Ailin masih dengan wajah di tekuk serasa panas, jika bisa di ulang, Ailin tak ingin memasuki kamar sialan itu, yang membuatnya sedikit malu dan kesal.
"Ailin, ayo duduk nak, kita makan siang bersama" ajak nyonya Jihan.
Ailin hanya mengangguk dan melihat semua makanan sudah selesai di tata rapi dan kedua sahabatnya sudah duduk di kursi yang sudah di sediakan.
Setelah itu, datanglah tiga orang pria berbeda usia menuju meja makan. Nyonya Jihan yang melihat suami dan kedua anaknya yang sudah turun, segera memberikan kursi untuk suaminya dan barra tepat di samping Ailin. Lalu Alvaro Cristian duduk di sebelah Kansa.
Di antara semua anggota yang sudah berkumpul di ruang makan, hanya Ailin masih tak bergeming, karna merasa sedikit malu saat barra tak berhenti menatapnya, dia juga merasa risih pada pria di sampingnya ini.
"selamat siang, semuanya oh ya perkenalkan saya adalah Zakiano Cristian ayah dari barra dan Alva dan istri dari Jihan" ucap tuan Zaki memperkenalkan diri.
"oh ya, dia ini yang bernama Alva dan dia bernama barra, Kalian pasti sudah tau" seru tun Zaki.
"iya tuan, "
"oke sekarang kita nikmati makan siang kita ya, ayo silahkan di mulai"
Kesopanan dari ketiga gadis ini yang tak mendahuluinya makan, membuat tuan Zaki merasa senang. Bukan karna tuan Zaki tak ingin di dahului makan, bukan pula juga tuan Zaki harus di tunggu untuk makan dengan semuanya. Tapi menurut tuan Zaki, makan bersama adalah sesuatu yang menghadirkan rasa kehangatan dan juga suasana menjadi lebih hidup saat menikmati santapan dengan secara bersamaan
"wah ma, kalau makan seperti ini kan papa senang, bisa berkumpul" seru tuan Zaki.
"memangnya, setiap hari tuan tidak pernah berkumpul untuk makan siang ya?" tanya Kansa polos.
" iya, karna kami di sibukkan dengan banyak pekerjaan di kantor" jawab tuan Zaki.
"apa kalian tidak kerja atau apa ?" tanya tuan Zaki.
"kami bertiga kerja di restoran milik tuan, dan kami bertemu dengan ibu Jihan di sana" ucap Talia yang menyahuti ucapan tuan Zaki.
"ooh begitu, yasudah silahkan di nikmati makanannya" tuan Zaki mempersilahkan mereka makan. Sedangkan Ailin masih dengan wajah datarnya melihat pria menyebalkan di sampingnya ini selalu menatapnya.
"memang matanya sangat menyebalkan, "
"cantik," batin barra
Kemudian Ailin tak memperdulikan barra yang terus saja menatapnya seperti itu, akhirnya Ailin menyuapi makanan ke mulutnya tanpa mau melihat barra.
****
Setelah selesai dengan acara makan siang, ketiga gadis itu kembali akan mengambil piring kotor di atas meja, namun di cegah oleh tuan Zaki.
"sudah, kalian tidak usah repot-repot di sini ada pelayan" tuan Zaki mencegah.
"tidak apa tuan, kami sudah biasa" jawab Talia.
Ailin juga mengambil beberapa piring kotor bekas makanan di depan bara tanpa mau menoleh pria itu. Namun ponselnya kembali berdering.
tring...tring...tring...
Ailin melihat sang pemanggil dan mengernyit dahi...
"apa yang terjadi"
"saya angkat telpon dulu ya" ucap Ailin dan mereka semua mengizinkan.
Ailin kembali ke taman dan berbicara di sana lewat telepon.
"ada apa"
"......."
"brengsek, aku akan menghajar mu tunggu aku" ucap Ailin dingin.
"........"
"hahaha, kamu salah, aku akan datang kesana menghabisi kalian semua bedebah" Ailin menutup telponnya dan segera berlari untuk berpamitan pulang.
Saat Ailin masuk, semua sudah berada di ruang tamu, dan Ailin segera menghampiri mereka.
"maaf kan saya tuan Zaki, dan ibu Jihan, saya harus permisi pulang, karna ada keperluan mendadak" seru Ailin.
"oh tidak apa, biar barra yang antar ya" jawab nyonya Jihan.
"tidak usah Bu, Ailin jalan kaki saja" tolak Ailin.
"Lin, ada apa sih?" tanya Kansa yng melihat Ailin tegang dan khawatir.
"tidak ada apa-apa"
"beneran?" jawab Talia memastikan.
"iya"
"ibu tidak mau tau, barra harus mengantarmu pulang" ucap nyonya Jihan tak ingin di bantah.
"baiklah"
"ayo bara, cepat kamu antar mereka"
Barra yang sedari tadi memikirkan hal apa yang terjadi pada Ailin segera sadar dari lamunannya dan bergegas keluar menuju tempat mobilnya dia sangat senang ketika mamanya menyuruh mengantar Ailin, dia berpikir akan memiliki kesempatan untuk bisa mengetahui dimana letak kosan ailin. Setelah itu ketiga gadis itu ikut masuk ke dalam mobil setelah berpamitan dengan tuan Zaki dan juga nyonya Jihan.
"Bu, saya pamit tuan, saya pergi" ucap Ailin sopan dan sedikit menunduk membuat jantung kedua pasangan setengah baya itu berdebar merasakan kehangatan dalam hatinya. Melihat kesopanan gadis ini membuat hati tuan Zaki menjadi lebih ingin melihat barra segera memiliki Ailin.
"pa, ma, mereka siapa sih, segitunya kalian baik sama mereka?" tanya Alva yang sedari tadi tak pernah bicara.
emang Alva sejak tadi makan siang, dia lebih memilih memainkan game kesukaannya daripada fokus dengan urusan dunia orang lain. Dan yang dia tau hanya game dan gamenya saja.
Karena umurnya yang terbilang masih muda membuatnya tak ingin mengerti tentang masalah orang yang lebih tua karna menurutnya itu sangat merepotkan.
"dia itu calon menantu mama, kamu sedari tadi tidak dengar ya, makanannya, di dengar baik-baik." ucap nyonya Jihan.
"yaelah ma, aku kan tidak mengerti" jawab Alva.
seret
"aawwwsshhh, mam kenapa telingaku di tarik aaaww mam berhenti ma, aduh apa salahku" ringisan nya karna telinganya di tarik sang mamanya.
****
Ailin, barra dan kedua sahabat ailin sepanjang perjalanan tak ada yang berbicara, hanya ada keheningan yang memenuhi suasana di dalam mobil itu.
"sebenarnya kita mau kemana?" tanya barra yang sedari tadi terdiam dan mencoba memecahkan suasana.
"maaf tuan jika kami merepotkan tuan, sebenarnya saya ingin berhenti di sebuah belokan depan" ucap Ailin.
" loh, Ailin kosan kita kan bukan di sana, masih jauh lagi" ucap Kansa.
"iya benar, tapi aku mau berhenti di belokan itu, dan untuk kalian berdua, tuan barra akan mengantar kalian sampai kosan" jawab Ailin namun justru membuat barra yang mendengar ucapan Ailin merasa bingung dan aneh.
"kamu mau kemana?" tanya barra yang penasaran dengan Ailin karna meminta turun di lokasi yang jauh dari tempat tinggalnya.
"maaf tuan ini privasi saya" jawab Ailin membuat barra terdiam.
Setelah beberapa saat, akhirnya mobil barra berhenti tepat di belokan yang di maksud Ailin. Tempat itu terlihat sepi dan sunyi, bahkan tak ada satupun kendaraan atau orang yang lewat di jalan itu.
"kamu yakin, akan turun di sini?" tanya barra.
"iya tuan saya turun di sini?"
Ailin segera membuka pintu untuk dirinya keluar, namun sebelum iya keluar, barra mencekal tangannya.
"ada apa?" tanya Ailin yang terkejut dengan tindakan barra yang tiba-tiba.
"aku akan ikut bersama kamu" ucap barra yang merasa ada sesuatu yang akan terjadi dengan ailin.
"anda tidak berhak ikut campur tuan" ucap Ailin datar dan melepaskan tangannya yang di cekal barra.
"tapi-"
"pergilah, aku akan baik-baik saja, dan untuk kalian, kalian pulang lah, aku juga akan pulang nanti setelah urusanku selsai" ucap Ailin membuat kedua gadis yang duduk di belakang mengangguk.
"hati-hati" ucap Kansa.
Ailin tak menghiraukan ucapan Kansa, dia turun dari mobil dan segera berjalan memasuki sebuah hutan yang sangat besar dan sunyi itu.
"sebenarnya dia mau kemana?" tanya barra pada Talia dan Kansa.
"kami juga tidak tau tuan, karna semenjak kami bersahabat dengannya kami tak pernah mengetahui privasinya dan dia selalu tertutup pada siapapun termasuk kami sebagi sahabatnya" tutur Kansa.
Barra yang mendengar ucapan Kansa menjadi bingung dan cukup penasaran bagaimana kehidupan Ailin sebelumnya, dan kenapa dia begitu pemberani saat memasuki hutan sendiri, dan bahkan dia seperti terburu-buru.
Namun barra akan menyelidikinya nanti mengenai kehidupan Ailin sang pujaan hatinya saat pertama kali bertemu.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.TBC😘
jangan lupa likenya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments