Wanita cantik itu terdiam di depan pintu, dia manatapku seperti sedang menilaiku. Begitu juga denganku yang hanya bisa diam menatapnya.
Aku juga sedang menilainya, kulitnya putih, hidung mata dan bibir proposional dengan wajahnya. Secara keseluruhan wanita itu sangat cantik.
"Kau lanjutkan di meja mu!" seru Pak Gamya membuka suara.
"Baik Pak," ucapku pelan sembari berdiri.
"Apa kau pacar tunanganku?" tanya wanita itu, dia berjalan mendekatiku.
"Bukan, saya sekretaris," ujarku sedikit panik.
Gila! , di hari pertamaku berkerja sebagai sekretaris sudah di tuduh pelakor. Jangan sampai terjadi acara jambak menjambak.
"Oh...," ucapnya tenang.
"Kalau begitu saya permisi," ucapku pamit undur diri sembari membawa laptop kabur dari ruangan Pak Gamya.
Sementara wanita yang mengaku tunangannya Pak Gamya berjalan mendekati tunangannya. "Benar dia bukan pacarmu?"
"Dia sekretarisku yang baru."
"Jelaskan kepadaku mengapa kau duduk berdekatan dengannya?"
Apa mereka bertengkar? Aku masih di dalam ruangan loh.
"Kau tidak keluar?" tanya Pak Gamya dingin ke arahku yang sebenarnya menunggu dua orang di depanku bertengkar.
"Ah iya Pak," ucapku terbata.
ceklek
Aku menutup pintu ruangan Pak Gamya, dan masih berdiri di depan pintu, mencoba untuk menguping pembicaraan mereka dari balik pintu.
Bagaimana kalau mereka benaran bertengkar?
Karen sama sekali tidak mendengar apa pun, jadi kuputuskan kembali duduk di meja kerjaku melanjutkan pekerjaan.
ceklek...
Tunangannya Pak Gamya keluar dari ruangan, sepertinya urusannya telah selesai. Dia menatap intents ke arahku. Aku membalasnya dengan senyum menyapanya. Sebuah formalitas pekerjaan.
"Apa kau menyukai tunanganku?" tuduhnya langsung ke sasaran.
Hah? Otakku berkerja untuk mulai berpikir.
Wanita itu mengangguk seakan Ia meyakini sesuatu, "Mengapa aku mempertanyakan pertanyaan bodoh, wanita mana yang tidak menyukai tunanganku. Dia sangat ideal," lanjutnya tanpa menunggu jawabanku.
Hah? Otakku berkerja lebih keras lagi untuk berpikir.
"Maaf Nona, Anda salah paham. Saya adalah sekretaris Pak Gamya. Kami tidak memiliki hubungan apa apa. Hari ini adalah hari pertama saya berkerja, dan saya baru hari ini melihat Pak Gamya," ujarku memberi penjelasan selengkap mungkin.
Aku berharap wanita di depanku berhenti mencurigaiku sebagai pelakor.
Wanita itu berjalan mendekatiku. "Ya sekarang mungkin Kalian tidak memiliki hubungan apa apa. Tapi kau bisa saja kan nanti akan menggodanya."
Dia? mengapa dia masih menekanku? dan membuatku kesal. Dia membuat tekanan darahku naik.
"Percayalah Nona, saya tidak akan menggoda Pak Gamya karena saya sama sekali tidak tertarik dengannya," ujarku menunduk, menyembunyikan raut wajah kesalku.
"Oh ya?"
"Benar, Pak Gamya bukan tipe pria idaman saya. Lagian saya sudah punya pacar yang ganteng. Saya sangat mencintai pasangan saya," ucapku berbohong.
Kuambil ponselku dan membuka layarnya. "Apa Nona ingin melihat pacar saya?"
Maafkan diriku Dyan, aku menggunakan fotomu.
"Kau masih disini?"
Suara Pak Gamya mengejutkanku yang tengah mencari fotoku bersama Dyan. Aku menoleh takut ke arah sumber suara. Sejak kapan dia berdiri di sana? Apa dia mendengar semua yang Aku katakan?
" Iya. " ucap Wanita itu ceria berlari ke arah Pak Gamya dan merangkul manja lengannya, "apa Kau mendengarnya? Sekretaris mu bilang Dia sama sekali tidak tertarik denganmu..hahaha. Apa pesona Gamyaku sekarang sudah berkurang?"
Pak Gamya tidak mengubris ucapan tunangannya, dia mengacak kesal rambut wanita itu. "Aku akan mengantarmu!" serunya sembari berjalan pergi.
Aku menghela napas lega, akhirnya wanita itu pergi juga. Mereka terlihat seperti pasangan yang serasi.
Tiba-tiba Pak Gamya berhenti, dan melihat ke arah belakangku. Membuatku merinding.
Apa? ada apa? Ada penampakan makhluk halus kah?
"Kau susun yang benar semua berkas yang ada disana dan sudah ada di atas mejaku saat aku kembali!" serunya sembari menunjuk tumpukan berkas di belakangku.
"Baik Pak."
Kedua pasangan itupun akhirnya benar benar pergi. Aku kembali bersemangat untuk berkerja.
Aku buka dan baca satu persatu berkas yang di perintahkan Pak Gamya. Hari pertama berkerja harus memberikan kesan yang baik.
Drrt.. drrt..
Ponselku berdering, Layar ponselku memunculkan tulisan Lindri. Aku menjawab panggilan Lindri. Temanku sejak SMA. Meskipun aku sedang bekerja, menjawab panggilan tidak mengangguk aktivitas kerjaku.
"Hallo."
"Bagaimana boss mu yang baru?"
"Kau meneleponku untuk menanyakan itu?"
"haha tidak, Apa kau ada waktu nanti sore? bagaimana kalau kita ketemuan pulang kerja nanti?"
"Katakan saja langsung maksud dan tujuanmu."
"Aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang. Setelah melihat photomu di Ig ku, katanya dia tertarik denganmu"
"Aku sibuk, bye."
"Apa Dyan sudah menembakmu? Aku yakin belum. Kia waktumu tiga hari lagi. Apa kau yakin bisa membawanya di tanggal 10 nanti?"
Aku melirik kelender di meja kerjaku, yang dikatakan Lindri benar. Aku tidak bisa pergi ke pesta mantan dengan keadaan jomblo. Harusnya tidak usah menjalin hubungan dengan teman SMA kemarin.
Aku memutuskan untuk menerima tawaran Lindri. "Orangnya yang ingin kau kenalkan ganteng nggak?"
"Kalau ganteng memangnya kau mau? bukannya kau sangat menyukai Dyan."
"Lindri, temanmu ini melihat dari wajah. Aku tidak cukup hanya dengan menyukai satu pria tampan," ujarku bercanda.
Aku tidak bisa menunjukkan kelemahanku yang begitu tergila gila dengan Dyan kepada lindri. Meskipun kami sudah berteman lama.
"Hahaha. Baiklah, sampai ketemu nanti sore," ucap lindri
"Ya Aku akan kabari nanti kalau aku udah selesai kerja."
"Kau sudah selesai menyusun?" Suara tanya Pak Gamya tiba tiba mengagetkanku. Aku langsung mematikan sambungan teleponku.
Dia seperti hantu saja.
"Sudah Pak," jawabku singkat.
"Bawa ke ruanganku!" serunya dingin dan berjalan masuk ke ruangannya.
"Baik."
Apa dia mendengar perkataanku? gila. Akan sangat malu sekali jika Pak Gamya mendengar perkataanku. Aku meyakinkan diriku Pak Gamya pasti tidak akan berpikir Aku serius dengan perkataanku.
Bagaimana jika dia berpikir Aku serius? Dia akan menilai Aku adalah seorang maniak.
Aku meletakan berkas yang telah Kususun di atas meja Pak Gamya. Aku ragu apakah aku harus memberi penjelasan kepada Pak Gamya atau tidak. Aku tidak ingin mendapat penilaian yang buruk dari atasanku.
"Anu...Pak, jika tadi Bapak mendengar perkataan saya, itu tadi saya hanya bercanda dengan teman saya. Saya tidak begitu.." ucapku terbata.
Pak Gamya terlihat tidak memperdulikan penjelasanku, dia sibuk dengan berkas yang tadi kuletakkan.
Aku dikacangin. ya harusnya nggak usah memberikan penjelasan. Aku pun berjalan undur diri dengan rasa malu yang bertambah sepuluh kali lipat.
"Nona Putri Cindekia, aku tidak peduli dengan urusan pribadi selama Anda melakukan pekerjaan dengan baik," tutur Pak Gamya tanpa melihat ke arahku.
"Baik Pak, terima kasih," ucapku kemudian, dan segera kabur keluar dari ruangannya.
Aku bisa bernafas lega setelah menutup pintu ruangan Pak Gamya. Sepertinya Pak Gamya tidak seburuk itu.
Tidak terasa waktu berlalu dan menunjukkan pukul 4:30. Bukankah ini saatnya pulang kerja?
Tapi.. Mengapa Pak Gamya belum pulang juga? Aku memutuskan untuk menunggu beberapa menit lagi.
Sudah tiga puluh menit, Pak Gamya belum juga keluar dari ruangannya. Apa dia lembur?
Jiwa karyawanku memberontak ingin pulang cepat. Tetapi Atasan belum juga pulang. Apa boleh Aku melanggar aturan di hari pertama berkerja dengannya?
Jam sudah menunjukkan pukul 5 lewat. Perutku juga sudah mulai memberontak minta diisi. Aku lapar...
Hingga pukul 6:00, Pak Gamya belum juga keluar dari ruangannya. Apa dia mati?
Aku memutuskan untuk memeriksanya.
Tok.. tok...
Ceklek
Aku membuka pintu ruangannya, ternyata Pak Gamya tidak mati. Dia masih sedang berkerja. Dia tampak tidak menyadari kehadiranku yang berdiri di ambang pintu.
Apa dia workaholic?
Aku mengetuk pintu sekali lagi hingga dia mendengarnya dan melihat
ke arahku.
"Ada apa?" tanyanya dingin.
"Bapak tidak pulang?" tanyaku memberanikan diri.
Ia melirik ke arah jam. "Aku lembur," ucapnya tegas.
"Kalau begitu, saya ijin pulang duluan Pak," ucapku lebih memberanikan diri.
"Nona...." Pak Gamya menjedah kalimatnya, "Dengan apa Aku harus memanggilmu?"
"Maksudnya Pak?"
"Nama panggilan mu!"
"Oh, Kia Pak, Kia...."
"Nona Kia, hal apa yang membuatmu merasa pantas lebih cepat pulang dari atasanmu?"
".... "
Maksudnya aku tidak boleh pulang?
"Jika atasanmu belum pulang, kau tidak boleh pulang. Bagaimana kalau aku membutuhkan sesuatu?"
"Baik Pak."
"Duduk lah di sana!" perintah Pak Gamya menunjuk sofa tamu di depannya.
Bagai lembu dicucuk hidung, aku menuruti Perintahnya. Aku putuskan untuk membatalkan janji temu dengan Lindri.
"Apa ada yang bisa saya bantu Pak?" tanyaku Kepada Pak Gamya setelah mengirim pesan singkat kepada Lindri, berharap dengan bantuanku bisa membuat pekerjaan lekas selesai dan cepat pulang.
Aku lapar, apa minta pesan makanan saja?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Lina Syah
mati kutu kia 😆😆😆
2024-10-10
0
Senajudifa
kok kayak lindri kayak nama getuk thor
2022-09-20
1
Yura dania
Aku ngucap nama bos nya kok jadi Gama 🤣
2022-09-17
1