Dyan sangat senang mendengar Cindekia ingin datang melihat kegiatan rutin yang dia lakukan tiap tahunnya. Sebagai seorang dosen, dia aktif melakukan kegiatan terjun ke masyarakat.
Dia tahu Cindekia akan datang bersama Gamya, tetapi dia tidak tahu jika hubungan mereka sangat dekat. Dia tidak menyukai Cindekia yang tampak akrab dengan Gamya. Ingin rasanya dia segera menghampiri Cindekia yang tengah memukul mesra seorang pria, namun di tengah berada di depan masyarakat desa yang tengah duduk tertib mendengarkan ceramahnya.
Sementara itu, Sandra temannya Dyan melihat kedatangan Cindekia. Dia menghampiri temannya Dyan itu. "Halo...apa kabar? akhirnya Kau datang juga," sapa Sandra. Dia tersenyum ramah menyambut kedatangan Cindekia.
"Hallo... " sapa Cindekia riang.
Sandra melihat Gamya, pria keren di sebelah Cindekia. "Temannya Kia?"
"Bapak ini atasanku," jawab Cindekia memperkenalkan Gamya.
"Selamat pagi Pak. Saya Sandra, temannya teman Kia," Sandra mengulurkan tangannya.
Gamya menyambut tangan Sandra. "Hallo," balas Gamya tersenyum ramah tanpa memperkenalkan dirinya. Dia tidak memiliki kepentingan dengan teman temannya Cindekia.
Sandra tidak berkedip menatap Gamya, Cindekia tidak berkedip menatap Dyan.
"Terima kasih Pak, sudah mau datang ke sini, " ucap Sandra.
"tidak perlu berterima kasih, saya mengantar karyawan saya,"
"Wah senangnya punya atasan yang baik seperti Bapak."
"Tidak juga, kebetulan saya sangat dekat dengan Kia," Gamya merangkul bahu Cindekia yang masih tak berkedip menatap Dyan, dengan tangan kanannya agar berdiri lebih dekat di sebelahnya.
eh..?
"Sangat dekat?" tanya Sandra mengkonfirmasi ulang pernyataan Gamya.
Benar, normalnya para wanita melihatku seperti ini, monolog Gamya melihat Sandra yang terkagum dengannya.
Bukan seperti dia, Gamya kembali mempererat rangkulannya. "Ya...bisa dibilang kami memiliki hubungan spesial."
"Oh..." Sandra kecewa dengan pernyataan Gamya, tadinya dia berpikir ingin mendekati Gamya. Ternyata pria itu sudah ada yang punya.
Sementara Cindekia yang sadar dirinya masih di rangkul bos, segera melepaskan tangan kanan Gamya dari bahunya.
"eh... ayo silahkan duduk," Sandra mempersilahkan dua sejoli itu untuk duduk di bangku yang masih kosong.
Cindekia dan Gamya duduk bersebelahan, Sandra memberi mereka kotak cemilan. "Kalau begitu saya tinggal sebentar ya..."
"iya... " jawab Cindekia. Tujuannya adalah melihat Dyan, bukan Sandra.
"Mengapa Bapak mengatakan kepadanya kita memiliki hubungan spesial?" bisik Cindekia.
"Bukankah hubungan kita memang seperti itu?"
Cindekia berpikir sejenak. "Iya juga sih, eh... tapi kan hanya sebulan, Pak!"
"Kalau kau mau, kontraknya bisa diperpanjang."
"Tidak!" balas Cindekia tegas, "setelah ini, saya berencana ingin menyatakan perasaan saya dengan orang yang saya suka,"
"Begitu?"
"Ya, dan janji Pak, Bapak jangan mengatakan kepadanya kalau kita memiliki hubungan spesial."
Gamya tidak begitu berkeberatan dengan permintaan Cindekia. "Oke,"
Cindekia lega karena Gamya bisa diajak kompromi, dia kembali menatap Dyan. Namun pandangannya terhalang oleh sesuatu, sebuah benda berbentuk panjang berbungkus daun pisang berwarna hijau muda kekuningan tepat berada di depan mata Cindekia.
"Apa ini?" tanya Gamya pelaku pemegang benda tersebut.
Cindekia menoleh menahan kesal ke arah Gamya, meskipun benda tersebut sudah disingkirkan dari depan matanya. "Itu kue timpan, Pak." ujarnya lembut.
"Oh... bagaimana cara memakannya?"
"Dibuka dulu daunnya, Pak."
"Bagian yang mana?" Gamya memencet mencet kue yang dipegangnya.
Cindekia menghela napas dan merebut timpan tersebut dari tangan Gamya. Ia membuka separuh daun pisang yang membungkus kue tersebut. "Nah... Ini Pak, isinya dimakan," Cindekia menyerah Kue tersebut kepada Gamya.
Cindekia kembali menatap pujaan hatinya.
"Hey... ini lembut kenyal dan enak... mengapa warnanya kuning? pewarna buatan?" tanya Gamya kembali mengganggu Cindekia.
"Bukan Pak, itu karena terbuat dari labu kuning, jadi warnanya kuning, itu adalah kue tradisional asal aceh." Cindekia kembali melihat Dyan.
"Lalu ini?" Gamya kembali menunjukkan sebuah kue berbungkus plastik bening, bola berwarna hijau dikelilingi fla berwarna putih.
"Itu kue bugis Pak, yang hijau itu isinya kelapa yang dimasak pakai gula pasir."
"Bagaimana cara makannya?"
"Ya dimakan aja, Pak"
Gamya menyodorkan kue yang dipeganganya ke Cindekia, "coba kau makan, aku ingin lihat."
Cindekia menatap horor kue di depan matanya, Ini adalah kue yang susah untuk aku makan dengan cara yang elegan, apa Dyan akan melihatku makan kue ini? aku pasti terlihat jelek saat makan kue ini.
"Ayo coba, aku harus melihatnya dulu baru bisa tahu." ujar Gamya tidak menyerah menganggu Cindekia yang sedang dimabuk asmara dengan Dyan.
"Pak, kuenya di bawa pulang saja ya, nggak usah dimakan."
"Sepertinya enak, aku ingin memakannya sekarang,"
"Kalau begitu ya Bapak masukan aja ke mulut!"
"Kau membentakku?"
"Maaf, Pak." Cindekia mengambil kue bugis dari tangan Gamya dan memakannya di hadapan Gamya, "sudah kan, Pak?"
Gamya mengangguk. "Ya...ya... kalau yang ini?" Gamya menunjukkan kue yang berikutnya.
Cindekia melirik isi kotak di tangan Gamya, ada berapa banyak sih kuenya?
Wanita itu tidak habis pikir, niatnya ingin menonton Dyan memberikan penyuluhan, eh..dirinya malah jadi duta kue nusantara.
Tanpa sadar acara yang dilaksanakan Dyan dan teman temannya telah selesai.
Dyan menghampiri Cindekia dengan senyum sumringah, begitu juga dengan Cindekia.
"Anda pasti atasannya Kia, perkenalkan nama saya Dyan." Dyan mengulurkan tangannya.
"Ini bukan jam kerja, jadi saya buka atasannya Kia," Gamya menyambut jabat tangan Dyan dengan erat, "perkenalkan Saya adalah pria yang menyukai Kia."
Pernyataan Gamya membuat Cindekia dan Dyan tercengang. Cindekia kesal karena Boss nya mengatakan hal yang aneh aneh kepada Dyan. Sementara Dyan kesal karena Gamya terlalu berterus terang di depannya seperti ngajak berantem.
"Begitu ya... semoga berhasil," ujar Dyan menyeringai.
"Sayang sekali doa Anda sudah kadaluwarsa, karena semalam Dia bilang ingin sepanjang hidup bersamaku," ucap Gamya tanpa ragu menyombongkan diri.
eh...?
"Ha... ha... " Cindekia tertawa kecut, "Dyan jangan dengarkan pak Gamya, beliau memang suka bercanda."
Dyan tersenyum kecut. "Begitu ya, ah... setelah ini kami akan pergi makan bersama tim, Kia jika tidak terburu pulang, ikutlah dengan kami,"
"Apa boleh?" tanya Cindekia antusias.
"Tentu saja.., Pak Gamya, jika tidak keberatan, saya harap Anda dapat bergabung dengan kami."
"Tentu kami akan bergabung dengan senang hati"
"Rencananya kami akan pergi ke restoran kembang," jawab Dyan dan berjalan pergi membantu anggota tim nya membereskan peralatan mereka, "sampai ketemu di sana,"
Gamya menatap dingin kepergian Dyan. "Lakukan pemesanan di restoran itu untuk teman temanmu" ujar Gamya kepada Cindekia.
"Baik Pak," Cindekia mengambil ponselnya siap melaksanakan perintah Boss nya, "Cie... Bapak mau pamer... cie,"
Gamya menoleh ke arah Cindekia. "Anggap saja ini sebagai ganti pembatalan pemesanan teman kencan," Gamya tersenyum penuh arti dan berjalan pergi meninggalkan Cindekia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Hulapao
kue timpan itu asal mana ya?
kok saya tidak tahu
2022-09-26
1
Anonymous
duta cemilan nusantara...
2022-06-14
1
Ayu Y. A.
wkwkwkwk ngakak guling2
2022-05-31
1