekia tidak setuju Gamya akan jadi mentornya.
Gamya mengangguk. "Kau ingin makan apa? Aku akan membelikannya...bagaimana bisa kau sampai kekurangan asupan makan, apa karena kau sadar diri telah makan gaji buta hingga tidak ingin menggunakan uang yang Kau terima untuk membeli makanan."
Apa? gaji buta? Sabar....
"Saya ingin makan rendang bebek, tambunsu, gulai gajebo, tunjang, dendeng balado."
"Aku tidak tahu makanan apa yang kausebutkan, kau memintaku memilih salah satu?"
"Tidak Pak, saya ingin makan semuanya." Cindekia bangun dan turun dari tempat tidurnya, "ayo Pak, saya udah sehat dan bisa jalan, kita pergi ke warung nasi kapau."
"Nasi Kapau?" tanya Gamya bingung mengikuti Cindekia yang berjalan menuju pintu keluar.
"Iya warung masakan minang,"
"Nasi padang?" Gamya mengambil ponselnya dan menghubungi pak Isman untuk menjemput mereka di depan IGD.
"Eh bukan Pak, beda, nasi kapau dari Bukittinggi."
"Oh."
Mereka berdua segera masuk ke mobil begitu pak Isman tiba di depan IGD. Mobil tersebut membawa mereka menuju kediaman Gamya.
"Mengapa kita jadi nyasar ke sini Pak Isman? Bapak tidak mengikuti google map Nasi Kapau?"
"Saya mengikuti perintah Bapak."
"Ba-pak?" Cindekia menoleh ragu ke arah Gamya yang duduk di sebelah kanannya.
"Turun!" Gamya memberi titahnya sebelum Ia keluar dari mobilnya.
Mau tidak mau, Cindekia ikut turun dari mobil Gamya. "Kenapa kita ke sini Pak? tidak jadi makan nasi kapau?"
"Nona Kia, Anda baru saja mengalami stress yang berlebihan, stress dapat meningkatkan kolesterol, dan Anda ingin makan di warung nasi padang yang penuh dengan makanan tinggi kolesterol, Anda akan mati setelah makan dari sana."
"Apa? mati?! mengapa saya bisa mati?" Cindekia bertanya histeris, "tapi Pak, nasi kapau bukan nasi padang, nasi kapau yang masak orang kapau, nasi padang yang masak orang padang."
"Sama saja." Gamya tidak memperdulikan perbedaan yang dimaksudkan Cindekia, "kau harus makan makanan sehat yang dapat menurunkan kolesterol."
Cindekia mengikuti Gamya menuju pintu masuk rumahnya. "Tapi Pak, ini rumah siapa?"
"Rumah Saya." Gamya membuka pintu rumahnya , "masuklah!"
Cindekia terdiam di depan pintu masuk, mengapa jadi ke rumahnya?
"Kau tidak masuk?... Aku tidak akan memangsamu."
"Mangapa kita ke rumah Bapak?" Cindekia ragu untuk melangkah masuk ke dalam rumah seorang pria yang diketahui berstatus single.
Mereka tinggal di Indonesia, salah salah bisa digrebek satpol pp.
"Aku sudah bilang akan bermurah hati kepadamu, jadi aku akan memasak untukmu."
"Memasak? Bapak nggak balik ke kantor? jam sepuluh nanti ada rapat loh Pak."
"Aku sudah membatalkannya, cepat masuk! jangan membuang waktuku dengan tetap berdiri di situ!" bentak Gamya.
Kan Bapak sendiri yang membuang waktu Bapak? makan di warung nasi kapau saja sudah!
***
Cindekia duduk di bangku meja dapur menikmati kudapan popcorn. Dia menonton Gamya yang tengah memasak di depannya.
"Bapak betul tidak butuh bantuan saya?"
"hmm... "
"Ok." Cindekia lanjut memakan popcorn nya.
Gamya memasak ikan tauco dan cah brokoli. Makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol.
Cindekia menatap kagum dua jenis masakan yang terhidang di atas meja. "Terima kasih makanannya." Tanpa basa basi lagi Cindekia memindahkan ikan tauco dan cah brokoli ke atas piring nasi nya.
"hmm.. delizioso!" seru Cindekia,
Gamya biasa saja mendapat pujian, Ia sudah terbiasa mendapatkan pujian. "Makanan nasi kapau yang jau sebutkan tadi, aku baru pertama kali mendengarnya, tabunsu?"
"Tambunsu, oh itu usus sapi."
"U-sus?"
"Iya, Bapak tidak pernah makan usus? Bapak tidak suka jeroan?"
"Kau makan jeroan?"
"Ya, Bapak belum pernah makan jeroan?"
Gamya menggeleng, dia tidak makan makanan yang seperti itu.
"Hmm, karena Bapak sudah memasak untuk saya, lain kali saya traktir Bapak makan soto paru, dijamin nagih... Saya tahu warung soto Medan yang enak."
"Tidak perlu, kau cuci saja piring setelah makan."
"Baik," Cindekia menatap Gamya, ternyata dia tidak selalu kejam, Ia benar memperhatikan bawahannya sampe rela pulang demi masak.
"Kenapa kau terus melihatku?... jangan terus melihatku."
"Saya tidak melihat, saya sedang berpikir, memangnya kenapa kalau saya melihat Bapak lebih dari lima detik?"
"Kau jangan menyukaiku," ucap Gamya percaya diri.
"Hah? itu tidak mungkin terjadi. saya menyukai_"
Perkataan Cindekia tertenti karena Gamya tiba-tiba mendekatkan dirinya, bibir mereka hampir bersentuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Hulapao
yaampun sampe sakit si cendekia :(
2022-09-20
1
Ahmad dae Rhobi
semoga selanjutnya kia membuka hati buat gamya ceritanya menarik lanjut thor semangat 💪
2022-04-30
1
Nhia Nhuer
berharap bngt bab brikutnya gamya sdh baik trus ke kia,jgn kejam pada kia,
2022-04-29
1