Gamya mendesain sendiri rumahnya. Desain rumah modern dengan 75 persen bangunan dikelilingi oleh kaca, menonjolkan kesan mewah dan elegan. Bagian interior polos tanpa ornamen yang terlihat sederhana, namun berkualitas tinggi.
Ia membangun rumah berukuran minimalis berwarna monokrom di atas lahan seluas 1,5 hektar. Terdapat sebuah kolam di halaman belakang yang dikelilingi oleh beberapa pohon mangga, pohon asam jawa, pohon rambutan, dan pohon kersen atau disebut pohon ceri kampung yang tumbuh sendiri, Gamya membiarkan pohon ceri itu tumbuh di halaman belakang rumahnya.
Gamya tidak menanam bunga dan sejenisnya di halaman rumahnya, meskipun Ia mempekerjakan seorang tukang kebun. Dia hanya membiarkan tanaman yang berguna saja yang tumbuh di halaman rumahnya, karen dia tidak membutuhkan estetika.
Pagi hari Ganeeta menghabiskan waktunya di halaman samping rumah Gamya. Dia duduk di dalam gazebo yang dibangun di sebelah pohon ceri yang juga tumbuh dengan sendirinya, dia memainkan tuts keyboard laptopnya. Dia akan berhenti setelah laptopnya kehabisan baterai.
Ganeeta memutuskan untuk kembali masuk ke rumah, dari halaman samping dia dapat melihat bagian dalam rumah, ruang tamu, ruang makan, dan dapur berada dalam satu ruangan tanpa dinding pembatas.
Matanya menangkap sosok dua orang manusia tengah bencengkrama di dapur.
Ganeeta menggeser pintu kaca dapur. "Wah tuan rumah, kau membawa pacarmu," ujar Ganeeta. Dalam pandangannya, dia melihat Gamya mencium Cindekia yang duduk membelakanginya.
Gamya melihat Ganeeta yang berjalan menuju rumah, dia segera mendekat dirinya dengan Cindekia. Dan mundur menjauhkan dirinya dari Cindekia setelah mendengar suara Ganeeta. "Tamu yang masa kunjungannya sudah habis tetapi memperpanjang masa inapnya tanpa persetujuan tuan rumah, sebentar lagi Kia akan menjadi pemilik rumah ini."
"Ya ya... mengapa kalian ada disini?" tanya Ganeeta, mengingat sekarang adalah jam kerja kantor.
Gamya tersenyum menatap Cindekia yang diam mematung menatap piring nasinya. "Tentu saja untuk menghabiskan waktu bersama, ah... kau mungkin tidak tahu perasaan seperti itu. Apa kau ingin aku mengambarkannya secara detail agar kau bisa memahaminya?" ucapannya ditujukan kepada Ganeeta. Saudarinya yang memutuskan untuk hidup melajang.
Ganeeta berdecak kesal kepada Gamya, dan duduk di sebelah Cindekia. "Kita bertemu lagi," sapanya kepada Cindekia.
"Halo, " sapa Cindekia datar. Dia tidak bisa memikirkan hal lainnya karena dirinya sibuk mengamankan jantungnya yang mau meledak. Ia berhenti bernapas saat hidungnya bersentuhan dengan hidung Gamya.
Apa itu bisa disebut pelecehan? Pikirnya.
"Kau tahu, kau bukan wanita pertama yang dibawanya ke rumah ini. Aku bahkan tidak bisa menghitung kau wanita yang keberapa," ucap ganeeta.
Ia masih belum tahu pasti hubungan seperti apa yang dijalani Gamya dan Ganeeta. Yang pasti, dia tidak ingin kalah taruhan dengan Gamya karena dia tidak ingin kembali pulang setelah berhasil kabur dari orang tuanya, masih banyak hal yang ingin Ia lakukan.
Cindekia mendengar dan meyakini kebenaran apa yang dikatakan Ganeeta tentang Gamya. Pria itu baru saja hampir menciumnya. Meski tidak melakukannya, tetapi tetap saja mereka berada dalam jarak yang tidak aman.
Dia terlihat tenang saja, dia sudah pasti telah biasa melakukan kontak fisik dengan banyak wanita, Pikir Cindekia.
Tetapi itu bukanlah hal yang seharusnya menjadi bahan pikirannya. Ia harus memikirkan tugasnya, jika Ganeeta mengaku kalah dan kembali pulang ke negaranya, maka misinya selesai. Dan dia akan mendapatkan bayarannya.
"Meski begitu, saya ingin menjadi wanita terakhir yang dibawa Pak Gamya," ucap Cindekia.
"Kau memanggilnya, pak?" Ganeeta memberi tekanan, "Wah begini ya jika pacaran atasan dan bawahan?"
Gamya berdiri di belakang Cindekia dan memegang kedua pundaknya, "Sayang...lanjutkan saja makanmu, jangan memperdulikannya," bisiknya di telinga Cindekia, volume suaranya sengaja Ia kuatkan agar dapat didengar oleh Ganeeta.
Cindekia bergidik geli dengan tindakan yang dilakukan Gamya, dia bisa merasakan hembusan napas pria itu di telinganya. Tetapi mereka harus berpura pura. Dia tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti alur cerita kontrak kerja sama mereka.
"Maafkan saya Kak, pak Gamya melakukan ini karena mengkhawatirkan kesehatan saya." Cindekia melepaskan tangan Gamya dari bahunya, dia berpikir ucapan Gamya yang memintanya jangan memperdulikan Geneeta adalah sedikit kasar, "pagi ini kolesterol saya naik, jadi saya harus makan dengan baik."
"Jangan memanggilnya kakak, sebentar lagi dia akan menjadi adik iparmu," Gamya meralat kata sapaan yang diberikan Cindekia kepada Ganeeta.
Gamya dilahirkan lebih cepat empat hari daripada Ganeeta.
Ganeeta mengabaikan Gamya yang meralat panggilan yang berikan Cindekia kepadanya. "Ya, dia memang penuh perhatian seperti itu, dua hari lalu dia memberi tumpangan kepada seorang wanita cantik dan sexy yang berdiri di pinggir jalan menunggu angkot, karena khawatir wanita itu akan kepanasan berdiri di pinggir jalan seorang diri," tutur Ganeeta dengan lancar.
"Bapak melakukannya?" Cindekia menoleh ke arah Gamya yang masih berdiri di belakangnya.
"ya... tetapi tidak terlalu sering," ucap Gamya menambah lelucon Ganeeta. Penuturan Ganeeta tentu sebuah kebohongan yang terlihat jelas.
Bagaimana bisa memberikan tumpangan kepada orang yang tidak dikenal? wanita itu tentu akan menganggap hal ini adalah aneh dan sedikit menyeramkan. Kecuali sang wanita memang orang yang aneh kian.
Roman muka Cindekia berubah masam, dia ramah kepada wanita cantik dan sexy? kecuali kepadaku yang menjadi bawahannya, atau dia seorang yang diskriminatif? apa artinya aku bukan wanita cantik? pikirnya.
Cindekia mengabiskan sisa nasi di piringnya secepat yang dia bisa, dia berpikir untuk segera menyelesaikan makannya, mencuci piring dan segera balik ke kantor. Dia harus secepatnya menemukan pekerjaan yang baru. Jika memiliki boss yang cerewet mungkin dia masih bisa bertahan, tetapi dia tidak bisa tahan dengan boss yang melakukan praktik diskriminasi.
"Kau cemburu?" Gamya masih berlakon di depan Geneeta memainkan perannya sesuai alur kerja sama kontrak mereka. Dia terkesan dengan ekspresi cemburu yang dibuat Cindekia. Terbesit di pikirannya untuk memperkenalkan Cindekia dengan temannya yang sesorang sutradara film layar lebar.
Sementara Ganeeta menahan dirinya untuk tidak tertawa, Dia percaya dengan lelucon yang kubuat? pikir Ganeeta.
Cindekia tidak langsung menjawab pertanyaan Gamya, tingkat kemasaman roman mukanya bertambah. Di telinganya, suara Gamya terdengar seperti kaleng bekas susu kental manis yang diseret seret di jalan beraspal. Ia memilih menyelesaikan makannya dan membereskan meja lalu mencuci piring.
"Pfftt... Aku pergi men-charger laptopku, kalian silahkan lanjutkan waktu kebersamaannya." Ganeeta pergi meninggalkan ruang dapur, dan menghilang di balik pintu kamarnya. Dia tidak ingin berada di tengah pertengkaran.
"Pak, saya sudah selesai. Apa Bapak mau balik ke kantor?" Cindekia telah selesai membereskan peralatan bekas makannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Hulapao
aku mendukungmu cindekia
2022-09-20
2
Ayu Y. A.
ahahaha
2022-05-31
1
Ahmad dae Rhobi
lanjut thor semangat 💪
2022-05-03
1