Cindekia mengikuti Gamya berjalan di belakangnya setelah meninggalkan ruang rapat. Tanpa bicara, Gamya masuk ke ruangannya.
Gamya duduk bersandar di kursinya, menatap pergeseran jarum jam di pergelangan tangan kanannya. Aku bermurah hati memberikan waktu tiga menit.
Gamya menghitung mundur sepuluh detik sebelum memutuskan untuk menghubungi Cindekia. Pada detik ke 7, pintu ruangan Gamya dibuka oleh Cindekia.
Dia berjalan dengan sigap, dan meletakkan print out notulen rapat yang baru saja dilaksanakan di atas meja. Gamya mengambilnya dan mencari hal hal yang dapat membuatnya marah. Dia mencatatnya secara terperinci.
"A.. " Gamya hanya sampai menyebut kata A, Cindekia sudah meletakkan berkas dan surat surat yang harus ditandatanganinya di atas mejanya.
"Ada perubahan tempat untuk nanti siang, restoran sabàng sampe merauke," ucap Cindekia mengingatkan agenda nanti siang.
"Hmm"
Gamya melirik berkas yang harus Ia tanda tangani, Cindekia menempelkan banyak sticky note. Apa dia sedang bermain taman kanak kanak?
Drrttt.... Drrttt....
Ponsel Gamya berdering, sekali lagi dia tidak memiliki kesempatan untuk marah marah. Direktur mitra perusahaan yang dikelolanya menghubunginya.
"Suatu kehormatan bagi saya menerima panggilan dari Anda...," ujar Gamya berbasa basi.
Terdengar suara tawa dari ponsel Gamya. Tanpa bicara, Cindekia pamit undur diri dari ruangan Gamya.
Cindekia akhirnya bisa bernapas lega setelah keluar dari ruangan Atasannya. Ia melirik jam tangannya. Semoga hari ini dia nggak lembur lagi. Batin Cindekia.
***
Setelah obrolan bisnisnya selesai, Gamya lanjut ke kegiatannya selanjutnya. Cindekia mengikuti langkah Gamya hingga depan pintu lobby. Mobil Gamya sudah menyambut mereka, seorang petugas membukakan pintu penumpang untuk Gamya.
"Kau? Di mana Pak Isman?" tanya Gamya tajam, begitu Ia duduk di mobilnya dan mendapati Cindekia sudah duduk di balik kemudi, bukan supir yang biasa mengantarnya.
"Oh, Pak Isman cuti melahirkan Pak," jawab Cindekia sembari memindahkan persneling dan menginjak pedal gas.
"Apa?!"
"Eh maksud saya istrinya melahirkan."
"Berhenti!"
"Bapak tenang saja, saya akan mengantar Bapak dengan selamat," kata Cindekia mengabaikan perintah Gamya, dia semakin menekan pedal gas untuk menambah kecepatan mobil yang dikemudikannya.
"Apa kau pikir aku bisa menerima kau menyupiriku?"
"Apa Bapak mempermasalahkan kesetaraan gender?"
"Nona Kia, kau baru dua hari bekerja denganku dan berani melakukan sesuatu tanpa seizinku?"
"Maaf Pak, kalau begitu saya meminta izin dari Bapak sekarang. Kedepannya saya akan memperhatikannya dengan lebih baik lagi. Mohon bantuannya," tutur Cindekia dengan bersungguh sungguh.
Gamya kehabisan kata kata. Wanita ini? Apa Damar memiliki dendam pribadi kepadaku hingga mengirim wanita ini kepadaku?
Gamya memutuskan untuk menghentikan perdebatannya. Ia memang harus sampai ditujuan dengan selamat dan tepat waktu.
Cindekia memakirkan mobil dengan mulus dipakiran. Namun saat pulang, pakiran telah dipenuhi dengan beberapa mobil.
Cindekia menarik napas dalam menghilangkan rasa gugupnya untuk memundurkan mobilnya. Sebenarnya Ia belum begitu ahli mengemudikan mobil.
Ceklek..
Gamya membuka pintunya. "Pindah! Saya akan mengemudi."
"Tidak Pak, saya saja. Kalau bapak yang mengemudi nanti Bapak akan memecat Pak Isman."
"Apa kau sudah tidak waras? tentu saja orang yang ku pecat adalah Kau!" seru Gamya, dia tidak bercanda.
"Apa? Kalau begitu saya saja yang mengemudi Pak." Cindekia kembali menutup pintu, dan segera memundurkan mobilnya.
Brukk...
Bagian belakang mobil yang dikemudikan Cindekia mengenai bagian depan mobil yang lewat di belakangnya.
Gamya kembali membuka pintu dan menggelengkan kepalanya yang bisa diartikan menyuruh Cindekia segera keluar dan menyesaikan masalah yang Ia buat.
duh!
Cindekia turun dan pergi menemui mobil yang Ia tabrak. Seorang petugas pakir datang menjadi penengah diantara mereka.
Gamya mengemudikan mobilnya dan meninggalkan Cindekia, begitu mobil di belakangnya memberikan jalan.
"Maaf Pak, saya akan bertanggung jawab. Apa Bapak ingin pergi ke bengkel sekarang?" tanya Cindekia kepada pengemudi mobil yang ditabraknya.
"Apa itu pacarmu yang baru saja meninggalkan mu?"
"Bukan Pak, dia Boss saya." Cindekia mengeluarkan kartu namanya, "ini kartu nama saya. Saya akan mengganti rugi biaya perbaikan mobil Bapak."
Bapak bapak tersebut tidak mengambil kartu nama yang disodorkan Cindekia. "Naiklah! kita ke bengkel sekarang."
Cindekia berpikir sejenak. "Tidak Pak terima kasih, saya naik ojek saja menyusul Bapak."
"Kau pikir aku akan percaya kau tidak akan kabur?"
"Ya?" Cindekia mengluarkan kartu identitasnya. "Begini saja Bapak ambil kartu identitas saya."
"hmm"
Dan kedua belak pihak sepakat pergi kebengkel dengan jalan masing-masing.
Sementara Cindekia masih di bengkel dan menyelesaikan pembayaran dimuka. Gamya telah sampai di kantornya. Ponselnya berbunyi memberitahukan ada pesan masuk. Gamya tersenyum sinis membaca pemberitahuan transaksi kartu kredit di ponselnya.
"Dia menggunakan kartuku untuk menyelesaikan masalah yang dia buat," Guman Gamya.
Apa ku pecat saja dia?
***
Cindekia akhirnya tiba di mejanya yang mungkin hari ini adalah hari terakhirnya duduk di kursinya sekarang. Cindekia lemas memikirkan bagaimana nasibnya kedepan. Ia belum sempat mencari lowongan kerja yang baru.
"Calon suamiku ada di dalam?" Terdengar suara Ganeeta bertanya, menambah ketidaksemangatan hidup Cindekia.
"Ya, mungkin ada," jawab Cindekia. Dia juga tidak tahu Gamya sudah sampai di ruangannya.
Tapi...., mengapa tunangannya datang setiap hari?
"hmm... " Ganeeta tidak langsung masuk ke ruangan Gamya. Ia mengambil ponselnya Cindekia dan menghubungi Gamya.
Alasan dia datang karena Gamya tidak mengangkat panggilannya.
"Hallo sayang ini aku, Aku sudah di kantor mu," ucap Ganeeta setelah panggilannya terhubung.
"Kapan jau akan kembali ke negara mu?!" sindir Gamya.
"Ya Aku juga merindukanmu." Ganeeta tersenyum sinis menatap Cindekia yang juga melihat ke arahnya, "aku ingin sekali makan kue strawberry, tetapi aku lupa membelinya. Kulihat sekretarismu lagi tidak sibuk tuh."
"Berikan ponsel ini kepadanya!" balas Gamya.
Ganeeta memberikan ponsel Cindekia dengan tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Cindekia mengambilnya dengan gerakan lamban. Dia sudah bisa menebak boss nya akan memerintahkannya untuk membeli kue strawberry yang dimaksud Ganeeta.
Ganeeta segera masuk ke ruangan Gamya, bersiap ingin memberi pelajaran kepada saudaranya.
"Apa aku harus datang menyeretmu?!" seru Ganeeta.
"Aku tidak perlu membeli baju baru," kata Gamya tanpa menoleh ke arah Ganeeta.
"Hey tentu saja harus, kau akan hadir untuk memberikan bunga kepadaku. Kita harus memakai pakaian yang serasi!" seru Ganeeta.
"Jangan kekanak kanakan."
"Sudahlah, pokoknya aku akan menyeretmu." Ganeeta menjatuhkan tubuhnya di sofa. Dia melihat bukunya ada di atas meja, dan tersenyum.
"Dia membacanya," guman Ganeeta mengambil bukunya. cih dia memberi pembatas yang imut begini.
"Jangan terlalu sering datang ke sini," ujar Gamya dingin.
"Aku tidak akan mendatangimu kalau kau menjawab telponku."
"Kalau begitu jangan meneleponku."
"Apa? Kau ini."
Ganeeta dengan kesal berdiri dari duduknya dan mendatangi Gamya yang tengah bekerja dengan laptopnya. Ganeeta berdiri di belakang Gamya dan memelintir kepala Gamya.
"Ahhkk. Lepaskan!" seru Gamya mencoba melepaskan tangan Ganeeta.
"Tidak, Kau harus diberi pelajaran!" balas Ganeeta tak mau kalah.
Gamya mengacak acak rambutnya Ganeeta, agar Ganeeta berhenti mencoba mematahkan lehernya.
"Ahh hentikan! Kau tahu berapa lama aku di salon untuk rambut ini?!"
Ganeeta semakin memperkuat tenaganya.
Ceklek...
Bunyi suara pintu menghentikan gerakan kedua kakak beradik itu. Mereka melihat ke arah pintu.
Ah apa aku masuk di saat yang tidak tepat. Batin Cindekia.
"Maaf, silahkan lanjutkan. Saya keluar lagi," ucap Cindekia yang sedang memegang kotak kue dan minuman.
Ganeeta melepaskan tangannya. "Masuklah! Maaf sudah membuat matamu melihat ke mesraan kami," ucap Ganeeta tersenyum sinis.
Cindekia pun masuk dan meletakkan kue dan minuman di atas meja. Diikuti oleh Ganeeta. Ia langsung membuka kue yang dibeli Cindekia.
"Cream cheese? mengapa Kau membeli yang ada cream nya?" tanya Ganeeta, "aku tidak suka keju."
Pak Gamya yang memintanya...., dia sengaja ya ? Batin Cindekia.
"Maafkan saya, Nona. Saya tidak mendengarnya dengan baik. Saya membelinya karena terlihat cantik. Wanita cantik biasanya suka sesuatu yang juga cantik, sekali lagi maafkan saya...," pinta Cindekia.
"Kau bilang apa?"
"Saya membeli yang ini karena teringat dengan kecantikan Nona."
Ganeeta mengangguk. "Benar kue nya cantik. Tetapi aku tidak suka keju."
"Kalau begitu, saya akan membeli kue yang baru lagi."
"Tidak perlu, kau pasti lelah. Wanita cantik dan lembut sepertiku tidak bisa melihat orang lain kesusahan," ujar Ganeeta.
"Tetapi Nona, saya jadi tidak enak."
"Tidak apa apa, kami berdua akan pergi."
"Benarkah?" tanya Cindekia dengan mata berbinar memastikan. Apa hari ini aku bisa pulang cepat?
Ganeeta mengangguk mengiyakan. Mengapa dia terlihat sangat bahagia?
"Kalau begitu selamat bersenang senang. Semoga perjalanan Anda berdua lancar."
Sementara Gamya di mejanya memandang aneh kedua wanita yang tengah berbicara di depannya. Mereka jadi terlihat akrab? Wanita sulit untuk diprediksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Lina Syah
lanjut Thor
2024-10-11
0
Hulapao
bikin salah paham aja pak
2022-09-16
2
Riskejully
memuji diri sendiri
2022-08-20
2