Cindekia menghampiri Dyan. "Kau keren loh," ujarnya mengacungkan jempol.
Dyan tersenyum senang. "Di mana Boss mu?" Dyan melihat ke sekeliling, Ia tidak melihat batang hidung Gamya.
"Oh dia lagi nunggu di mobil, he..he..ngadem mungkin.."
Dyan tersenyum mendengar jawaban Cindekia, "Kia perkenalkan teman temanku..., ini Harshil"
Seorang pria berperawakan tinggi besar menghampiri Cindekia, "Hallo, Harshil.."
"Hallo, saya Kia, Bapak dosen juga?"
Yang ditanya tersenyum ramah memperlihatkan susanan giginya yang rapi. "Iya..sama dengan Dyan."
"Yang paling ganteng ini Jamaluddin..," Dyan memperkenalkan temannya bertubuh besar bertampang sangar.
"Hallo, saya Kia. " ucap Cindekia memperkenalkan diri.
"Hallo.. "
"Jadi cuman 4 orang ya?" tanya Cindekia.
"Iya kita cuman berempat, yang paling cantik cuman Aku doang. he.. he.." ujar Sandra.
"Dosen semua?.. masih muda muda ya...." ujar Cindekia kagum.
"Kia Ikut di mobil kami? masih muat bertiga di kursi tengah," Harshil mengajak Cindekia pergi bersama.
"Kia pergi bareng Boss nya dong, " ucap Sandra.
"Oh cowok keren yang datang bersama Kia tadi ya..." ucap Jamaluddin.
Dyan berjalan mendekati Cindekia. "Kia ikut bersama kami saja ya," pinta Dyan.
"Kami sediakan kursi khusus untuk Pak Dyan dan Kia," ucap Harshil menggoda Dyan dan Cindekia. Ia mengerti Dyan menyukai Cindekia dan demikian pula dengan Cindekia.
"Ha.. ha.. terima kasih, tapi aku jadi tidak enak dengan Boss, terlebih dia udah mensponsori acara makan bersama tim Bapak dan Ibu dosen,"
"Yang benar?!" kekaguman Sandra kepada Gamya meningkat.
"Iya," Cindekia tersenyum sumringah
"Kalau begitu ayo berangkat!" seru Jamaluddin bersemangat menuju mobil mereka. Ia duduk di bangku kemudi dan menghidupkan mesin mobil.
"Ha.. ha.. pak Jamaluddin sudah lapar, kalau begitu sampai ketemu lagi di restoran, Kia," ucap Sandra.
"Iya, sampai ketemu di sana," ucap Cindekia meninggal kan Dyan dan rombongannya.
Selepas kepergian Cindekia, Harshil menyiku lengan Dyan. "Tunggu apa lagi bro? cantik, keburu diambil orang."
Dyan tersenyum menggaruk kepalanya yang agak gatal sedikit. "Secepatnya,"
"Umur berapa sih? Pak Dyan sukanya dengan daun muda ya," tanya Sandra.
Dyan tertawa mendengar pertanyaan Sandra, temannya itu juga sempat mengira Cindekia adalah mahasiswanya, "26 tahun,"
"Hah? Seumuran kita juga dong. Kami kira masih usia belasan..."
tin.. tin...
Jamaluddin menjulurkan kepalanya keluar jendela mobil, "woi!! Jadi pergi makan tidak?" tanya Jamaluddin
"Sabar Bang Jamal... ha.. ha. "
Mereka bertiga segera masuk ke mobil, dan menyusul mobil Gamya yang telah pergi terlebih dahulu.
Sementara itu di mobilnya Gamya, Cindekia tengah berkirim pesan dengan Dyan. Ia harus memastikan apakah teman-temannya Dyan memiliki alergi terhadap makanan tertentu atau tidak.
Gamya menyandar ke bahu Cindekia, Ia melihat layar ponsel Cindekia, ada nama Dyan tertera di sana. "Apa kau yakin orang itu menyukaimu?" tanya Gamya.
Cindekia membiarkan Gamya bersandar di bahunya karena Ia berpikir mereka sedang bersandiwara di depan pak Isman.
"Jika dia tidak menyukaiku, aku akan membuatnya menyukaiku," ujar Cindekia mantap penuh percaya diri.
Gamya tersenyum simpul mendengar jawaban Cindekia, Harum... dia menggunakan Parfum ini, ingin menggoda pria itu, Gamya mengendus endus ceruk leher Cindekia.
Gamya terlalu dekat dengan Cindekia, membuat tubuh wanita itu menjadi kaku, aliran darahnya tidak mengalir secara normal karena jantungnya mengalami gangguan. Cindekia berpikir Ia tidak mampu lagi menahan jantungnya yang berdetak sangat cepat ingin meledak jika Gamya terus menempel kepadanya.
Cindekia mengetik pesan di layar ponselnya untuk diperlihatkan kepada Gamya. Gamya membaca pesan dari Cindekia untuknya, Ia menyeringai. Cindekia mengetik pesan itu di kolom pesan Dyan.
send.. Gamya menekan tombol kirim, kemudian menggeser duduknya menjauhi Cindekia dan mengulum tawa.
"Aaakk!!" Cindekia berteriak kaget menyadari pesan yang diketiknya untuk Gamya terkirim kepada Dyan, dan lebih terkejut dan berkeringat dingin ketika melihat tanda Dyan telah membaca pesannya.
Di sisi lain, Dyan mengepalkan tangannya membaca pesan dari Cindekia. Dadanya bergemuruh hebat. Ia harus segera memisahkan kedua sejoli itu. Dia tidak akan membiarkan Gamya menggagalkan rencananya.
Cindekia bernapas lega karena Dyan percaya dengan kebohongan yang dia buat, dia tidak tahu jika di seberang sana Dyan tidak dapat bernapas dengan tenang membiarkan Cindekia berduaan dengan Gamya.
Ia menatap kesal ke arah Gamya yang sedang tersenyum licik melihat ke arah jendela, orang ini yang menekan tombol kirim, keterlaluan.
Cindekia mengayunkan tangannya ke atas, dia bersiap ingin membalas perbuatan Gamya.
"Kau mau apa?" tanya Gamya. Cindekia tidak mungkin akan menamparnya di depan pak Isman, kan?
Cindekia mendaratkan kedua telapak tengannya di atas kepala Gamya, menyelipkan rambut Gamya di sela sela jari jemarinya, alih alih Ia ingin menjambak rambut pria keren itu.
Kau kesal jika aku melakukan kontak fisik kepadamu, kan? Hah! Aku melakukannya sekarang, kau tidak bisa membentakku di depan pak Isman, Pikir Cindekia.
Ia tersenyum penuh kemenangan bisa membalas perbuatan Gamya. Cindekia membulatkan matanya yang sudah bulat menjadi semakin bulat, pria itu tidak berkutik.
Cindekia melepaskan tangannya setelah merasa cukup puas dengan balas dendamnya. Ia berpikir Gamya tidak akan mengulangi perbuatan yang dapat merugikannya lagi.
Ia tidak ingin kontrak kerja sama sialan itu merusak hubungannya dengan Dyan. Andai dirinya memiliki uang 100 juta, dia tidak akan terikat kontrak dengan Gamya.
Di sisi lain, Gamya kesal karena Cindekia tidak mengindahkan aturannya, wanita itu bahkan berani menyentuh bagian kepalanya. Tidak semua bagian tubuhnya terlarang untuk disentuh gadis itu.
Gamya menangkap kedua tangan Cindekia yang tadi memporak-porandakan kepalanya, dia mencondongkan badannya mendekati Cindekia.
Cup..
Gamya mengecup kening Cindekia sekilas, membuat tubuh wanita itu menegang. Ia ingin spontan langsung menggampar Gamya, namun Gamya memegang erat kedua tangannya. Ia memiliki tenaga yang jauh lebih besar daripada Cindekia.
"Sayang... aku sudah bilang jangan menyentuhku sembarangan, kan?" Gamya kembali mengecup lembut kening Cindekia, "jika kau ingin kita melakukan itu, bersabarlah sebentar lagi. Selesai menjamu temanmu, kita ke hotel," bisik Gamya di telinga Cindekia.
Pak Isman yang sedang mengemudi berpura-pura tidak melihat perbuatan dan mendengar perkataan Gamya.
Sementara Cindekia terdiam membisu menahan amarah, dia baru saja mendapatkan pelecehan secara fisik dan verbal. Meskipun Gamya hanya mencium keningnya, bagi Cindekia itu juga merupakan ciuman pertamanya. Dia memimpikan ciuman itu dihari pernikahannya dengan Dyan, tetapi dengan jahatnya Gamya menghancurkan impiannya.
Melakukan itu? di kamar hotel? dasar iblis! dia gila sengaja berkata seperti itu di depan pak Isman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Hulapao
cukup agresif ya gamya 🤣
2022-09-26
2
Hulapao
hehe pede amat kamu sandra 🤣
2022-09-26
1
Fitri Yani
ya ampun pipi qu kram senyum2 mlu😂😂😂😂
2022-08-22
1