"Saya harus membuat nona Ganeeta percaya jika Saya menyukai Bapak dan kita menjalin hubungan." Cindekia mengulang kembali deskripsi pekerjaannya.
"Ya." Gamya mengangguk membenarkan.
Cindekia tertawa dan merasa Boss nya sedang melawak. "Bagaimana jika dia menyangkalnya?" tanya Cindekia, "meskipun kita benar saling menyukai dan memiliki hubungan."
"Dia bukan orang yang seperti itu," ujar Gamya dingin.
"Oh." Cindekia terdiam.
Apa, apa dia marah karena aku menyinggung saudarinya?
Gamya menyodorkan selembar kertas kepada Cindekia. "Karena kita sudah mencapai kesepakatan, silahkan tanda tangani kontrak kerja sama ini."
Cindekia melihat kertas yang diletakkan Gamya di atas mejanya. Ia tidak tergerak mengambilnya.
"Duduk dan baca dengan baik."
"Iya." Cindekia duduk dengan patuh di depan meja Gamya.
Cindekia membaca poin poin penting isi surat perjanjian kerja sama yang diberikan Gamya dengan cermat.
[ Kewajiban pihak pertama: Membayar sebesar Rp. 500.000.000 kepada pihak kedua setelah pihak kedua berhasil melaksanakan tugas yang telah disepakati bersama.]
[Kewajiban Pihak kedua : Melaksanakan tugas yang telah disepakati kedua belah pihak.
Tidak melakukan kontak fisik kepada pihak pertama. ]
[Perjanjian kerja sama ini tidak dapat di batalkan secara sepihak tanpa persetujuan pihak lainnya.
Pembatalan oleh satu pihak, maka pihak yang membatalkan wajib memberikan ganti rugi sebesar 1 Miliar]
[Kerugian yang dialami salah satu pihak diluar tanggung jawab pihak lainnya.]
Setelah Cindekia berpikir tidak ada poin yang merugikannya dan tergiur dengan jumlah uang yang akan diterimanya jika berhasil menipu Ganeeta, Ia membubuhkan tanda tangannya di atas surat perjanjian itu tanpa rasa bersalah.
"Kau sudah tidak bisa mundur setelah menandatangani ini." Gamya mengambil surat yang telah ditandatangani Cindekia, memastikan wanita itu telah menandatanganinya dengan benar.
"Kalau begitu, saya kembali ke meja saya Pak," ucap Cindekia beranjak pergi.
"Besok pagi kau sudah harus mengirimkan rencana kerja mengenai kontrak kerja sama ini!" Gamya memberi perintah tanpa menoleh ke arah Cindekia yang tengah berjalan menuju pintu keluar.
"Dia sama sekali tidak memberikan waktu tenang untukku ya? Aku butuh waktu untuk menenangkan pikiran, tahu! Situasi apa yang baru saja aku hadapi ini?" gumam Cindekia dalam hati, dia menatap kesal Gamya dan penuh emosi.
"Kau tidak keluar?" tanya Gamya mengagetkan Cindekia yang hanyut dalam pikirannya.
"Eh... Iya saya keluar Pak."
Cindekia kembali duduk di mejanya dan mulai melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak jadi dipecat.
***
Dari pagi Cindekia sibuk dengan pekerjaannya, hingga malam hari Ia masih dibuat lembur dengan mengerjakan rencana kerja yang diminta Gamya.
Di kamarnya, Cindekia membuka buku corat coretnya dan mulai menulis beberapa rancangan rencana pacaran kontrak. Pikirannya buntu, Ia tidak memiliki pengalaman berpacaran. Ia hanya memiliki pengalaman dengan cinta monyet.
"Aaa... pusing!" teriaknya frustrasi.
Cindekia memutuskan untuk mengecek pesan masuk di aplikasi pesan ponselnya yang dari pagi belum sempat Ia buka. Banyak pesan baru di beberapa group chat, hingga akhirnya dia menemukan pesan baru dari Dyan.
Dia mengajak kencan?
Cindekia segera membalas pesan Dyan, [tidak ada. Kau mau ajak ke mana?]
Cindekia menghentak - hentakkan penanya, menunggu Dyan membaca pesannya. Setelah lima menit Dyan belum membaca pesannya, Cindekia memutuskan kembali dengan buku corat coretnya.
Keesokan paginya Gamya membaca rencana kerja yang telah dibuat Cindekia. "Buat ulang yang baru!" Dia melemparkan kertas berisikan rencana kerja itu di atas mejanya.
"Baik." Cindekia tersenyum simpul mengambil kertas rencana kerjanya, dan pergi meninggalkan ruangan Gamya.
Saat ini mood nya sedang baik, karena akhir minggu nanti Ia akan pergi berkencan dengan Dyan.
"Kosongkan waktumu akhir minggu nanti, kau akan bertemu dengan Ganeeta." Gamya memberi perintah yang merusak Mood baik Cindekia.
"Maaf Pak, saya sudah ada janji lain."
"Pukul dua siang, di Cafe Ayok Nongkrong." Gamya mengabaikan penolakan Cindekia.
Cindekia menghela napas. "Baik, " ucapnya kemudian pergi meninggalkan ruangan Gamya, tidak lupa Ia menutup pintu dengan tenaga ekstra.
Ia sudah tanda tangan kontrak, dirinya tidak akan dipecat meskipun Ia mematahkan pintu ruangan Gamya.
***
Cindekia berdiri di depan sebuah kafe bertuliskan cafe ayok nongkrong. Cepat selesaikan urusan ini dan segera pergi kencan.
Gamya tidak ikut menemaninya dengan alasan ada urusan lain. Satu satunya bekal yang diberikan Gamya kepada Cindekia adalah sebuah kalimat, jaga dirimu baik baik saat berhadapan dengan Ganeeta.
Cindekia masuk ke dalam cafe. Ia mencari sosok Ganeeta. Setelah menemukan sosok yang Ia cari, Cindekia segera menghampirinya.
"Kau...?" Ganeeta tidak menyangka wanita yang ditunjuk Gamya sebagai pacar adalah sekretarisnya sendiri.
Cindekia menjawab dengan senyum. Ganeeta memiliki aura intimadasi yang kuat, Ia harus berhati hati dengan wanita yang ada di hadapannya. Ia menarik kursi di depan Ganeeta dan duduk.
Ganeeta tertawa kecil, "mengapa Kau tiba tiba menjadi pacar adikku? Apa Kau menjalani hubungan poliamori*?"
(*orang yang memiliki banyak hubungan romantis pada saat yang bersamaan)
Cindekia menghela napas, Ia seperti seorang terdakwa jika berhadapan dengan Ganeeta.
"Maaf, sebenarnya waktu itu saya berbohong, karena Nona terus mendesak saya. Saya tidak memiliki pacar."
"Bicara santai saja denganku." Ganeeta menyeruput minumannya, "kau lebih muda dariku, Kau bisa memanggilku kakak."
"Baik," Cindekia menundukkan kepalanya, dia merasa bersalah jika harus membohongi orang yang lebih tua darinya.
"Aku iri padamu, Gamya membatalkan janjinya denganku karena lebih memilih menemanimu."
Cindekia hanya bisa berguman dalam hati karena saat ini pikirannya dipenuhi kencan dengan Dyan. Aku tidak tahu apa yang dibicarakan Ganeeta.
"Maaf," ucap Cindekia pada akhirnya.
"Apa Kau berpikir Gamya mendekatimu karena dia jatuh cinta kepadamu?" Ganeeta mengintimidasi Cindekia. Ia ingin membuat Cindekia sadar akan posisinya.
"Saya tahu Pak Gamya tidak mungkin jatuh cinta kepada orang seperti saya, tetapi saya jatuh cinta pada pandangan pertama melihat Pak Gamya. Dia terluka karena saya." Cindekia berbicara dengan suara yang dibuat sedikit bergetar dan gugup, karena menurutnya butuh keberanian besar untuk mengungkapkan perasaan.
Dia memiliki bakat akting, dan sering melatih bakatnya.
Terluka?
"Apa yang kau katakan?"
"Maafkan saya karena telah membuat pak Gamya mengalami kecelakaan." Cindekia meminta maaf secara resmi dengan keluarga korban kecelakaan.
Jadi begitu ceritanya, bocah itu kesal karena gadis ini tidak mengingatnya. Tetapi sebenarnya gadis ini mengingatnya, guman Ganeeta dalam hati.
Ganeeta kembali tertawa kecil, terlalu dini mengaku kalah dan kembali pulang untuk menikah.
"Lalu apa rencanamu? Kalian tidak mungkin berpacaran dengan tujuan menikah, pada akhirnya kau sendiri yang akan terluka."
Cindekia tersenyum kecut, Ia bahkan tidak berencana untuk memesan minuman. Dia harus segera mengakhir pertemuan ini. "Terima kasih kakak mengkhawatirkan saya. Saya janji tidak akan membiarkan diri Saya terluka."
"Dari tadi kau terus melihat jam, Apa kau tidak nyaman berbicara denganku?"
Cindekia panik Ganeeta ternyata memperhatikannya. "Bukan kak, maafkan saya."
"Baiklah, sampai ketemu lagi." Ganeeta melihat jam tangannya, "aku juga ada urusan yang lain, " ucapnya dan meletakan dua lembar uang berwarna merah di atas meja.
"Baik, hati hati di jalan."
Cindekia bernapas lega sepeninggalan Ganeeta. Ia segera menghubungi Dyan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Andi
Karena ceritanya cocok untuk aku, vote meluncur untukmu tor. Tetap semangat ya ceritanya bagus
2022-09-20
1
Hulapao
yang sabar yaa gamyaaa :)
2022-09-19
1
Anoy
lanjut
2022-04-26
1